Lontar.id – Kejadian tak biasa ini benar-benar saya alami saat bulan April-Mei 2018 lalu. Awalnya, saat pertama kali menginjakkan kaki di kompleks Rumah Jabatan Anggota (RJA) DPR RI Kalibata, Jakarta Selatan (Jaksel), ada rasa senang dan penasaran. Apalagi, saya merupakan perantau baru di Jakarta, yang berasal dari sebuah daerah yang peta wilayahnya masuk Waktu Indonesia Tengah (WITA).
Suasana komplek yang luas, serta ketatnya pengamanan petugas keamanan dalam (Pamdal) di pintu masuk dan sekitar kompleks, membuat saya berpikir lokasi ini pastilah aman dari cengkeraman bahaya Ibu Kota yang sering diberitakan rawan kejahatan.
Hari-hari saya lewati dengan tenang di salah satu rumah di kompleks ini. Juga suatu kesyukuran bisa diizinkan tinggal sementara oleh Anggota DPR yang menjadi pemilik fasilitas.
Bersama 5 orang penghuni yang merupakan keluarga dan Tenaga Ahli (TA) sang Anggota DPR, saya pun mulai belajar beradaptasi. Suasana kompleks ini cukup tenang dan asri. Banyak pepohonan dan bunga-bunga indah. Jangan tanya soal kebersihan. Hampir setiap hari para petugas kebersihan akan terlihat rutin menyapu dedaunan dan sampah di setiap jalan.
Kondisi rumah tempat tinggal saya juga sering ramai dikunjungi para konstituen dan keluarga sang Legislator. Suasana akan lebih hidup jika semakin ramai tamu-tamu yang datang menginap. Tapi, suasana berbeda akan terasa saat kondisi rumah mulai sepi. Saat intensitas kunjungan tamu mulai berkurang, dan beberapa penghuni kembali ke daerah asalnya sementara waktu.
Tinggallah saya sendiri di rumah dua lantai ini. Kejadian aneh bermula saat malam hari. Sebagai seorang pria dewasa, saya merupakan perokok aktif. Kebiasaan sulit tidur di malam hari membuat saya menyempatkan untuk menghisap beberapa batang rokok di tangga belakang lantai atas. Waktu saat itu sudah tengah malam. Dari arah bawah tangga saya mendengar suara benda jatuh. Karena penasaran, saya lalu turun ke bawah untuk mengecek langsung.
Tak ada apa-apa yang saya lihat. Kembalilah saya ke atas untuk melanjutkan mengisap rokok tadi. Beberapa saat kemudian, hal yang sama kembali terdengar. Saya mulai berpikir, mungkin ini adalah kucing atau bisa saja ada tamu tak diundang. Kembali saya turun untuk mengecek ulang. Ternyata tak ada apa-apa. Saya mengecek pintu bawah dan belakang untuk kembali memastikan semua telah tertutup rapat.
Kembali saya hendak ke atas melalui tangga belakang. Saat posisi saya di pertengahan anak tangga, saya merasakan seperti ada seseorang dari arah bawah tangga besi ini. Kata orang, tanda keberadaan makhluk halus akan bisa kita rasakan saat bulu kuduk merinding. Benar saja, saya merasakan bulu kuduk mulai merinding saat itu.
Rasa ketakutan yang mulai muncul, dan benar-benar membuat saya tak ingin melihat ke arah bawah. Rokok saya matikan, lalu masuk kamar dan mengunci pintu. Malam semakin larut, kembali suara benda jatuh terdengar dari lantai bawah rumah. Saya berusaha melawan rasa takut yang muncul. Berusaha rasional dan berpikir bisa saja benar itu kucing, tikus, atau hewan lain. Pikiranku mulai tenang, dan ngantuk pun melanda.
Keesokan harinya saya terbangun dengan keberanian. Saya turun ke bawah untuk mengecek kembali di mana sumber bunyi itu semalam. Tak ada apa-apa, kecuali rak piring, dan tempat sepatu yang tetap pada posisi semula. Yakinlah saya bahwa kejadian semalam hanyalah perasaan ketakutan biasa saat kondisi sepi.
Berlanjut ke hari-hari berikutnya. Suasana rumah telah kembali ramai. Tamu-tamu kembali berdatangan dan pulang lagi beberapa hari kemudian. Siang itu matahari begitu cerah dan saya berada di sekitar Senayan. Lalu telepon berdering. Keponakan perempuan dari sang Anggota DPR menelepon saya. Katanya suasana rumah sepi, dan dirinya tak berani ke lantai atas untuk mencuci.
“Ke rumah dulu, karena saya agak takut kalau rumah sepi,” ucapnya dari balik telepon.
