Jakarta, Lontar.id – Sampai sekarang lini belakang PSM masih menyisakan problema. Antara pergantian salah satu pemain belakang atau evaluasi pertahanan, yang sekiranya tak ada pergantian jelang musim baru di Liga 1.
Munhar dan Aaron Evans atau lini pertahanan seluruhnya bisa saja terbukti tidak memuaskan dalam laga melawan Bhayangkara. Itu menjadi kritikan pedas, sebab hasilnya PSM tersungkur di Jakarta, di PTIK. Empat gol yang disarangkan kemarin adalah aib.
Aib, sebab dalam sejarah Bhayangkara, ia tak pernah mengalahkan PSM Makassar. Paling banter cuma berbagi poin saja. Sekarang, di kandang Bhara Mania, PSM jadi bulan-bulanan klub asuhan Alfredo Vera.
Soal kekalahannya, banyak juga yang beralasan kalau PSM takluk disebabkan lapangan yang buruk. Ini seperti orang-orang yang bermain gim lalu kalah kemudian menyalahkan stik gimnya.
Kalau lapangannya buruk, artinya Bhayangkara tidak akan menang, kan? Begitu logikanya. Tetapi, menurut salah seorang suporter, kemenangan itu tak lepas dari kebiasaan Bhayangkara berlatih di sana.
“Jadi secara tidak langsung, lapangan itu sudah tidak jadi buruk lagi menurut Bhayangkara,” tutur Presiden Red Gank, Sul Dg Kulle.
Sebentar lagi adalah pertandingan yang menentukan lolos tidaknya PSM ke babak delapan besar Piala Indonesia. Butuh 2-0 saja untuk kemenangan PSM di Stadion Mattoanging, tetapi apa mudah?
Melihat beberapa pertandingan sebelumnya, PSM tidak pernah tidak kebobolan. Melawan Home United saja di Pakansari, ia dibobol dua kali. Untung saja ada gol terakhir Guy Junior yang membawa PSM lolos di grup AFC.
Baru satu klub Liga 1 yang benar-benar serius seperti Bhayangkara yang dihadapi PSM. Ia belum melawan klub Indonesia lain, yang tentu saja lebih kuat lagi dari Bhayangkara. Belum Persebaya, belum Madura United, belum Persib, dan masih banyak lagi.
Selain pergantian pemain belakang, hal yang paling masuk akal kedua adalah anggapan tentang organisasi pertahanan PSM yang memang lemah. Hal seperti ini adalah masukan yang baik. Ada anti tesis.
Aaron Evans adalah bek yang baik. Banyak orang beranggapan seperti itu. Apalagi saat ia berjuang di Barito Putra. Baru kali ini ia bermain mengecewakan dalam beberapa laga dan jadi bulan-bulanan suporter.
Tetapi apakah jika ada bek yang baik, maka pertahanan akan baik pula? Belum tentu. Kapasitas individu memang jalannya akan menunjang dan menentukan kualitas organisasi pertahanan. Tetapi dari segi organisasi pertahanan? Itu pelatih yang atur.
Ini yang jadi pertanyaan besar. Maka tesis di atas dipilih untuk sekadar jadi pertimbangan manajemen nantinya. Satu contoh diambil, misalnya Madura United pada piala presiden lalu.
Meski dihuni oleh para pemain belakang berkualitas, toh lini pertahanan rapuh. Jadi organisasi pertahanan sebaiknya harus dibenahi sesegera mungkin.
Kadang-kadang saya pikir. Darije Kalezic itu sulit sekali karena menerima tekanan berat. Saya pikir dengan dua masukan di atas akan membuatnya cukup pusing. Benahi organisasi pertahanan atau putuskan mengambil pertahanan baru?