Lontar.id – Tahun ajaran baru sekolah akan dimulai bulan depan, tepatnya pada Senin ketiga bulan Juli. Pembelajarannya pun tidak dilakukan secara tatap muka, melainkan melalui internet hingga siaran TV dan radio.
Makanya, Kemendikbud menyediakan modul yang bisa dipelajari mandiri. Saat ini, tentang hal itu, Kemendikbud sedang mengkaji secara komprehensif bersama Gugus Tugas Penanganan Covid-19 untuk mengatur ulang skala prioritas di bidang pendidikan.
Kepala Biro Kerja Sama dan Humas Kemendikbud, Efi Mulyani mengaku di tengah pandemi saat ini, banyak pelajaran yang didapat Kemendikbud. Seperti soal bagaimana teknologi bisa dimanfaatkan oleh insan pendidikan, mulai dari anak, orang tua murid, hingga guru.
Meski beberapa daerah harus beradaptasi dengan teknologi, namun terjadi percepatan adaptasi teknologi.
Wakil Presiden RI, KH Ma’ruf Amin mengatakan peningkatan jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 pada masa transisi menuju adaptasi kebiasaan baru (AKB) menjadi pertimbangan pemerintah dalam mengambil kebijakan.
“Untuk itu, kebijakan kegiatan pembelajaran dengan tatap muka harus dipertimbangkan dengan cermat, menyesuaikan kondisi terkini di masing-masing daerah,” ujarnya dikutip dari CNBC Indonesia.
“Hanya daerah yang masuk zona hijau yang dapat memulai kegiatan persekolahan secara tatap muka. Pelaksanaan protokol tatanan normal baru akan terus dievaluasi untuk masing-masing daerah.”
Kebijakan untuk terus mengevaluasi penerapan protokol kesehatan menjadi tantangan tersendiri bagi asrama dan pesantren.
Olehnya, diperlukan dukungan yang baik dalam penerapan jaga jarak, pelaksanaan tes kesehatan, fasilitas cuci tangan, cairan pembersih tangan dan masker.
“Kita harus mengajak pengelola pesantren, guru, orangtua, santri dan calon santri, para pakar pendidikan dan perlindungan anak agar diperoleh solusi terbaik untuk pendidikan anak,” ujarnya.