Bulan ramadan telah berakhir. Kini kita berada di perayaan terbesar umat muslim di dunia (Idul Fitri). Meski lebaran telah lewat sehari, namun euforia itu masih terus terasa. Sebagai seseorang yang hanya bisa merayakan lebaran sendiri di rumah, tanpa ketupat, buras, opor, dan palekko, euforia itu masih bisa saya rasaan melalui tangkapan layar smartphone. Berlebaran di ruang virtual.
Foto-foto bersama keluarga berseliweran di sosial media. Ungkapan maaf datang dari segala penjuru. Mulai dari ucapan maaf hasil copy-paste, sampai yang paling absurd kita dapatkan. Mulai dari teman kuliah, rekan sejawat, keluarga, mantan, tetangga, bahkan dari teman-teman yang hanya pernah kita jumpai dalam ruang virtual.
Saya pribadi tidak memiliki kebiasaan mengirimkan ucapan maaf ke sosial media, bahkan saat berjabak tangan dengan keluarga, ada perasaan kikuk untuk mengutarakannya. Bukan karena tidak ingin meminta maaf atau memaafkan, tapi tetap saja momen-momen itu bagi saya sulit untuk mendapatkan kesakralannya.
Meskipun sangat jarang berkirim ucapan maaf, saya samasekali tidak keberatan dengan ungakapan maaf yang datang dari group WhatSapp, chat pribadi, dan dari manapun itu. Entah itu hasil copas atau hanya sekadar ucapan, “maaf ya…. :)”. Saya pikir, setiap orang berhak menemukan jalannya masing-masing untuk mengakui segala kekhilafan dan dosa. Seiap orang berhak meminta dan menyambut kebaikan-kebaikan di momen seperti ini. Kita patut bersuka cita.
Lebaran tahun ini, saya ingin khusus mengucapkan maaf terhadap diri sendiri sembari memaafkannya. Saya ingin memaafkan diri sendiri terlebih dahulu sebelum mengucapkan maaf dan memaafkan kekhilafan dan kesalahan orang lain. Apakah bisa? Lalu bagaimana caranya? Mungkin cara kerjanya sama dengan adagium yang serig kita dengar. Cintai dirimu sendiri dulu sebelum mencintai orang lain. Barangkali, memang kita tidak pernah bisa memaafkan dan mencintai orang lain sebelum memaafkan dan mencintai diri sendiri dulu.
Saya tentu saja sepakat dengan narasi itu. Bagaimana mungkin kita bisa memaafkan orang lain, sebelum memaafkan diri sendiri. Memaafkan diri, yang tahun ini belum mampu menyelesaikan target-target yang belum tercapai. Memaafkan diri karena seringkali melukai diri sendiri dengan memaksakan diri bekerja sampai lupa makan dan terkena maagh.
Memaafkan diri karena sempat berbohong dan tanpa sengaja melukai hati orang lain. Memaafkan diri sendiri karena masih sering membuat orang tua khawatir dan sedih. Memaafkan diri sendiri karena belum bisa lulus kuliah tahun ini. Memaafkan diri sendiri karena belum bisa mudik dan berbagi THR. Memaafkan diri sendiri karena belum bisa mengasihi dengan banyak.
Jika saat ini kita telah berhasil memaafkan diri sendiri. Kita tentu saja akan memiliki kekuatan dan keikhlasan mengucapkan maaf dan memaafkan orang lain. Kita sadar, bahwa diantara banyaknya kesalahan, diri kita sendirilah yang paling sering dan lebih banyak melakukan kesalahan. Jadi, sudahkah kau memaafkan dirimu sendiri hari ini? Bersegeralah agar selamat.