Ternyata bukan cuma saya yang merasa aneh saat kondisi sepi di rumah itu. Saya pun kembali ke kompleks di tengah kemacetan Ibu Kota yang sangat parah. Berceritalah Ana (bukan nama sebenarnya) ke saya jika dirinya juga kerap mendengar suara aneh di rumah ini. Bukan hanya Ana, kerabat dekat Ana yang sering berkunjung juga menceritakan hal serupa.
Tetapi, saya menganggap hal-hal itu hanyalah prasangka biasa. Sebagai makhluk beragama (meski ibadah belum maksimal), pastilah saya tetap percaya keberadaan jin di luar dunia manusia. Tetapi, saya lebih yakin jika mampu melawan rasa takut, maka prasangka soal makhluk halus itu akan memudar dengan sendirinya.
Baca Juga: Mengenang Hantu Pak Dasi, Ambi Ara, dan Parafu di Bima
Namun, kemampuan saya menekan rasa takut akhirnya kalah juga. Saat itu malam hari, tepatnya hari Jumat. Rumah kembali dalam keadaan sepi karena beberapa penghuni banyak yang kembali ke daerah asal. Saya baru tiba di depan rumah, dan mulai membuka pintu. Perasaan aneh kembali muncul saat saya menyalakan beberapa lampu.
Saya merasa kebelet untuk buang air kecil. Saya lalu buru-buru ke kamar mandi bawah yang terletak di bawah tangga depan. Kamar mandi bawah rumah ini tepat berhadapan dengan pintu gudang yang terkunci. Lampu depan dan dalam kamar mandi lalu saya nyalakan. Saat hendak masuk ke dalam kamar mandi, betapa terkejutnya saya saat menoleh sesaat ke pintu gudang yang terbuka, dan nampak samar-samar sosok perempuan berambut panjang dari dalam gudang yang gelap.
Rencana buang hajat batal. Saya berlari ke arah pintu depan. Panik, kaget, dan seperti tak percaya semuanya bercampur aduk. Saya berusaha membaca ayat-ayat Al-Quran yang saya hapal. Sejenak menenangkan diri, dan kemudian saya menghubungi salah satu penghuni rumah.
“Masih di Jakarta?” tanya saya.
Iya, masih. Tapi, saya di luar sekarang,” jawab dia (sengaja saya tak menyebutkan namanya untuk menjaga privasi).
“Saya sendiri di rumah. Tapi pintu gudang terbuka. Memang ada yang buka yah tadi?,” tanya saya lagi.
“Tidak ada yang buka. Tinggal kita berdua, yang lain banyak ke daerah. Gudang itu terkunci,” jawabnya.
Saya lalu menceritakan kejadian yang saya alami. Dan dijawab dengan pertanyaan-pertanyaan yang justru membuat rasa ketakutan saya semakin meningkat.
“Bahaya itu kalau terbuka. Hati-hati,” jawabnya dari ujung telepon.
Sekitar sejam lebih saya berusaha menenangkan diri di luar rumah. Sebelum kembali memaksa masuk dengan terpaksa. Komat-kamit mulut saya membaca ayat suci, lalu dengan memberanikan diri menutup pintu gudang dan kamar mandi. Saya tidak lagi niat buang air di kamar mandi lantai bawah. Saya melangkah lewat tangga depan ke lantai atas, dan melanjutkan buang air kecil yang sejak tadi tertunda di kamar mandi atas.
Perasaan saya tak pernah tenang pasca kejadian itu. Untuk tidur dengan kondisi rumah sepi pun saya sangat kesulitan. Berbagai referensi di internet saya buka untuk mencari informasi rujab DPR ini. Ternyata benar, bukan hanya saya dan beberapa penghuni rumah ini yang mengalami kejadian tak biasa seperti itu. Juga ada beberapa penghuni kompleks yang merasakan gangguan makhluk astral.
Beberapa informasi yang saya peroleh juga menyebutkan, jika tanah yang kini menjadi kompleks RJA DPR ini dulunya adalah pemakaman massal di zaman kolonial. Memang diperlukan penelitian sejarah untuk membuktikan ini.
Beberapa pekan setelah kejadian itu. Saya lalu menceritakan pengalaman mistik yang saya alami kepada seorang teman, Ari. Dia juga pernah sekali berkunjung ke rumah tersebut. Tapi tak ingin menginap, meski saat itu saya memaksa. Jelaslah alasannya menolak menginap. Ari mengaku, kelebihannya sejak kecil adalah mampu melihat makhluk halus. Dan, kelebihannya itulah yang membuatnya melihat secara langsung sosok makhluk astral saat tiba di dalam rumah.
“Sebenarnya saya tidak mau ceritakan saat itu. Cuman saya betul-betul lihat ada perempuan baju putih, rambutnya panjang. Posisinya di tangga (depan) saat saya naik ke atas. Dan ada juga anak kecil di lantai atas rumah,” ujarnya.
Karena cerita Ari, rasa penasaran saya justru mulai mengimbangi perasaan takut akan rumah ini.
