Jakarta, Lontar.id – Negara bekas Uni Soviet, Ukraina mengadakan Pemilihan Presiden di pemilu 2019. Dua kandidat yang lolos melaju pada putaran kedua, yaitu seorang pelawak Vladimir Zelensky yang tergugah hatinya beralih profesi sebagai seorang politisi.
Ia mengambil jalur politik dan meninggalkan profesinya sebagai seorang komedian, lantaran memiliki niat untuk memberantas kasus Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di negaranya. Vladimir Zelensky mulai populer ketika muncul di stasion televisi dengan film satire sebagai pelayan rakyat dan memerankan karakter sebagai presiden.
Sedangkan lawannya adalah mantan Presiden Ukraina Petro Poroshenko, yang menang pada pemilu 2014 lalu. Pemilu di Ukraina berjalan hingga dua putaran, pada putaran pertama dilaksanakan pada 31 Maret lalu, yang juga diikuti oleh mantan perdana menteri sekaligus pemimpin Partai Batkivschyna, Yulia Tymoshenko.
Hanya saja ia tidak mendapatkan dukungan suara masyarakat dan berada diperingkat ke tiga. Lalu pemilu putaran kedua diselenggarakan pada 21 April 2019 waktu setempat.
Kejadian cukup mengejutkan, seorang komedian yang baru tampil dipentas politik melawan kepala negara, justru mendapatkan dukungan suara dari warga Ukraina.
Dalam Pemilu Ukraina putaran kedua, berdasarkan hasil jajak pendapat hitungan cepat, Vladimir Zelensky meraih perolehan suara sebanyak 73,2 persen dan Petro Poroshenko jauh tertinggal diangka 24,3 persen.
Di saat bersamaan setelah perhitungan cepat selesai dilakukan, Petro Poroshenko menyadari kekalahannya dan memberikan ucapan selamat pada Presiden Ukraina yang baru.
Penduduk Ukraina yang berada di wilayah Luhansk, Dnepropetrovsk, Odessa, dan Donets, memberikan dukungan mayoritas sebesar 87 persen pada komedian Vladimir Zelensky. Sedangkan Petro Poroshenko hanya menang telak pada satu wilayah di Lviv sebanyak 66 persen.
Dukungan masyarakat di Wilayah Lviv pada Petro Poroshenko, tidak dapat mengungguli mayoritas suara raihan Vladimir Zelensky di Pemilu Ukraina pada putaran kedua.
Vladimir Zelensky yang unggul di pemilu 2019 mengatakan, ia akan memanfaatkan dengan baik tanggung jawab besar menjadi presiden. Yang pertama akan ia lakukan adalah, tidak akan membiarkan masyarakat Ukraina dalam keadaan sengsara.
Seperti diketahui, Ukraina dan Rusia pernah bersitegang karena Rusia mencaplok wilayah Krimea dan mengintegrasikan menjadi negara bagian Rusia. Meskipun tindakan tersebut mendapatkan perlawanan dari Dunia Internasional, namun Rusia tetap saja mencaplok sebagian wilayah Ukraina.
“Tidak akan ada semacam kesengsaraan, saya hanya ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua saya atas dukungan mereka, kepada istri saya untuk kekuatan dan daya tahan. Kepada Ukraina yang mendukung saya, terima kasih kepada mereka yang membuat pilihan yang berbeda,” kata Vladimir Zelensky dikutip dari kantor berita Rusia, Senin (22/4/2019).
Setelah Kemenangan Vladimir Zelensky di putaran kedua, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald J Trump, memberikan ucapan selamat atas terpilihnya sebagai Presiden Ukraina yang baru.
Donald J Trump juga siap membantu dan bekerja untuk membangun demokrasi di Ukraina. Selain itu Gedung Putih juga berniat akan bersama-sama mengawal proses reformasi birokrasi dan memberantas kasus korupsi.
“Presiden Donald Trump berbicara dengan Vladimir Zelensky yang terpilih untuk mengucapkan selamat kepadanya atas kemenangan pemilihannya pada 21 April. Dia berharap dia sukses dan menyebut pemilu sebagai momen penting dalam sejarah Ukraina,” kata Ria Novosti mengutip pesan dari Gedung Putih.
Pilpres Indonesia
Berbeda halnya dengan Pemilihan presiden dan wakil presiden di Indonesia yang diselenggarakan secara serentak pada 17 April 2019. Dua kandidat yang maju diantaranya Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandi.
Usai pencoblosan dilakukan, sejumlah lembaga survei merilis hasil hitungan cepat (quick qount). Di mana pasangan Jokowi-Ma’ruf berada di posisi terbatas dengan perolehan suara 54 persen dan Prabowo-Sandi hanya meraup 45 persen.
Namun hasil quick qount dipersoalkan kubu Badan Pemenangan Nasional (BPN), lantaran dituding memiliki afiliasi politik dengan petahana Jokowi-Ma’ruf. Prabowo-Sandi yang tidak menerima begitu saja hasil quick qount, lalu mendeklarasikan diri sebagai pemenang, dengan klaim memegang data formulir C1.
Dari hasil C1 tersebut, Prabowo-Sandi mengaku unggul mencapai 62 persen. Sebaliknya Jokowi-Ma’ruf yang merasa menang versi quick qount pun tak mau ketinggalan, ia mendeklarasikan kemenangan. Kejadian ini sama persis pada pemilu 2014 lalu, di mana Jokowi dan Prabowo sama-sama sujud syukur atas kemenangan.
Entahlah siapa pemenangnya, yang pasti publik menunggu hasil rekapitulasi resmi dari penyelenggara pemilu.
Jika Pilpres Ukraina penantang berhasil menumbangkan petahana, alias 2019 ganti presiden, apakah di Indonesia pun demikian?