Banyak orang mengira kalau pemain asing lebih baik dari pemain lokal yang ada di Indonesia. Padahal, tekanan menjadi pemain asing begitu banyak. Mereka punya kendala yang sulit ditaklukkan, jika tak ada pelatih tokcer di belakangnya.
Jakarta, Lontar.id — Sekian banyak pemain bintang yang sulit untuk nyetel dengan gaya main tim yang baru ia bela. Ada beberapa faktor yang mempersulitnya.
Jadi, pikiran yang mengganggap pemain di luar dari Indonesia selalu lebih baik, tampaknya harus diubah dari sekarang. Levelnya sama. Mereka tentu akan menjalani atmosfer berbeda dari negara dan tempat ia terbiasa bermain.
Keluar dari masalah itu, faktor pelatih adalah yang paling utama. Ia bisa menjadi sumber ilmu yang bisa direguk pemain asing yang baru merumput di Indonesia.
Setidaknya, beberapa tahun terakhir, ada beberapa nama yang jadi catatan kalau usahanya untuk mempercepat adaptasi pemain terbilang sukses.
Sebelum mengulasnya, ada baiknya mengetahui kendala-kendala yang menyulitkan sulitnya pemain untuk beradaptasi.
Pertama adalah kendala bahasa. Biasanya pelatih memang pandai untuk memilih pasangannya atau asistennya. Racikan strategi dan taktik baru mulus berjalan, jika sama-sama tak ada lagi masalah seperti itu.
Kedua, adalah kondisi lapangan. Hal ini yang paling sulit. Di Indonesia, hanya ada beberapa lapangan yang patut dijadikan pertandingan internasional. Apalagi menyoal soal rumput.
Ketiga adalah soal cuaca. Bisa dibilang, cuaca selalu bisa menjadi momok buat pemain. Misal, udara tropis, yang menyulitkan pemain dari Eropa menyesuaikan diri. Tak ayal, pemain mengeluh karena terlalu panas.
Melewati itu semua, selalu ada pelatih yang selalu menyemangati dan mampu membawa pemain melewati semua permasalahan.
Robert Alberts
Membawa Pluim dan Klok apalagi membuatnya gampang nyetel dengan permainan Pasukan Ramang, adalah hal yang patut diacungi jempol. Selama melatih PSM, dua pemain ini terbilang sulit digantikan.
Keduanya punya porsi yang saling berkaitan satu sama lain dengan jalannya serangan sekaligus bertahan PSM. Tidak berlebihan jika PSM menempati posisi 10 besar dalam helatan Liga 1 2017 dan 2018.
Tak berlebihan pula jika Pluim dianggap sebagai kreator serangan PSM yang bisa menyulitkan tim manapun di Liga Indonesia. Begitu juga dengan Klok. Semangatnya tak diragukan, serta daya jelajah di lapangan tengah.
Stefano “Teco” Cugurra
Menjadikan Marco Simic sebagai pemain yang berbahaya di Liga 1 adalah hal yang patut diacungi jempol untuk Teco. Memang, Simic sebelumnya dikenal sebagai tukang gedor pertahanan lawan.
Namun, jadi tukang gedor saja tidak cukup. Ada kerja sama tim yang harus dibangun, memahami cuaca, serta beberapa kesulitan yang sudah dijelaskan di atas.
Selain permainan pragmatis yang kerap ditunjukkan Teco, ia juga mampu menggembleng Simic yang langsung menjadi striker berbahaya saat pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia.
Jacksen F Thiago
Lama bermain sepakbola di Indonesia, membuat Jacksen memilih menjadi pelatih di beberapa klub besar tanah air. Hal yang paling diingat, saat ia melatih Persipura.
Menjadikan Persipura sebagai klub yang disegani di Indonesia dan Asia, membuat Jacksen patut diperhitungkan. Apalagi soal melihat pemain yang potensial.
Salah satunya Aaron Evans. Ia menjadi sosok menakutkan di lini pertahanan dan jangkar di Barito Putera musim lalu.
Sebab kekuatannya, ia kini dipercaya menjadi palang pintu PSM Makassar dalam mengarungi Liga 1 2019 dan AFC yang menyisakan waktu beberapa bulan lagi.