Jakarta, Lontar.id – Kota Enrekang diguyur hujan selama tiga hari berturu-turut menyebabkan debit air terus naik dan mengakibatkan rumah warga terendam banjir. Bahkan kawasan-kawasan yang padat penduduk seperti Galung Melati, Jalan Industri, Jalan Arif Rahmam Hakim, hingga kawasan pasar ikut terendam banjir.
Hujan deras mengguyur Kota Enrekang, juga ikut meluapnya debit air di Sungai Mata Allo dan Sungai Saddang. Kedua sungai ini menyuplai air yang melebihi ketinggian tanggul sungai dan meluap di kawasan perumahan warga.
Ibu Neni (33) salah seorang pedagang mengatakan, dirinya bersama dengan para pedagang lainnya, sejak pagi hari berusaha menyelamatkan barang daganganya untuk diangkut ke rumahnya.
“Saya sejak jam tiga pagi sampai siang berusaha mengamankan barang dagangan. Saya angkut dari toko ke mobil untuk dibawa ke rumah,” kata Ibu Neni, Senin (29/4/2019).
Selain itu, berdasarkan pengakuan Ilham warga Enrekang. Dia menyebutkan banjir kali ini merupakan kejadian yang paling parah selama kurun waktu 15 tahun terakhir. Sebelumnya di Kota Enrekang pernah alami banjir ketika bendungan Bakaru jebol dan menggenangi rumah warga.
“Ini yang terparah sejak 15 tahun terakhir. Dulu juga pernah ada banjir ketika bendungan Bakaru jebol,” ujarnya
Selain itu, Ilham Kadir juga meyakini bahwa banjr kali ini terjadi akibat tidak terkonkrolnya masyarakat dalam melakukan penebangan pohon. Khususnya pohon milik pribadi seperti jati untuk diekspor atau dijadikan meubel.
“Saya yakin penyebab utamanya karena faktor masyarakat yang melakukan penebangan pohon dengan tidak terkontrol. Pemerintah dan DPR seharusnya turun tangan menangani masalah ini agar tahun-tahun mendatang bencana semacam ini bisa dikurangi,” harap Dosen STKIP Muhammadiyah Enrekang ini.