Tuesday, May 20, 2025
Jaringan :   Cermis.id   Etnis.id
Lontar.id
  • PaliwaraNews
  • BiwaraIndepth
  • NusantaraBudaya
  • KanggaOlahraga
  • RagamHiburan
  • KolomOpini
No Result
View All Result
Lontar.id
Home Esai

Amalan Berlipat Ketika Umrah: Tuhan Tidak Sekapitalis itu Ferguso

Oleh Ais Aljumah
19 January 2019
in Esai
Amalan Berlipat Ketika Umrah: Tuhan Tidak Sekapitalis itu Ferguso

Ilustrasi jemaah haji. Sumber Foto: Al Ghazali/Lontar.id

210
SHARES
Share on FacebookShare on Twitter

Lontar.id – Awal bulan Februari mendatang, saya dijadwalkan melaksanakan ibadah umrah di tanah suci, Makkah. Sebenarnya, saya salah satu orang yang tidak berambisi melakukan perjalanan ibadah yang jauh dengan harga yang mahal.

Dalam pikiran saya, untuk mendapatkan amalan yang banyak, masa Tuhan mengharuskan hambanya membayar 20 sampai 50 juta. Tuhan tidak sekapitalis itu Feruguso.

Tapi saya tetap bersyukur, kali ini perjalanan umroh saya gratis. Bukannya Tuhan juga melarang hambanya kufur nikmat. Jadi, saya harus bersyukur. Lebih bersyukur lagi ketika membayangkan jutaan orang mengidam-idamkan perjalanan umroh namun belum terealisasikan.

Saya bersyukur dan blingsatan di saat yang sama. Semenjak diminta melakukan umrah saya pikir segala urusan akan diserahkan kepada pihak travel. Kan sudah bayar mahal masa harus repot-repot lagi, urus sana-sini.

Pada kenyataannya, saya memang harus mengurus banyak hal, bahkan jauh sebelum melakukan perjalanan umrah itu sendiri. Untungnya adalah, saya telah memiliki paspor. Itu berarti, saya tak perlu lagi bolak-balik ke kantor imigrasi. Bayangkan mereka yang harus mengurus dari awal.

Belum lagi, ketika pihak travel meminta saya melakukan vaksin. Iya sih ini penting, jangan sampai kita tertular atau menularkan penyakit saat beribadah. Masalahnya adalah mengapa untuk sekali vaksin saja, saya harus merogoh kocek yang sangat banyak? Mengapa Ferguso?

Saya tidak tahu, kecuali jika ingin berprasangka buruk. Untuk meningkatkan pendapatan negaralah dengan cara memeras uang rakyat kecil yang sedang dihegemoni beribadah di tanah suci, Makkah. Rakyat kecil yang yakin jika beribadah di tanah suci akan menyempurnakan keimanannya.

Saya sih tidak yakin dengan hal itu, sekali lagi dasarnya karena saya percaya Tuhan tidak sekapitalis itu.

Tidak sampai urus-mengurus vaksin. Akhir tahun 2018, pemerintah Arab Saudi mewajibkan calon jamaah umrah melakukan tes biometrik di negara masing-masing. Selain ribet mengurusnya, saya juga terkendala di masalah biaya.

Sebelumnya, tes biometrik untuk keperluan pembuatan visa umrah dan haji hanya dilakukan begitu para jamaah mendarat di Jeddah, Arab Saudi. Prosesnya pun tidak berlangsung lama karena hanya membutuhkan waktu lima menit.

Untuk area Jakarta, tes biometrik hanya dilakukan di satu titik, yakni di daerah Kebayoran Baru. Memang kita tidak perlu mengantri lama. Tidak ada persyaratan yang pengurusannya sangat ribet. Cukup membawa paspor dan KTP.

Tapi sebagai sobat misqueen, saya tetap keberatan karena tes biometrik, yang ternyata hanya merekam sidik jari calon jamaah harus dibayar dengan harga mahal. Nominalnya, 117 ribu. Dengon sewot, saya bertanya kepada petugasnya. “Mba, tes biometrik ini apa sih?”

Si mbak petugas menjawab dengan wajah agak masam, “memang persyaratan umroh, mbak.”

“Tujuannya apa ya?” Timpal saya.

“Karena jumlah jamaah yang semakin banyak, jadi tes biometrik dilakukan di negara masing-masing. Biar nggak numpuk di bandara.” Jawabnya.

Akan tetapi, masih ada yang lebih mengherankan dan aneh, ternyata sebelum berangkat umrah, pihak travel telah menentukan biaya khusus membuat baju seragam. Saya tidak tahu apa pentingnya, barangkali saja agar mudah dikenali saat melaksanakan umrah. Akan tetapi, apa iya ssetiap hari saya harus menggunakan seragam itu?

Parahnya lagi, setelah googling, dana yang sengaja dipentuntukkan untuk baju seragam sebesar 600 ribu. Hah? Baju ibadah ko bisa semahal itu?

Lebih dari itu semua, saya tetap ingin bersyukur kepada siapapun yang telah melayani saya selama pengurusan ibadah umrah. Terutama yang telah memberangkatkan dengan gratis.

Saya juga menjadi yakin jika masyarakat kita masih sangat mementingkan ibadah, setidaknya hal itu positif dibandingkan melakukan gibah, sebar hoaks menjelasng Pilpres, dan hal-hal nirfaedah lainnya.

Share109Tweet42Share17SendShare
ADVERTISEMENT
Previous Post

Fragmen Cerita Fiksi untuk Jokowi dan Prabowo

Next Post

Teknologi: Wajah Kita Bersama

Related Posts

Pembangunan TPU Rorotan Tak Sesuai Target
Esai

Pembangunan TPU Rorotan Tak Sesuai Target

by Dumaz Artadi
3 February 2021

Lontar.id - Pembangunan tempat pemakaman umum (TPU) untuk jenazah pasien positif Covid-19 di Rorotan, Jakarta Utara, tidak sesuai target yang...

Read more
Kami Bukan Pembawa Virus, Mengapa Dijauhi?

Kami Bukan Pembawa Virus, Mengapa Dijauhi?

21 April 2020
Skincare Korea yang Baik untuk Orang Indonesia

Skincare Korea yang Baik untuk Orang Indonesia

9 February 2020

Gugatan Terhadap Penggunaan Istilah Animisme untuk Menyebut Kepercayaan Nenek Moyang

6 February 2020
Menakar Artificial Intelligent sebagai Sebuah Kemudahan

Menakar Artificial Intelligent sebagai Sebuah Kemudahan

4 February 2020
YouTubers yang Suka Bikin Prank Beralih Saja Jadi Tiktokers

YouTubers yang Suka Bikin Prank Beralih Saja Jadi Tiktokers

29 January 2020
Lontar.id

PT. Lontar Media Nusantara

Follow us on social media:

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
  • Redaksi

© 2019 Lontar.id - Aktual Relevan Menyegarkan

No Result
View All Result
  • PaliwaraNews
  • BiwaraIndepth
  • NusantaraBudaya
  • KanggaOlahraga
  • KolomOpini
  • RagamHiburan
  •  Etnis.idwarta identitas bangsa
  •  Cermis.idaktual dalam ingatan

© 2019 Lontar.id - Aktual Relevan Menyegarkan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In