Jakarta, Lontar.id – Dalam rilis dari KPAI yang diterima Lontar, KPAI ikut takziah kepada keluarga anak korban RF (16) di Petamburan, Tanah Abang.
Sebelum ke rumah duka, tim KPAI sudah menemui lebih dulu dua orang korban anak luka parah yang sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Jakarta.
Dalam takziah itu, komisioner KPAI Jasra Putra dan Sitti Hikmawatty, menyampaikan duka mendalam atas meninggalnya RF dalam peristiwa kerusuhan 22 Mei.
Dari keterangan keluarga korban, didapatkan informasi bahwa RF bukan peserta aksi, dan pada saat kejadian sekisar pukul 02:30 WITA. RF bersama teman-temanya, seperti biasa, bersiap untuk membangunkan warga sahur di sekitar musala dekat rumahnya.
Pagi itu, karena di luar jalan raya terdengar ada keramaian, maka RF bersama teman-teman bermaksud mencaritahu kegaduhan yang sedang berlangsung.
Namun nahas, begitu akan keluar gang, RF diduga terkena peluru nyasar di pelipis mata sebelah kiri, yang membuat korban seketika roboh.
Warga kemudian mengevakuasi RF dan beberapa temannya yang lain ke musala, namun karena luka RF dianggap paling parah, RF dibawa ke RS Angkatan Laut Mintoharjo. Di sana korban mengembuskan napas terakhir.
RF adalah putra kedua dari tiga bersaudara, orang tuanya berada di luar Jakarta, sementara RF tinggal berlibur di rumah pamannya karena keperluan untuk mengurus lanjutan sekolah. RF murid kelas 3 SMP.
Sementara pada takziah kedua di kediaman almarhum MHR yang lahir tanggal 15 Feb 2004, didapatkan informasi bahwa orang tua terakhir bertemu MHR sekitar pukul 13,00, karena MHR meminta uang untuk membeli layangan.
Awalnya tidak ada kecurigaan apapun, karena MHR sudah biasa bermain seperti itu. Namun, firasat buruk sudah dirasakan ayahandanya, yang sejak siang terus menerus menanyakan keberadaan MHR.
Sepulang kerja, ia kemudian berinisiatif mencari putranya ke rumah teman-teman bermainnya, namun tidak menemukan berita tentang MHR.
Melalui WAG kemudian disebarkan informasi kehilangan anaknya. Tak lama, orang tua MHR mendapatkan jawaban untuk mengidentifikasi seorang korban yang sedang berjuang dalam sakaratul maut, yang ternyata putranya.
Saat itu korban berada dalam ambulans menuju RS Darmais, namun karena sampai RS tersebut korban telah mengembuskan napas terakhir, maka korban langsung di bawa ke RS Bhayangkari.
Dalam kunjungan tersebut, KPAI mendapatkan informasi bahwa masih ada beberapa orang tua yang belum bisa menemukan putra putri mereka.
Berdasarkan data dan informasi awal lapangan yang diperoleh maka:
Pertama, KPAI menyayangkan peristiwa kerusuhan yang terjadi sehingga menimbulkan kekerasan dan korban terhadap anak.
Data awal anak yang meninggal sebanyak 3 orang dan korban luka yang sedang dirawat di RS Tarakan sebanyak 2 orang dan puluhan korban anak yang mengalami luka pada tanggal 22 Mei sudah pulang dari RS Tarakan.
Selain itu, KPAI terus memantau di rumah sakit lain yang sedang merawat anak korban kerusuhan tersebut, juga masukan dari laporan masyarakat termasuk laporan media.
Kedua, KPAI mendesak Polri untuk mengusut tuntas kasus tiga korban anak yang meninggal termasuk yang sedang dirawat di Rumah Sakit. KPAI terus berkoordinasi dengan kepolisian.
Ketiga, KPAI membuka posko pengaduan terkait kekerasan kerusuhan 22 Mei, terutama karena masih ada dugaan anak-anak yang hilang dan belum ditemukan oleh keluarga.
Keempat, kerusuhan 22 Mei titik lokasinya sebagian berada di sekitar pemukiman penduduk, di mana banyak anak-anak yang menyaksikan dan merasakan situasi yang mencekam pada hari tersebut.
KPAI meminta kepada Kementerian Sosial dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersama Pemerintahan Daerah Jakarta, untuk melakukan pendampingan psikologis terhadap trauma anak-anak sekitaran tempat perkara.
Hal ini perlu dilakukan agar anak-anak tidak merasakan ketakutan serta bisa menjalankan aktifitas sosialnya secara baik.
Kelima, KPAI menghimbau pada seluruh pihak apabila menemukan anak-anak berada di dekat lokasi kerusuhan (apapun) agar segera mengevakuasi atau membawa mereka ke ke zona aman.