Lontar.id – Pandemi Covid-19 dan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta memberi dampak yang berbeda pada masing-masing orang. Ada yang mengeluhkan penurunan omzet tapi ada juga yang mengaku mendapatkan berkah.
Fakta itu diperoleh jurnalis Lontar, Dumaz Artadi, saat meliput di salah satu kawasan padat penduduk, di bantaran kali sekitar Manggarai, Senin, 27 April 2020.
Seorang warga yang berprofesi sebagai penjual makanan olahan berbahan ikan, Yusuf, mengaku pandemi dan PSBB membuat omzet dagangannya menurun drastis, hingga 50 persen.
Kerugiannya diperparah dengan berkurangnya waktu untuk menjajakan daganganya di pasar. Biasanya dia bisa berjualan mulai pukul 6 pagi sampai pukul 12 siang, namun kini di batasi hanya boleh sampai pukul 10 pagi saja.
Yusuf mengaku khawatir jika PSBB di perpanjang, karena usahanya bisa merugi lebih besar. Apalagi dia juga harus membayar gaji pegawainya.
Selain Yusuf, seorang warga lain yang membuka usaha warung nasi dan makanan berbuka puasa atau takjil, mengaku bahwa dagangannya tidak seramai tahun-tahun sebelumnya.
Tahun ini tidak lagi ramai sebab pemda membatasi para pedagang musiman ini, dan diimbau untuk tidak berjualan takjil.
Namun hal berbeda dikatakan oleh Soimah (44), yang perprofesi sebagai tukang jahit. Dia mengaku pandemi ini malah mendatangkan berkah untuknya.
Di rumah berukuran sekitar 3 kali 5 meter itu Soimah dan suaminya membuat masker, kemudian dijual di pasar dan disetor pada penjual eceran di trafficlight.
Saat ini, setiap harinya Soimah memproduksi masker tidak kurang 50 lembar di rumahnya.
Berikut aktifitas warga dan pelaku usaha di daerah padat penduduk di Manggarai, yang didokumentasikan oleh jurnalis Lontar, Dumaz Artadi.









Editor: Kurniawan