Lontar.id – Perusahaan-perusahaan BUMN yang dinilai sudah tidak produktif bisnis dan operasionalnya, akan dilikuidasi.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saat ini sedang menunggu persetujuan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kewenangan melikuidasinya, akan diberikan dalam bentuk Keputusan Presiden (Keppres).
“Sekarang kita minta supaya ada kewenangan tambahan dipegang Pak Menteri BUMN [Erick Thohir] khususnya supaya perusahaan-perusahaan yang tidak bisa dipertahankan itu, bisa dibubarkan oleh Pak Menteri BUMN,” kata Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, Sabtu (6/6/2020) dikutip dari CNBC Indonesia.
Beberapa perusahaan disebut Arya, akan dilikuidasi seperti PT Merpati Nusantara Airlines (Persero), yang tak beroperasi sejak 2014, namun perusahaan ini masih memiliki aset-aset seperti pesawat dan bisnis MRO atau maintenance, repair & overhaul (MRO) alias hanggar pesawat yang masih dapat dioperasikan.
“Anda tahu Merpati? Masih terbang nggak? Nggak. Tapi masih ada perusahaannya. Masih terbang nggak? Kalau soal pesawat ada, kalau nggak terbang kan nggak ada operasi, tapi masih ada Merpati,” jelas Arya.
Kedua adalah PT Iglas (Persero) yang memiliki bisnis pembuatan kemasan gelas, khususnya botol. Perusahaan ini disebut bangkrut sejak lama.
Lalu perusahaan pelat merah lainnya yang dipertimbangkan untuk dilikuidasi adalah PT Kertas Kraft Aceh (Persero).
“PT Kertas Kraft Aceh juga sama, hal ini saya tak mau terjebak, tapi ini harus diputuskan apa disehatkan, perbaiki core business atau masuk kategori lain. Atau dengan kerendahan hati harus dilikuidasi biar gak jadi beban, ga ada titik sehat,” kata Erick di tengah rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Kamis (20/2/2020) lalu.
Sekarang BUMN memang memiliki perusahaan yang tengah dalam proses likuidasi, yakni PT Kertas Leces. Perusahaan ini dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Surabaya pada 28 September 2018.
Tahun lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membuka data BUMN-BUMN yang merugi dan masuk ke daftar penerima penyertaan modal negara (PMN) pada 2018.
Sejak 2015-2016, kata Sri Mulyani ada 8 BUMN yang merugi, kemudian pada 2016 menurun menjadi 3 dan terakhir pada 2018 tercatat ada 7 BUMN.
“Kerugian pada 7 BUMN yaitu PT Dok Kodja Bahari, PT Sang Hyang Seri, PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, PT Pertani, Perum Bulog, dan PT Krakatau Steel,” ujar Sri Mulyani, Senin (2/12/2019).