Lontar.id – Ada kebiasaan yang sangat umum sekali, tumbuh subur di masyarakat kita sejak dulu. Yaitu mudik atau pulang ke kampung halaman bertemu dengan sanak keluarga yang telah lama ditinggalkan. Mudik, kerap dilakukan ketika memasuki masa lebaran tiba. Jumlahnya cukup besar, sehingga tak heran jika isi pemberitaan di layar televisi dibanjiri arus mudik.
Kadang saya merasa kasihan menyaksikan para pemudik, terutama yang jaraknya jauh dari ibu kota Jakarta. Permasalahan yang sering muncul adalah terjadinya kemacetan panjang yang mengakibatkan terhambatnya sampai ke rumah. Kita sudah menargetkan sampai di rumah sehari atau dua hari perjalanan darat kemudian dilanjutkan perjalanan laut, akhirnya sampai tiga hari.
Tak hanya kemacetan yang jadi masalah, potensi kecelakaan lalu lintas akibat kelelahan dan kendaraan tidak optimal merupakan kasus yang sering kali muncul di layar televisi kita. Kita tak ingin mendengar kabar duka cita karena kecelakaan, sebab saya percaya para pemudik selalu membawa kabar baik pada keluarga.
Di Jakarta, sangat terasa pengaruh warga yang mudik dengan aktivitas sehari-hari yang jadi kebiasaan. Pada umumnya Jakarta kota yang tak ada matinya, kota yang tak pernah tidur siang ataupun malam. Tetap saja terlihat orang-orang lalu lalang di jalanan, tempat keramaian malam cukup ramai hingga tempat nongkrong di caffe, bar dan lainnya.
Yang sangat terasa ketika orang pada mudik, jalan-jalan utama sepi dari kendaraan. Tidak terlalu banyak mobil dan motor berlalu lalang seperti biasanya, padahal salah satu permasalahan utama Jakarta yang sedang dicarikan solusinya adalah, soal kemacetan. Pemerintah membangun jalan layang, membuka jalan tol, kereta api, busway sebagai upaya mengurangi kemacetan, tapi tetap saja Jakarta dikepung kemacetan.
Orang Pendatang Baru
Usai mudik bertemu keluarga, mereka akan kembali lagi ke Jakarta. Tentu jumlahnya akan bertambah, membawa serta keluarga, kerabat atau bahkan tetangga untuk mencari pekerjaan yang layak di Jakarta.
Jakarta sudah seperti magnet, tempat mencari pekerjaan dan hal-hal lain. Ibaratnya, Jakarta menyediakan apa saja yang tidak ditemukan di daerah Anda, semua ada semua bisa didapatkan. Entah dengan cara yang baik, juga sebaliknya.
Ketika arus balik pasca lebaran, para pemudik membawa serta keluarga, maka bertambah lagi warga yang tingggal di Jakarta, bertambah pula permasalahan di ibu kota ini. Permasalahannya, bukan karena Jakarta tidak mampu menyediakan suplai makanan, tetapi masalah akan jadi kompleks.
Di jaman Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok jadi Gubernur, warga luar daerah dibatasi datang ke Jakarta dengan melakukan operasi yustisi. Ketakutannya cukup beralasan, karena pascalebaran, masyarakat urban akan terus berdatangan dengan jumlah yang cukup besar bermukim di Jakarta.
Masyarakat urban yang tidak memiliki keterampilan khusus, akan sangat sulit diterima oleh perusahaan-perusahaan karena banyaknya persaingan dan syarat-syarat. Pada akhirnya mereka akan menjadi pengangguran, terlibat dalam kasus kriminal atau paling banter tinggal di kawasan kumuh dan menjadi gelandangan di jalanan.
Ini merupakan permasalahan serius di Jakarta, aksi kriminal setiap hari terjadi, perebutan wilayah antar preman kerap terjadi, pemulung dan peminta-minta makin banyak di jalanan dan di lampu merah. Memang kasus tersebut benar terjadi, tetapi tidak bisa dijustifikasi bahwa semua masyarakat urban seperti itu.
Saya pikir, tinggal di kota besar seperti Jakarta, punya tantangan tersendiri. Bila punya keahlian maka akan terserap sebagai tenaga kerja, atau membangun perusahaan sendiri. Namun jika sebaliknya akan kalah dan kembali ke kampung halaman. Tak sedikit yang datang ke Jakarta menjadi orang sukses, punya nama besar dan disegani. Begitupun dengan yang lain, ada yang pulang karena gagal bertahan.
Gubernur Jakarta, Anies Baswedan merinci jumlah masyarakat yang ikut mudik pada tahun 2018 sebesar 5.865.000 kemudian arus balik meningkat menjadi 5.934.000 orang yang datang ke Jakarta atau selisih 69.000 orang. Di tahun 2019 ini arus balik akan diprediksi terus meningkat, karena banyak orang tertarik datang mengadu nasib di Jakarta.
Jika masyarakat urban semakin bertambah setiap tahunnya, bukankah ini tugas dan tanggungjawab pemerintah mencarikan solusi. Sebab tugas pemerintah melayani warganya sendiri dengan membangun lahan kerja baru atau membuka lowongan kerja. Itu juga merupakan bagian dari janji kampanye Anies Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno dulu.
Jadi, jangan mengeluh karena banyak orang baru berdatangan di arus balik tahun ini, semoga Pak Gubernur mendapatkan solusinya.