Tanpa menafikkan tim lain, PSM harus was-was saat bertemu Bali United dan Madura United. Teco baru saja merapat ke Pulau Dewata setelah membawa Persija juara. Sementara Madura belanja pemain kelas atas secara besar-besaran. Soal modal jangan ditanya.
Jakarta, Lontar.id — Sempat ramai diisukan kalau Stefano “Teco” Cugurra akan melatih PSM. Kini, eks pelatih Persija itu mengampu Bali United. Pieter Cs mendapatkan jasa pelatih asal Brazil itu, setelah melego beberapa pemainnya.
Hal ini juga menguatkan kalau musim 2019, Bali United sangat serius untuk merengkuh gelar juara, setelah 2017 di Liga 1, asanya ditutup oleh Bhayangkara FC.
Teco, dalam dua musim melatih Persija, sudah memberi dua gelar sekaligus yaitu Piala Presiden 2018 dan Liga 1 2018.
Dalam hitungan statistik, Teco mengemas 45 kali kemenangan, 20 kali seri, dan 20 kali imbang. Total pertandingan yang dimainkan berjumlah 85, dimulai dari musim 2017 hingga 2018.
Atas dasar itu, manajemen Serdadu Tridatu melihat kalau Teco mampu mengubah permainan Bali dengan tangan dinginnya serta strategi berikut taktiknya.
Saat melatih Persija, Teco dikenal membawa gaya permainan yang pragmatis. Dalam beberapa laga, jika sudah menang, ia langsung mengubah pola permainannya menjadi bertahan.
Hal ini mengingatkan kita pada Mourinho. Kerap berkomentar pedas di media dan psy war ke klub lawan, ia cenderung memainkan permainan yang monoton dan mengedepankan kemenangan daripada menghibur.
Gaya bermain itulah, yang membuat Persija juga didaulat sebagai tim yang paling sedikit kebobolan dua musim berturut-turut. Sudah sesuai.
Bali United sejauh ini masih adem ayem soal transfer pemain yang masuk. Yang keluar, malah banyak. PSM bahkan mendapat pemain bekas dari Bali.
Kemungkinan, Bali hanya mempertahankan pemain-pemain yang punya nilai jual besar di klubnya. Seperti Lilipaly dan Irfan Bachdim.
Mereka enggan merekrut terlalu banyak pengganti, sepeninggal Abdul Rahman dan kawan-kawannya ke PSM Makassar. Lagi-lagi ini persoalan industri.
Meski begitu, banyak yang menyesali keputusan dilepasnya Taufik Hidayat ke PSM. Taufik dinilai sebagai aset berharga. Permainannya tidak mengecewakan selama berseragam Bali United.
Baca juga: Setelah Robert Mundur dari PSM
Madura Jadi “Los Galacticos”
Di Real Madrid, ada sebutan Los Galacticos yang artinya tempat pemain bintang dari pelbagai galaksi bermain. Madura tampaknya memilih ikut cara Madrid “menghamburkan” uang.
Bukan apanya, klub yang manajemennya diasuh oleh Haruna Soemitro ini memang mau menjadi kampiun musim 2019, Madura United juga tidak mau kalah, baik dari urusan perekrutan pemain dan pelatih.
Saking gregetnya menggelontorkan fulus, Laskar Sape Kerrab merekrut Dejan Antonic sebagai pelatih. Ia bukan sekali ini melatih klub Indonesia. Persib pernah ditukanginya dan sebelum ke Pulau Garam, ia melatih Borneo FC.
Dejan Antonic dikenal sebagai juru racik taktik yang andal. Ia punya seni melatih yang cukup baik. Terbukti saat membawa Borneo berada di peringkat 7 Liga 1, dengan kualitas pemain yang tidak begitu mentereng namanya.
Patut dibayangkan kalau Dejan membawahi pemain bintang yang mengais rezeki di Madura. Tentu saja kekuatannya akan sangat dahsyat, tanpa memungkiri ego dan psikologis pemain itu sendiri.
Itu baru pelatih. Soal pemain, Madura baru-baru menggegerkan publik se-Indonesia dan se-Jawa Timur karena merekrut Andik Vermansyah. Persebaya dibuat tak percaya, kalau putra daerah Surabaya merumput di Madura dan jadi seterunya.
Selain itu, ada juga M Ridho dan Satria Tama. Ridho ialah kiper yang sempat digadang-gadang akan masuk timnas karena penampilan gemilangnya di bawah mistar saat membela Borneo FC. Sementara Satria Tama adalah kiper langganan timnas Indonesia U-22.
Untuk mempertahankan kekuatan lini depan, pemain kunci Madura juga sudah diikat, seperti Greg Nwokolo. Ada juga amunisi baru yang dibelinya untuk menambah kekuatan bertahannya, yakni Jaimerson Xavier dari Persija.
Baca juga: Dua Wajah Pelatih Tokcer di PSM Makassar
PSM Masih Cari Pelatih
PSM punya kans besar juara pada Liga 1 2019 musim ini, setelah menunjukkan performa menanjak dari musim ke musim saat dilatih Robert. Terakhir, ia bertengger di posisi 2 klasemen Liga 1 2018.
Namun, kondisi berbalik. Ia ditinggal Robert Rene Alberts sebelum liga dimulai. Para pendukung PSM tampak masih menyimpan sedu-sedan. Namun berkurang setelah para pemain anyar berkekuatan besar datang menyambangi Kota Anging Mamiri satu per satu.
Ada nama Bayu Gatra, Taufik Hidayat, Beny Wahyudi, Munhar, dan masih akan ada lagi yang menyusul. Bayu saja cukup bikin keder lawan. Kecepatan mengobrak abrik pertahanan dan insting golnya tak diragukan lagi.
Kabar baiknya, masih ada nama lama yang dipertahankan seperti Pluim, Klok, Ferdinand, dan lainnya. Semuanya dinilai sudah nyetel dengan gaya main PSM.
Meski begitu, pelatih masih ditunggu. Siapapun pelatihnya, tampaknya tidak begitu berimplikasi pada tim yang nyaris pelapis dan intinya sama-sama kuat.
Munafri sendiri, kemarin, menyatakan kalau ia akan berusaha dalam waktu dua pekan untuk mencari pelatih sepadan pengganti Robert. Ia kini sedang menargetkan pelatih asing.
Desas-desus pun kian ramai, ada yang menyodorkan nama Mario Gomez, Riedl, dan masih banyak lagi. Pelatih lokal jangan ditanya, Widodo Cahyo Putro dan Fachri Husaini terus mencuat.
Tidak ada yang salah dari kemauan seluruh suporter, mereka yang namanya disebut itu adalah yang selama ini baik dalam kepelatihan. Namun ditunggu saja, akan tepatkah suksesor Robert melatih PSM, untuk melawan dua raksasa di atas?