Jakarta, Lontar.id – Membayangkan lini depan PSM Makassar di tangan Darije Kalezic cukup melegakan sejauh ini. Serangannya dari hari ke hari makin kreatif.
Begitu pula dengan lini tengah, ada banyak warna. Yang menonton pertandingannya dari awal, kemungkinan besar beberapa kali deg-degan setelah PSM menciptakan peluang yang berbahaya.
Berbicara soal serangan PSM, tak sedap jika tak menempatkan nama Zulham Zamrun. Pemain asal Ternate makin garang di lini depan. Lama tak melihat Zulham sebaik awal musim ini di PSM.
Awalnya saya mengira kalau ia akan sulit menembus skuat inti di bawah asuhan Darije Kalezic. Toh, saat dilatih Robert Rene Alberts, Zulham hanya kebagian bermain lebih banyak dari bangku cadangan.
Bukan tanpa alasan Robert begitu. Pada musim lalu, Zulham memang bermain seakan-akan tak punya visi sama sekali. Di sisi sayap, ia cuma mengandalkan lari, skill yang mudah dibaca, dan akhirnya bola direbut pemain lawan.
Meski begitu, naluri mencetak golnya belum hilang. Dari beberapa pertandingan musim lalu, ia sering mencatatkan namanya di papan skor, saat PSM butuh sebiji gol untuk menang.
Sekarang Zulham tampil berbeda. Ia bersemangat, seperti ingin menunjukkan pada Kalezic, kalau dirinya bisa dipercaya di lini depan PSM. Nyala semangatnya belum padam.
Semalam, ia mencetak gol semata wayangnya saat melawan Semen Padang. Golnya bagus sekali. Lompatannya untuk menyambar umpang crossing, terselesaikan dengan baik.
Saya malah menunggu ia berselebrasi seperti Cristiano Ronaldo lagi. Namun sayang, ia tidak melakukannya. Ia hanya berlari dan memeluk teman-temannya.
Membayangkan Zulham menjadi pemain yang berbahaya, tampaknya akan segera terwujud. Tentunya itu didasari dari fakta-fakta di atas lapangan, bahwa pergerakannya semakin liar.
Jika dikasih kesempatan lebih banyak lagi, kekuatannya pasti akan lebih dahsyat. Apalagi kawan-kawannya yang siap mendistribusikan bola kepadanya sudah mengerti permintaan Zulham.
Meski begitu, ada yang terorbit, ada pula yang meredup. Di sisi lain saya bahagia melihat permainan PSM yang semakin kreatif. Di sisi lain, ada satu sosok yang saya rindukan.
Adalah Ferdinand Sinaga. Entah mengapa, belakangan ia jarang mendapatkan tempat di skuat inti seperti biasanya. Sewaktu sempat cedera, saya paham. Setelah sembuh, mengapa ia tak dimainkan?
Banyak yang mengira, kalau ia tidak masuk line up karena cedera. Beberapak kali ditanya, Ferdinand menjawab kalau ia fit dan siap dimainkan kembali. Ia barangkali gemas bertarung dengan pasukan pertahanan musuh.
Saya merindukannya bukan tanpa alasan. Bahkan jika kalian juga kangen, barangkali kita sama dalam satu keinginan: ingin melihat permainan ngotot dan keras darinya lagi.
Tetapi saya tidak mau berharap terlalu banyak. Saya yakin, pelatih menunjuk striker seperti Markkanen juga punya alasan yang paling logis untuk itu.
Jika ingin bertanya saja tanpa mau menuntut lebih pada pelatih, memangnya apa kekurangan Ferdinand? Apakah soal kerja sama tim yang tidak mampu dijalankan olehnya?
Mendung menghinggapi perasaan saya, saat saya tahu kalau Ferdinand menonton dari tribun saat pertandingan semalam. Apa yang mendasari Darije sampai tak mengikutkannya dalam tim?
Ferdinand punya kekuatan dan semangat dalam berlari dan terus berlari. Naluri mencetak golnya masih ada. Lantas apa? Saya jadi merasa jika ada faktor non teknis yang membuatnya jarang bermain.
Saya belum pernah melihatnya bermain lagi sesudah ia cedera. Padahal, jika ia dimainkan, ia bisa menjadi hiburan buat suporter yang setia menonton Pasukan Ramang bermain.
Mengapa saat Markkanen buntu, tak ada lagi pilihan selain Guy Junior yang menggantinya? Bagi saya, mungkin cocok jika Ferdinand yang dijadikan striker.
Keakuratan tendangan, insting gol, dan larinya masih dibutuhkan. Apalagi kemarin, PSM menciptakan satu permainan yang sangat disukai Ferdinand: menyerang dengan umpan terobosan.
Pluim senang memberikan umpan. Melewati satu sampai dua pemain, berlari sedikit ke tengah, lalu memberi umpan lezat, adalah hal yang biasa kita lihat jika ada Ferdinand di sana.
Ferdinand bisa menjadi kartu Joker, jika yang lainnya mentok menjadi kartu As dan 2. Rahmat dan Zulham bisa menjadi teman yang baik buat Ferdinand dalam mengobrak-abrik pertahanan.
Tetapi, Markkanen masih lebih diandalkan. Pemain itu memang sudah mencetak banyak gol di AFC. Ia menunjukkan kelasnya. Ia tenang dalam mengolah bola, tetapi nyatanya ia lambat dalam sistem permainan cepat dan keras PSM.
Sekali lagi, tak ada yang salah dari pilihan itu. Pelatih lebih tahu. Perasaan saya yang cukup bawel soal menunggu kapan Ferdinand bisa kembali merumput dan menyuruh suporter untuk berisik lagi.
Zulham kembali moncer, itu kabar yang membahagiakan. Tahu kalau Ferdinand jarang bermain lagi, itu cukup menganggu. Apakah nantinya jika tak diberi kesempatan ia bisa angkat kaki, itu lain soal. Potensi itu ada.
Bagaimana menurut kalian, kawan?