Lontar.id-– Bagaimana nasib umat muslim di Sri Lanka? Sebuah pertanyaan pasca serangan bom yang dilancarkan teroris, Minggu, (21/4/2019). Teror kerap diindetikkan kepada keyakinan tertentu.
Reuters melaporkan sudah ada ratusan warga muslim yang melarikan diri dari Negombo. Mereka memilih hijrah melihat ketegangan komunal dilaporkan berkobar dalam beberapa hari terakhir.
Wilayah multi etnis memang dinilai rawan menciptakan ketegangan sosial. Sentimen agama mulai terasa. Tak ingin ada ketegangan yang berakhir bentrok,berbondong-bondonglah umat Islam mencari daerah aman.
Pemerintah pun juga sudah menduga demikian. Makanya aparat keamanan turun langsung dalam melakukan mobilisasi massa ke bus-bus yang telah disiapkan.
“Karena teror bom dan ledakan yang terjadi di sini, orang-orang Sri Lanka setempat telah menyerang rumah-rumah kami,” Adnan Ali, seorang muslim Pakistan, mengatakan kepada Reuters ketika ia bersiap untuk naik bus.
ISIS sebelumnya juga telah mengungkapkan klaim atas peristiwa berdarah di Sri Lanka. Serangkaian teror bom yang menewaskan lebih dari 300 jiwa itu lantas membuat penduduk muslim setempat kian terancam. Kendati ISIS menyatakan dirinya sebagai otak serangan dan mewakili entitas kelompok Sunni, tetap saja banyakyang melarikan diri dari Negombo adalah anggota komunitas Ahmadiyah.
Mereka sendiri merupakan penyintas konflik komunal di Pakistan, yang telah diburu keluar dari tanah kelahirannya sejak bertahun-tahun lalu setelah komunitas mereka dinyatakan kafir.
Dampak dari serangan Minggu 21 April 2019 tampaknya akan membuat mereka kehilangan tempat tinggal sekali lagi.Farah Jameel, seorang Ahmadi Pakistan di Sri Lanka, mengatakan dia telah terusir dari rumahnya.
“Ia mengatakan, ‘pergi dari sini dan pergi ke mana pun Anda ingin pergi, tetapi jangan tinggal di sini’,” akunya kepada Reuters.
Farah berkumpul dengan banyak orang lain di masjid Ahmadiyah di Negombo, menunggu bus untuk membawa mereka ke lokasi yang aman.
Identitas Pelaku Masih Dirahasiakan
Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena, mengatakan, investigasi terus dilakukan. Polisi telah menahan sejumlah orang yang identitasnya masih dirahasiakan di Sri Lanka barat, tempat kerusuhan anti-Muslim pada 2014. Penggerebekan juga dilakukan di lingkungan sekitar Gereja St Sebastian.
Aparat tak menilai serius ancaman dari para pengungsi, tetapi mengatakan mereka telah dibanjiri dengan panggilan telepon dari penduduk lokal yang mencurigai komunitas Pakistan di Negombo.”Kita harus mencari rumah jika orang mencurigai,” kata Herath BSS Sisila Kumara.
Dua kilometer jauhnya, salib kayu menandai kuburan baru di pemakaman berpasir di Gereja St Sebastian, saat pemakaman terakhir pada hari Rabu menjadikan jumlah yang terkubur di sana menjadi 40 jenazah.