“Mungkin saja makhluk yang disebut Ari itulah yang menampakkan dirinya dari dalam gudang saat itu,” pikirku dalam hati.
Saya mulai memberanikan diri mengorek informasi ke beberapa orang yang pernah menginap di rumah itu. 2-3 orang menjawab pernah mengalami hal serupa. Bahkan katanya, supir pertama Anggota DPR yang rumahnya kami tinggali itu, ternyata tak pernah betah untuk tinggal.
Karena sang supir rajin beribadah, dia lebih banyak menghabiskan waktu beristirahat di dalam Masjid kompleks. Alasannya, ia merasa ada banyak pengaruh negatif dari dalam rumah. Entah sebutan pengaruh negatif yang dia maksud itu karena suasananya yang angker, atau dia memang menolak secara halus untuk tinggal di rumah itu.
Baca Juga: ‘Mereka’ yang Tampak Jelang Subuh di Sekitar Unhas (II)
Begitu pun yang diceritakan penghuni rujab lainnya. Ternyata, kebanyakan dari penghuni di rumah ini tak ada yang berani bercerita saat berada di dalam rumah. Meski sebagian besar pernah mengalami langsung kejadian aneh, atau pun melihat langsung penampakan makhluk halus. Tetapi mereka menyimpan rapat-rapat pengalaman itu. Barulah saat saya mudik dan bertemu di daerah asal yang sama, blak-blakan akan kejadian aneh itu akhirnya diungkap keseluruhan.
Kejadian ini ternyata bukan sekali-dua kali saja terjadi. Tetapi, sejak awal ditinggali, tahun 2014 lalu, peristiwa aneh sudah sering terjadi di rumah tersebut. Mulai dari bunyi piring saat malam hari. Awalnya dikira pembantu sang Anggota DPR sedang mencuci piring. Tetapi, saat seluruh penghuni bangun pada pagi harinya, tak ada piring yang tampak selesai dicuci.
Begitu pun yang dialami oleh salah seorang tamu yang datang. Saat tiba pertama kali, dia tak langsung masuk ke dalam rumah, meskipun tempat penyimpanan kunci sudah dia ketahui. Barulah saat penghuni lain tiba lalu dirinya ikut masuk bersamaan ke dalam rumah. Malam harinya bahkan kejadian aneh dialami di lantai dua. Pintu kamar yang ia kunci dari dalam mendadak terbuka.
Sampai-sampai ia membangunkan penghuni lainnya di kamar sebelah untuk memastikan saja siapa yang membuka pintu kamar. Dan jawaban yang ia peroleh ternyata tak satu pun penghuni rumah yang bangun malam itu selain dirinya. Beberapa bulan berlalu, saya tak lagi rutin menetap di rujab itu. Hanya saja, kontrakan tempat tinggal saya yang baru lokasinya tak jauh dari kompleks DPR.
Jarak lokasi dekat inilah yang membuat penghuni rumah lainnya sering menghubungi saya saat rumah sepi. Alasan yang disampaikan saat sendiri di rumah itu sama dengan pengalaman saya di sana. Banyak keanehan, merasa merinding saat sendiri. Adalah jawaban-jawaban halus dari beberapa penghuni saat tinggal sendiri.
Bahkan, seorang tamu yang bertugas di kepolisian pun akan meminta saya datang jika tak ada orang di rumah itu. Orang yang setiap harinya membawa pistol ini seakan ciut nyali jika berhubungan dengan makhluk halus. Entahlah. Mungkin karena ia merasa takut, atau bisa saja risih jika tak ada seorang pun bersamanya di rumah. Hingga kini, saya masih rutin ke rujab itu saat seluruh penghuni mudik atau pun rumah dalam keadaan kosong.
Keanehan yang pernah saya alami membuat saya lebih mawas diri saat ke rumah ini. Saat malam hari jika tak ada penghuni lain, saya akan mengunci pintu kamar dan mulai mendengar musik pengantar tidur melalui headset yang tepasang di telinga. Saya tetap berusaha agar kondisi rumah itu bersih, dan rutin membuang sampah yang ada di dalam rumah. Karena saya percaya, tempat apapun yang ditinggali selama kebersihannya tak dijaga, maka potensi gangguan dari makhluk halus rentan terjadi.
Cerita ini saya buat hanya untuk sekadar berbagi pengalaman saja. Karena saya pecaya, ada dunia lain yang memang berada di luar jangkauan rasional pikiran kita. Dalam Islam, keberadaan makhluk halus (jin) memang tak terbantahkan. Jin dapat berwujud siapa dan apa saja, dan memang dapat menampakkan diri di hadapan manusia.
Penulis: Arman
*Bagi teman-teman yang punya cerita misteri di daerahnya, bisa mengirimkan tulisan di redaksi kami lewat [email protected]. Ini sebagai upaya menghidupkan kembali cerita masa lampau, sehingga generasi saat ini dapat mengambil pelajaran.