PSSI rupanya masih penasaran dengan racikan Indra Sjafri. Kali ini pria 55 tahun itu tak lagi mengasuh anak-anak di bawah 19 tahun. Tantangannya naik selevel, menjadi arsitek timnas U-22.
Jakarta, Lontar.id – Mayoritas suporter timnas masih sepakat Indra adalah jagoan taktik untuk urusan bela negara. Kendati gelar juara terakhir diraih di era Evan Dimas Cs pada 2013 silam, hal itu tak membuat nilai jual Indra di mata para petinggi PSSI menurun. Harus diakui memang selama di tangan Indra, timnas tetap berada pada level “disegani”. Mampu lolos di fase babak gugur Piala Asia menjdi buktinya.
Resmi menukangi timnas U-22 Indra telah memanggil 38 pemain untuk mengikuti pemusatan latihan pada Senin, 7 Januari 2018. “Kami memilih pemain yang bermain di kompetisi. Karena jam terbang menjadi landasan kami. Jumlahnya ada 38 orang,” kata Indra dikutip disitus resmi PSSI.
Agenda SEA Games menjadi agenda utama Indra. Meraih kepingan emas di cabang sepak bola menjadi tantangannya. Ini menjadi target yang tak bisa ditawar. Sudah bosan tim ini hanya mentok di posisi runner up.
Semoga 38 pemain pilihan Indra benar-benar mampu disaring dan terpilih skuat tangguh. Apalagi di level Asia Tenggara, skuat Garuda dahaga gelar untuk jenjang usia yang mendekati level tim senior itu.
Di hadapan pemain yang mayoritas telah merumput bersama klub beken Liga 1, ketegasan Indra diuji. Ini akan menjadi tantagan baginya.
Karena pemain dengan rata-rata usia 22 tahun itu mayoritas telah berkiprah di klub profesional dan kebanyakan bermain di kasta tertinggi sepak bola tanah air.
Belum lagi Indra yang dihantui tren buruk saat menukangi tim elite tanah air. Bali United Buktinya. Indra yang tersohor namanya saat melatih timnas justru menjadi bulan-bulanan saat memegang sebuah tim. Indra terdepak.
Namun PSSI telah menjatuhkan pilihan dan kepercayaan kepada Indra. Magis Indra diharap mampu mengulang kesuksesan saat merebut trofi Piala AFF 2013.
Dan, momentum ini menjadi jalan bagi Indra untuk menaikkan pamornya sebagai arsitek bertangan dingin. Pasalnya sejak emas terakhir SEA Games 1991 diraih, tak ada satu pun pelatih yang bisa kembali mengulang memori itu. Mampukah Indra? Kita lihat saja