Lontar.id – Aksi mogok yang melumpuhkan transportasi umum dan menutup sekolah-sekolah di seluruh wilayah Perancis, memasuki hari kedua, Jumat (6/12/2019).
Serikat pekerja mengatakan mereka berencana terus melakukan aksi sampai Presiden Emmanuel Macron mundur.
Pemogokan itu terjadi karena Presiden Perancis yang berkuasa mulai 2017, Macron, seorang bankir investasi berusia 41 tahun, berjanji untuk membuka ekonomi Prancis yang sangat teregulasi, dia akan membongkar perlindungan pekerja.
Serikat pekerja beresiko kehilangan dukungan publik, jika gangguan itu berlangsung terlalu lama, atau pemerintah yang khawatir pemilih dapat memihak serikat pekerja dan menyalahkan pejabat atas kebuntuan itu.
Pemerintah Macron, bersama dengan banyak warga Perancis, telah membuat rencana untuk mengatasi aksi mogok hingga akhir pekan, tetapi mungkin akan mengambil kebijakan yang berbeda pada hari Senin, jika gangguan meluas ke minggu kedua.
Pekerja kereta api memilih untuk memperpanjang pemogokan mereka sampai Jumat, sementara serikat pekerja di bus Paris dan operator metro RATP mengatakan pemogokan mereka akan berlanjut hingga Senin. Serikat buruh lainnya dijadwalkan untuk memutuskan berapa lama mereka akan melanjutkan pemogokan pada Jumat pagi.
“Kami akan memprotes setidaknya selama seminggu, dan pada akhir minggu itu adalah pemerintah yang akan mundur,” kata karyawan transportasi Paris Patrick Dos Santos (50).
Aksi industri pada hari Kamis membawa puluhan ribu pengunjuk rasa ke jalan-jalan di Paris, dan memaksa penutupan bagian dari Museum Louvre, tempat disimpannya “Mona Lisa” karya Leonardo da Vinci.
Polisi mengerahkan 65.000 personel di Paris, sementara jumlah peserta aksi bisa mencapai 806.000 orang, bahkan para pemimpin serikat mengklaim angka lebih tinggi.
“Ada suara di jalan-jalan, saya berharap jendela Elysee terbuka,” kata Philippe Martinez, sekretaris jenderal serikat CGT, seperti dilansir Reuters.
Polisi menggunakan gas air mata di pusat kota Paris pada Kamis (5/12/2019) sore, ketika para pemrotes di pinggiran pawai serikat buruh melemparkan kembang api ke arah para petugas, menggeledah halte bus, dan membakar tempat sampah.
Ada puluhan penangkapan. Para pemimpin serikat mengatakan mereka yang terlibat dalam kekerasan itu tidak berafiliasi dengan gerakan serikat pekerja.
Macron ingin menyederhanakan sistem pensiun Perancis yang sulit digunakan, yang terdiri lebih dari 40 rencana berbeda. Banyak di antaranya memiliki usia pensiun dan tunjangan yang berbeda. Pekerja kereta api, pelaut dan penari balet Paris Opera House dapat pensiun hingga satu dekade lebih awal dari rata-rata pekerja.
Macron mengatakan sistem itu tidak adil dan terlalu mahal. Dia menginginkan sistem berbasis poin tunggal, di mana untuk setiap euro berkontribusi, setiap pensiunan memiliki hak yang sama.
Pemerintah tidak memberikan indikasi akan melakukan penurunan terhadap elemen-elemen utama reformasi.