Lontar.id – Era kepemimpinan Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Golkar saat ini, mengingatkan Bambang Soesatyo (Bamsoet) pada kondisi Indonesia jelang reformasi 1998.
Suasana mengerikan sebelum memasuki fase reformasi tampak sangat kontras. Pemimpin (presiden) saat itu sangat berkuasa di bawah panji totaliter, memanfaatkan militer sebagai alat politik, melarang, menekan hingga mengancam warganya. Akibat kekuasaan menekan terlalu besar melalui otoritas yang dimilikinya, melahirkan situasi ketakutan dilapisan masyarakat.
Bamsoet menyamakan kondisi saat itu, sama persis dengan kepemimpinan Airlangga Hartarto. Menebar ketakutan dan ancaman terhadap kader yang tidak mendukung dirinya jelang Musyawarah Nasional (Munas) pada Desember.
Menurut Bamsoet, ajang pemilihan Ketua Umum Golkar, seharusnya dapat menghadirkan persaingan yang sehat di antara sesama kader.
Saling mendukung satu sama lain, guna terciptanya partai yang besar. Ia tak setuju dengan cara Airlangga, mencopot dan menggeser kader karena perbedaan pilihan.
“Rasa-rasanya menghadapi Munas Golkar yang beberapa pekan lagi, saya merasa mengingat jelang reformasi. Banyak ancaman, banyak larangan dan juga pemecatan,” kata Bamsoet saat menjadi keynote speaker dalam acara diskusi ‘Golkar Mencari Nahkoda Baru’, di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (12/11/2019).
Nahkoda Partai Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga sedang diuji. Apakah ia akan berhasil mengelola partai dengan baik, atau sebaliknya menitikan catatan buruk perjalanan partai sepanjang sejarah?
“Pengelolaan partai yang baik, itu akan menentukan keberhasilan dan menjadi catatan sejarah yang baik atau justru merusak sejarah partai,” ujarnya.
Bamsoet sebelumnya, pernah mengeluarkan pernyataan bahwa akan colling down. Pernyataan itu dimaksudkan, agar iklim politik di internal Golkar kembali kondusif. Utamanya, para pendukung Bamsoet tidak lagi digeser dan dipecat.
Bamsoet yang bersikap demikian dalam bursa pencalonan Ketum Golkar, ditafsirkan Airlangga sebagai komitmen bahwa Bamsoet mundur dan mendukung Airlangga di Munas Desember.
Hingga saat ini, Bamsoet memang belum terang-terangan menyatakan sikap akan maju sebagai calon Ketua Umum Golkar. Tetapi menghadiri acara-acara yang diinisiasi para pendukungnya, Bamsoet hampir pasti menjadi lawan Airlangga di Munas.
“Kita rasakan hari ini, suasana yang mencekam, saling curiga saling sikut menyikut, saling menekan. Padahal saya sudah nyatakan, saya colling down. Saya menyampaikan, saya belum putuskan untuk maju atau tidak. Ini maksudnya agar para pendukung-pendukung saya tidak dizolimi dan tidak disingkirkan,” imbuhnya.
Editor: Ais Al-Jum’ah