Lontar.id – Saya tidak pernah melihat Barcelona bertahan secara total. Tidak pernah berpikir kalau ia akan menjadi babu di rumahnya sendiri. Babu dalam melayani serangan demi serangan yang dibangun anak asuh Jurgen Kloop.
Saya kira, itu bukanlah sebuah tim bernama Barcelona semalam. Tetapi mereka masih menganut prinsip Mes Que Un Club. Soal gaya main, mereka lebih mirip Chelsea selama dilatih Mourinho dan Di Matteo.
Pertama-tama, saya baru melihat jarak antara pemain belakang dengan pemain tengah begitu jauh. Gelandang Liverpool kah yang bermain apik atau pemain Barcelona yang memancing Liverpool untuk agresif dan membuang tenaganya sejak awal?
Keadannya, para pemain Barcelona sering salah oper. Para pemain tengah terlalu banyak mengoper ke belakang. Awalnya, saya pesimis kalau Barcelona akan menang di kandangnya sendiri. Melihat pola serangan dari Liverpool saja, saya sering was-was kalau sampai kapan Barcelona akan bertahan total?
Hebatnya Valverde, dia benar-benar membuat Barcelona kuat di pertahanan subuh tadi. Alasan memasukkan Arturo Vidal dari awal, sudah sangat tepat yakni membuat serangan Liverpool putus.
Banyak yang bertanya-tanya soal mengapa Arthur tidak masuk di awal? Jawabannya adalah, Arthur condong lebih lama memegang bola, dan mengatur pola serangan.
Sementara Vidal, mematahkan serangan dan langsung mengoper pemain yang berada di dekatnya. Sepanjang pertandingan, hanya itu yang ia buat. Rakitic-lah yang membentuk serangan dari tengah.
Selain didukung Lenglet yang hebat dalam bertahan, Barcelona juga terbantu sekali dengan keberadaan Ter Stegen. Dari bawah, ia tidak gegabah dan terburu-buru menghidupkan pertandingan selama ia memegang bola.
Selain tidak gegabah, kemampuannya yaitu fokus melihat penyerang dan potensi akan mengarah ke mana bola yang dilepaskan dari tembakan seorang gelandang atau penyerang Liverpool.
Contoh sederhananya adalah, beberapa kali Milner melepaskan sepakan spekulasi dari luar kotak dan dalam kotak penalti, yang begitu mudah dibaca Stegen. Padahal, hasil tendangan Milner terbilang keras dan cepat.
Di tengah sorakan cules dalam Camp Nou, meski Barcelona memainkan sepak bola negatif, ia tak lupa untuk menyerang. Beberapa kali serangannya efektif dan membahayakan kiper Liverpool, Allison Becker.
Suarez membuktikan itu, setelah Jordi Alba mengirim satu operan yang akhirnya menyiksa Liverpool selanjutnya. Alba seperti tidak kenal lelah. Kepada publik, ia menunjukkan dirinya sebagai seorang bek dan sweeper yang hebat.
Perannya dalam menyerang dan bertahan tampaknya dimainkan secara sempurna. Salah beberapa kali dikawal olehnya. Jika lepas, maka Lenglet akan menghentikan gerakan striker serba bisa asal Mesir itu.
Pertandingan semalam benar-benar menunjukkan superioritas Barcelona. Ia membahasakan secara eksplisit, kalau mereka sekarang lebih kuat dalam bertahan. Serangan? Tentu saja. Ada Messi di sana. Tak ada Messi, tak ada pesta.
Buktinya, tendangan Suarez yang mengenai mistar mampu dimanfaatkan Messi. Kedua, tak lama setelah itu, Messi mengeksekusi lagi tendangan bebas yang berbuah gol. 3-0. Benar-benar kambing. Eh, kambing atau alien, sih?
Di bawah komando Messi, mereka bisa melawan tim dari mana saja dan gaya bermain bagaimanapun bentuknya. Intinya, dari Enrique ke Valverde, Azulgrana makin memperkuat pertahanannya, meski harus mengorbankan permainan indahnya subuh tadi.
Yang tidak pernah habis dipikir adalah, selebrasi Suarez. Memang sih, tidak ada yang melarang untuk merayakan gol apalagi ke gawang mantan klub yang pernah dicintai. Dalam aturan tertulis, itu bukanlah suatu kejahatan.
Fans klub Liverpool dari Eropa, Empire of The Kop, lewat akun twitternya bahkan menulis kalau Suarez layak dicintai semasa ia menjadi pemain Liverpool. Lebih dari itu ia harus menjadi musuh kalau menyakiti The Reds.
Lewat golnya, ia menunjukkan kalau dirinya bukan lagi seorang musuh, melainkan seorang bedebah yang tidak tahu terima kasih. Bukan apanya, ada yang mengungkit kalau Liverpool yang membantunya merangkak dan tegak, setelah kasus gigitannya pada Evra.
Liverpool telah memberikan segalanya pada seorang pemuda tengik yang hobi menggigit. Meski begitu, harus diakui, Barcelona yang menjinakkan hobi aneh striker asal Uruguay itu. Suarez dibuat menjadi patuh.
Selama menjalani hukuman panjang setelah memangsa pundak Chiellini, Barcelona menjadi klub yang sabar seperti seorang sahabat yang mengerti persoalan karibnya itu. Suarez menjadi gemuk dan Barcelona bertugas untuk membentuk badannya jadi proporsional kembali.
Jika dirasa-rasa, kalau di Indonesia, sikap Suarez telah melanggar norma-norma yang berlaku. Ia sudah tidak hormat pada klub yang membantu melambungkan namanya di jajaran striker elite kelas dunia.
Selain merayakan selebrasi, ia juga terlihat berselisih dengan Henderson. Suarez dalam bidikan kamera tampak sedang mendorong pemain berambut klimis itu, sambil melontarkan kalimat-kalimat yang entah apa artinya.
Ada api ada asap. Kita tidak pernah tahu, mengapa Suarez begitu lancang merayakan sebuah gol penting dalam laga semifinal subuh tadi. Apakah itu hanya sekadar persoalan emosional? Ada apa di balik semuanya?
Jika Suarez berani lebih liar lagi, sepatutnya ia mencoba kekuatannya di bekas kandangnya. Di Anfield, yang terkenal angker di seantero daratan Inggris. Mampukah ia selebrasi dengan bahagia, kalau ia mencetak sebiji gol di sana?
Patut dinantikan, apakah ia akan memble dan mentalnya jadi kerupuk, di bawah tekanan The Kop? Saya kira Suarez perlu membuktikannya kalau ia bukan sembarang striker, pada pekan depan, Rabu dini hari, 8 Mei 2019.