Jakarta, Lontar.id – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mencatat jumlah keseluruhan bencana banjir dan longsor sepanjang awal bulan Januari hingga April 2019. Data tersebut menunjukkan terdapat 1.586 kali bencana alam, mengakibatkan 432 korban jiwa meninggal dunia.
Dayak rusaknya menghancurkan sejumlah material bangunan dan memutuskan jalur distribusi dan evakuasi di beberapa wilayah yang sulit dijangkau tim evakuasi.
Bencana juga mengakibatkan 113 orang hilang, 1.439 orang luka-luka, 996.143 mengungsi. Sedangkan kerusakan infrastruktur meliputi 3.588 rumah rusak berat, 3.289 rumah rusak sedang, 15.376 rumah rusak ringan, 325 bangunan fasilitas pendidikan rusak, 235 fasilitas ibadah dan 78 fasilitas kesehatan rusak.
Sebagian besar atau 98 persen bencana terjadi karena bencana hidrometeorologi dan 2 persen bencana geologi. Sementara bencana banjir dan longsor dengan daya rusak besar terdapat di tiga wilayah seperti di Sulawesi Selatan. Sebanyak 82 orang meninggal dunia, 3 hilang, 47 luka-luka dengan kerugian ditaksir mencapai Rp926 miliar.
Lalu menyusul di Sentani Provinsi Papua, 112 meninggal dunia, 82 hilang, 965 luka-luka dan kerugian ditaksir mencapai Rp668 miliar. Kemudian di Provinsi Bengkulu 29 meninggal, 13 hilang, 4 luka-luka dengan kerugian Rp200 miliar.
Jika membandingkan dengan kejadian bencana banjir dan longsor sepanjang 2018 lalu sebanyak 1.480, maka pada 2019 mengalami kenaikan sebesar 7,2 persen atau 1.586 persen.
Berdasarkan kejadian bencana di tingkat provinsi, daerah yang paling banyak terjadi yaitu di Jawa Tengah sebanyak 427 kejadian, Jawa Barat 367, Jawa Timur 245, Sulawesi Selatan 70 dan Aceh 51. Lalu di tingkat kabupaten, bencana paling sering terjadi di Sukabumi 50 kejadian, Semarang 43,Bogor 42,Majalengka 38 dan Temanggung 37.
“Statistik bencana ini bukan hanya memuat angka-angka, namun memiliki makna bahwa ancaman bencana terus meningkat. Meningkatnya bencana pada tahun 2019 disebabkan adanya pemicu banjir dan longsor yaitu curah hujan yang deras. Kombinasi antara alam dan atropogenik menjadi penyebab utama meningkatnya bencana,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, melalui keterangan tertulis, Selasa (30/4/2019).
Saat tanggap darurat masih dilakukan di Bengkulu, Sigi, Pesisir Barat dan lainnya. Pencarian, penyelamatan dan evakuasi bencana di Bengkulu masih terus dilakukan. Dampak bencana di Bengkulu saat ini 29 orang meninggal dunia, 13 orang hilang, 4 orang luka, 12.000 orang mengungsi, 13.000 orang terdampak, 211 ternak mati, 184 rumah rusak, 40 titik infrastruktur rusak dan lainya.
Sebagian wilayah banjir sudah surut dan meninggalkan sampah dan material yang banyak. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi pengungsi terus ditingkatkan terutama kebutuhan dasar seperti pemenuhan makanan siap saji, air bersih, tenda pengungsian dan lainnya.
Begitu juga dengan penanganan banjir lumpur di Sigi Sulawesi Tengah. Banjir lumpur melanda tiga kecamatan yaitu Kecamatan Dolo Selatan, Gumbasa dan Kulawi pada (28/4/2019). Banjir menyebabkan 1 orang meninggal, 2.793 orang mengungsi, 5 rumah hilang, 36 rumah rusak berat dan 528 rumah terendam banjir dan lumpur. Tebal lumpur bervariasi 10 cm hingga 3.5 meter. Perlu penanganan khusus terutama membersihkan lumpur yang tebal.