Jakarta, Lontar.id – Robert sudah berlabuh ke Persib Bandung. Pencinta PSM Makassar sudah banyak yang melupakannya dan fokus untuk membenahi skuat di bawah arahan Darije Kalezic.
Sebagian lagi masih mengingatnya. Membandingkannya dengan yang sekarang. Hanya sampai di situ. Entah apa tujuannya, ingatannya takkan mengembalikan Robert ke PSM Makassar.
Banyak pendukung yang masih percaya pada Darije. Katanya, strategi Darije kini lebih punya warna daripada Robert. Gaya main Robert gampang dibaca lawan.
Hanya saja, pertahanan PSM di bawah Darije kurang baik. Mereka mudah untuk dilewati. Tim lawan juga gampang mencuri gol saat bersua PSM. Ini yang jadi permasalahan sekarang.
Di bawah Darije, ada banyak masukan yang diberi oleh para pendukung. Mencari pelapis stopper, mengganti stopper lama, atau membenahi pertahanan lewat strategi yang seharusnya dipikirkan lebih dalam lagi dalam masa-masa ini.
Jauh beda dengan Robert. Pertahanan di bawah meneer itu, nyaris tidak begitu mengkhawatirkan. Ada sosok Paulle dan Abdul Rahman. Mereka berdua bisa diandalkan, selepas Hamka pergi meninggalkan PSM.
Nyaris tak ada pergulatan yang besar yang menyoal pertahanan PSM di bawah Robert. Tentu saja itu perbedaan yang mencolok. Intinya, keduanya punya nilai plus dan minus.
Serangan Robert juga begitu-begitu saja. Kurang bergairah untuk menontonnya. Darije malah memberi warna baru. Banyak yang semringah melihat perkembangan PSM sekarang.
Dua suporter yang saya wawancara malah lebih mengandalkan Darije sekarang. Robert? Mereka menanggapnya cuma angin lalu. Ia percaya Darije bisa membawa PSM lebih baik lagi dari sebelumnya.
Ketua Komunitas VIP Selatan, Erwinsyah mengaku kalau hari-hari Darije mengasuh PSM, dirinya cukup puas dengan penampilan Pasukan Ramang.
“Ya, setidaknya lebih baik dari yang sebelumnya. Hanya pertahanan yang mau dibenahi.”
“Saya lebih baik Darije yang latih, daripada Robert. Permainan Robert begitu-begitu saja. Darije sekarang buat permainan PSM jadi lebih baik menurutku.”
Sama seperti Ewink, Presiden Red Gank, Sul Dg Kulle juga mengimbau untuk move on dari pelatih lama. Pelatih PSM yang sekarang sudah sapatutnya diberi kepercayaan yang banyak.
“Ada plus minus, tapi sekarang PSM sudah jadi lebih baik menurutku di bawah Darije. Tidak bisa juga dibandingkan yang mana hebat dan tidak.”
Beberapa kali lewat akun media sosialnya, ia memberi sinyal untuk mengambil sikap agar terus mengkritisi kebijakan skuat. Membenahi apa yang kurang, sebab PSM akan punya lawan yang tangguh musim ini.
Setelah semuanya mengarahkan untuk melupakan Robert dan tak lagi mempermasalahkan kepergiannya, kini komentar Munafri yang membuat orang-orang mengingat lagi apa yang sudah dilakukan Robert untuk PSM. Komentarnya itu cenderung negatif. Saya pikir, itu hal yang berbahaya.
Saya paham benar, Munafri orang yang baik. Ia dengan bersemangat mengurus PSM. Setidaknya, itu yang saya lihat dari tampilan depan PSM sekarang. Tetapi mengkritiknya tidak salah bukan?
Munafri sudah jadi influencer atau orang berpengaruh. Kata-katanya senantiasa ditunggu publik pencinta PSM Makassar. Kalimat-kalimat yang keluarkan terkadang membawa semangat dan harapan yang lebih besar bagi pendukung PSM. Lantas bagaimana jika kalimat itu provokatif?
Setelah kabar Robert melatih Persib Bandung, coba rasakan kalimat yang dikeluarkan Munafri. Saya sarankan, Anda baca dan rasakan. Berpikirlah apa dampaknya.
“Lihatlah, kelihatan tabiatnya orang. Saya sih, mau ke Bandung, mau ke mana, sudah tidak ada urusan juga. Intinya, dia mencari pekerjaan, dia seorang pelatih dan ada klub yang mau dilatih, yah silakan. Saya menganggap tidak ada apa-apa lagi,” ujar Appi, sapaan Munafri, dikutip dari Goal, Sabtu (4/5/2019).
“Intinya, dia mencari pekerjaan, dia seorang pelatih dan ada klub yang mau dilatih, yah silakan.”
Munafri berhak emosi. Saya paham benar psikologinya. Marah itu manusiawi. Mengapa saya berkesimpulan begitu, karena isi kalimatnya membunyikan suara kekecewaan.
Alasannya, PSM dan Robert Alberts sebelumnya akan bekerja sama selama empat tahun, tetapi di tengah jalan Robert mengaku sakit dan memilih mundur. Padahal ia baru melatih PSM selama dua musim.
Efeknya, jika dirasa-rasa, akan membuat publik di bawah semakin jengkel pada Robert. Lebih dari itu, akan membuat pertemuan Persib dan PSM lebih panas dari sebelumnya. Padahal, semua bisa berjalan dengan baik tanpa sindiran seperti politisi.
Kita sudah sering temukan bagaimana para pendukung PSM dan Persib saling adu argumen dan saling teror yang berujung kekerasan. Pemimpin suporter bisa saja saling mengerti, tetapi kalangan akar rumput?
Munafri bisa saja bilang “tidak masalah, kami sudah punya pelatih yang baik. Doakan semoga PSM bisa lebih baik daripada Robert. Semoga Robert sukses di klub barunya.”
Saya membayangkan sebuah drama percintaan di dalamnya. Pada akhirnya orang yang ditinggalkan kekasihnya harus mengikhlas. Atau jika kekasihnya itu memilih menikah bersama orang lain, mantan kekasihnya dengan penuh rasa hormat datang ke pelaminan. Turut berbahagia.
Saya berharap tak terjadi hal-hal negatif. Atau bisa saja kita berpikir, ini trik Appi untuk menambah sensitivitas Persib dan PSM nantinya, agar banyak yang membicarakan dan perhatian pada pertandingannya nanti? Mungkin saja, sebab Appi bukan CEO sepak bola biasa. Ia politisi.