Jakarta, Lontar.id – Kubu Prabowo-Sandi meyakini hasil pemilu 2019 versi quick qount, yang memenangkan pasangan petahana Jokowi-Ma’ruf, masih menyisahkan banyak masalah.
Terutama masalah kecurangan penghitungan suara, suara tertukar hingga penginputan data di Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) KPU.
Kecurangan tersebut, setidaknya dapat ditemukan melalui data formulir C1 Plano di input KPU, berbeda dengan hasil C1 yang ditunjukkan saksi Tim Badan Pemenangan Nasional (BPN).
Agar memastikan pemilu dilakukan dengan jujur dan adil (Jurdil), tanpa adanya kecurangan. Di mana suara Prabowo-Sandi mengalami penurunan drastis, lantaran adanya indikasi penukaran hasil perhitungan.
Maka Ketua Tim Cyber BPN Prabowo-Sandi, Agus Maksum meminta seluruh simpatisan dan pendukung, agar membentuk Relawan Saksi Online (RSO). Tim ini gunanya mengawal suara di Pilpres 2019 di website KPU.
Agus Maksum melalui CNN Indonesia menyebut, indikasi kecurangan pemilu 2019 sudah terjadi sebelum pemilihan dilaksanakan, hal itu diketahui setelah BPN menemukan disejumlah TPS dengan surat suara tercoblos.
“Kita membentuk 813.350 saksi online. Masing-masing amati Web KPU. Amati apa yang terjadi. Apa C1 sama dengan C1 yang kita miliki,” ujar Agus Maksum, Senin (22/4/2019).
Tim SRO nantinya akan bekerja setiap hari, memantau pergerakan suara di website KPU. Pengecekan itu dilakukan agar mengetahui, data apa saja yang berubah di KPU.
Menurut dia, jika para relawan SRO yang memantau penghitungan suara, dan tidak sama dengan hasil quick qount yang dilakukan sejumlah lembaga survei yang menguggulkan Jokowi-Ma’ruf. Kata Agus Maksum, lembaga survei telah melakukan kebohongan publik.
“Jika kita berhasil Awasi dan ganti perubahan ini, maka hasil akan sama dengan klaim BPN, sama dengan penghitungan BPN Pak Prabowo menang 60 persen lebih,” akunnya