Lontar.id – Jumlah kematian akibat campak di negara kepulauan kecil, Samoa, di Pasifik, mencapai 50 jiwa. Negara itu menutup sekolah dan membatasi perjalanan menjelang musim liburan Natal.
Dilansir Aljazerra, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit yang sangat menular itu telah melintasi dunia, dan di Samoa, yang cakupan vaksinasinya hanya sekitar 31%, ditemukan populasi yang rentan.
Pemerintah Samoa, menyatakan, dalam waktu lebih dari dua minggu, angka kematian akibat campak, melonjak lebih dari 10 kali lipat, menjadi 53 orang pada hari Senin (2/12/2019). Saat ini terdapat lebih dari 3.700 kasus campak di sana.
“Lima anak meninggal dalam semalam,” Nanai Laveitiga Tuiletufuga, sekretaris pers Kantor Perdana Menteri Samoa mengatakan kepada Al Jazeera.
Dia juga menjelaskan bahwa 53 orang telah meninggal akibat penyakit itu. Dari jumlah tersebut, 50 adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun sedangkan 23 adalah bayi berusia di bawah satu tahun.
“Dalam 24 jam terakhir, 198 kasus lagi juga telah dikonfirmasi oleh Kementerian Kesehatan, “tambahnya.
Sebanyak 2.000 hingga 3.000 pegawai pemerintah akan menghentikan sementara pekerjaannya dan membantu logistik, untuk memaksimalkan vaksinasi pada penduduk.
Kasus campak meningkat di seluruh dunia, bahkan di Jerman dan Amerika Serikat, ketika orang tua menolak imunisasi karena alasan filosofis atau keagamaan. Juga kekhawatiran, bahwa vaksin semacam itu dapat menyebabkan autisme, namun itu dibantah oleh dokter.
Samoa, terletak antara Hawaii dan Selandia Baru, mengumumkan keadaan darurat pada 20 November dan memerintahkan bahwa 200.000 orang yang tinggal di pulau itu mendapatkan vaksinasi.
Dikatakan sekitar 33.000 orang divaksinasi sebelum bulan lalu dan 58.000 selanjutnya.