Jakarta, Lontar. id – Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP-IPNU) Aswandi mengatakan, apa yang disampaikan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj di hadapan kader NU, khususnya Muslimat NU dalam rangka harlah Muslimat NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Minggu (27/1/2019) kemarin, adalah hal yang wajar dan sah-sah saja dalam konteks untuk menyemangati dan mensupport kadernya.
“Tidak perlu ada reaksi berlebihan terhadap ucapan beliau, kalau ada pihak tertentu tidak sepakat yah boleh saja namun tetap mengedepankan rasa saling menghormati karena budaya kita sarat dengan nilai-nilai saling menghargai dan menghormati satu sama lain,” kata Aswandi melalui pesan tertulisnya kepada Lontar.id, Selasa (29/1/2019) malam.
Menurut Aswandi, tingginya respons masyarakat terhadap pernyataan Said Aqil mestinya disikapi secara positif. Dia mengaku sangat menyayangkan adanya pihak-pihak yang menyikapi dengan berlebihan.
“Dan saya cukup menyayangkan adanya pihak-pihak yang justru mencaci maki Pak Kiai Said dengan mengatakan tidak punya otak dan akal sehat,” tegas Aswandi.
Dikatakan Aswandi, sebagai seorang Kiai, Said Aqil punya kedalaman keilmuan dalam memahami nilai-nilai dan ajaran Islam.
“Beliau tentunya adalah kiai yang memiliki kemampuan keilmuan yang cukup dalam, juga sangat memahami nilai-nilai dan ajaran agama Islam,” ujarnya.
“Dan dalam pidato beliau juga tidak ada satu orang pun dicaci maki dan difitnah, sangat berbeda dengan beberapa tokoh yang dalam ceramah dan pidatonya menyerang dan mencaci maki tokoh yang lain,” lanjut Aswandi.
Said Aqil Tak Gentar Meski Diprotes
Sebelumnya, pada peringatan Harlah ke-73 Muslimat NU di Stadion Utama GBK, Minggu (27/1/2019), Said Aqil menyampaikan kepada sekitar 100 ribu kader-kader NU yang hadir agar berperan secara lebih luas, dan harus menguasai lembaga-lembaga keagamaan.
“Supaya berperan di tengah tengah masyarakat, peran apa syuhudan diniyan, peran agama harus kita pegang. Di masjid, KUA harus dipegang dari NU. Kalau enggak dari NU, salah semua,” kata Said Aqil.
Pernyataan Said lalu menjadi polemik. Beberapa tokoh ikut menyampaikan protes. Salah satunya, Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abbas. Ia menilai ucapan itu mengancam persatuan.
Pasalnya, pengelolaan masjid, KUA, termasuk Kementerian Agama tidak bisa didominasi oleh satu golongan NU.
“Saya meminta Said Aqil Siradj untuk menarik ucapannya agar negeri ini tidak rusuh, karena ucapannya tersebut jelas-jelas sangat mengancam persatuan dan kesatuan umat,” kata Abbas.
Selain Anwar, Wapres Jusuf Kalla (JK) juga menyampaikan protes terhadap pernyataan Said Aqil. JK yang juga menjabat Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) mengatakan, imam salat dan khatib dipilih bukan berdasarkan golongannya, tapi kemampuannya.
“Dalam hukum Islam itu yang jadi imam, yang jadi khatib, itu orang yang mampu, dan orang yang mampu itu tidak punya batasan organisasi. Jadi ya kurang tepat kalau dilakukan dalam skala organisasi, tapi siapa yang mampu. Seperti halnya bagus, apa, siapa sajalah, begitu kan,” ucap JK.
Gelombang protes terhadap pernyataan Said Aqil sehari sebelumnya tak membuat sang Kiai gentar. Said tegas tidak akan mencabut ucapannya itu.
“Sekjen MUI minta saya mencabut ungkapan kemarin itu. Saya atau NU ini bukan bawahan majelis ulama. Jadi tidak ada hak perintah-perintah saya,” ujar Said di Jakarta, Senin (28/1/2019).
Namun, menurut Said, pernyataan Anwar itu tak lepas dari perannya sebagai Sekjen MUI. Said pun menegaskan bahwa MUI adalah forum silaturahmi dan bukan induk NU. Sehingga, menurutnya, Anwar tak berhak menyampaikan keberatan atas ucapan dirinya itu.