Lontar.id – Kemenangan PSM di Makassar berbuah duka di Jakarta. Orang-orang tak dikenal yang beratribut Persija datang ke Kafe Komandan. Mereka menyerang pendukung PSM yang nonton bareng bersama perwakilan The Jakmania.
Pertandingan Selasa 6 Agustus 2019 kemarin antara Persija vs PSM, memang cukup menegangkan. PSM yang sudah memasukkan dua gol, belum aman. Persija mencetak sebiji gol saja saat itu, Pasukan Ramang dipastikan tumpas di kandangnya.
PSM mengulur waktu pada menit akhir. Karenanya, Zulham Zamrun diberi kartu kuning setelah mengabaikan bola di pinggir lapangan. Saat itu, ia menjadi pelempar bola yang keluar dari sisi kanan.
Tak lama, pluit panjang dibunyikan. Di Makassar sudah masuk Magrib. Di Jakarta belum. Langit masih merah. Seisi Stadion Mattoanging bergemuruh. PSM melepas dahaga juara pada tahun ke-19 ia berpuasa.
Gempita dan sorak-sorai pendukung PSM membahana. Makassar menjadi lautan merah kemarin dan hari ini. Hampir setiap pengendara di jalanan, orang-orang di kantor, warung kopi dan tempat kumpul publik lainnya, memakai atribut berwarna merah.
Beda di Jakarta, di Kafe Komandan, Jalan Abdullah Syafei, Tebet. Sewaktu Pluim baru akan mengangkat piala di atas podium yang disiapkan pihak Piala Indonesia. Tepat pada pukul 17.57 WIB, segerombolan pengacau dari seberang jalan mengacungkan jari tengah ke arah pendukung Persija dan PSM.
“Gue ingat betul itu. Anak-anak bocah ngacungin jari tengah ke kita,” ujar DN, warga Tebet yang ikut menonton pertandingan kemarin. DN juga memperlihatkan kakinya yang berdarah.
“Ini gue kena lemparan batu. Nih.”
DN mendengar polisi berpesan padanya, kalau pada pukul 18.00 WIB, ia sudah tidak bertanggung jawab dengan keadaan sekitar. Sebab izin sudah selesai. Barulah saat itu, waktu mau bubar dari Komandan, tiba-tiba mereka diserang dari pelbagai arah. Batu, botol, mercon, dan molotov semua diarahkan padanya. Suasana mencekam.
Suporter PSM yang merasa tersudut lalu mencoba keluar dari tekanan. Mereka membalas dan berhamburan keluar untuk beradu lempar pada gerombolan pengacau yang memakai atribut sepak bola kebesaran Jakarta itu.
“Anak-anak di sini tidak lari kok. Tidak. Kami balas,” ujar Rezky, pria asal Makassar yang belum lama menetap di Jakarta, yang belakangan diketahui dirampok dan dilukai oleh beberapa orang berbadan besar dan memakai atribut The Jakmania Gandaria.
Jauh sebelum perampokan itu. Motor Rezky, sudah diamankan di Kodim sekitar sewaktu nonton bersama. Sebelumnya, ia takut akan terjadi apa-apa dengan kendaraannya. Makanya, ia membawanya ke tempat yang dirasa steril dari keributan. Lagipula plat motornya kode Makassar.
Dalam video liar yang tersebar, beberapa dari suporter PSM sempat berlindung untuk menyelamatkan diri. Mereka berpencar untuk bersembunyi. Akhirnya, kedai kopi di area Komandan dan kaca belakang mobil seorang anggota Gue PSM bernopol B 1845 UVJ, pecah berhamburan.
Dari pecahan kaca botol yang dilempar, jendela kedai yang bolong ditimpuk dan mobil yang hancur, entah serpihan kaca apa yang melukai seorang perempuan asal Makassar yang ikut nonton di Komandan.
Melalui instagram pribadinya, ia mengaku tidak apa-apa. Tidak ada hal yang serius terjadi padanya. Lontar juga sudah mengkroscek ulang pada anggota Gue PSM, Raka. “Gak ada bang. Aman kok kita. Teman-teman semua aman di sini.”
Suasana berubah jadi lebih dingin. Malam hampir larut. Jalanan di Syafei, di bawah Flyover yang mengarah ke Stasiun Tebet, lalulintasnya masih padat. Sempat ada teriakan dari anggota Gue PSM untuk mengimbau agar para suporter tidak berkomentar kepada wartawan.
Media Dikeluhkan
Lontar menghubungi Ketua Gue PSM, Rio Verieza via Whatsapp. Ia memberi komentar pedas, yang sayangnya, tidak bisa diterakan di sini. Ia berpesan, kalau ia tidak akan lari dari masalah ini.
“Tolong bantu saya untuk menyalurkan pendapat, bosku.”
Saya mengiyakan. Apa pasal? Ia bercerita, banyak informasi yang tidak berimbang dan menyudutkan pihaknya. Informasi yang dibuat diakuinya terlalu mengada-ada. “Sampai hari ini (malam kemarin), tidak ada konfirmasi apa-apa ke kita.”
Ia menunjukkan dan mengirimkan satu pranala yang menurutnya tendensius. “Masa kita dituduh mengacau duluan dan melempar keluar. Kurang kerjaan banget kita mau usik orang. Masa iya sambil nonton, kita juga melempar?”
Selain itu, informasi sepihak yang ditulis soal perizinan turut dikeluhkan. Dalam isi pranala itu, ia mengaku, tidak sreg dengan pemberitaan. Sebab ia merasa sudah meminta izin kepada pihak yang berwajib.
“Dalam berita, kepolisian mengaku bilang acara nobar kami tidak ada izin. Saya bantah. Saya punya bukti surat-surat izin keamanan ke polisi. Kok kami dibilang tidak laporan ke polisi?”
Kapolres Jaksel Kombes Indra Jafar, dalam pranala itu menerangkan, nobar suporter PSM di Kafe Komandan tidak dilaporkan ke polisi. “Ini masalahnya. Kenapa media tidak mau kroscek ke kami, biar berimbang gitu.”
Rio juga berencana akan somasi satu media besar di Jakarta tentang informasi sesat. “Saya berencana lapor. Kok informasi salah, diamini. Mereka akomodir suara yang mengamini kalau kami yang pertama nyari ribut. Lalu mereka tidak konfirmasi ke kita.”
Sebelumnya, Kapolres Jaksel Kombes Indra Jafar menyebut penyerangan bermula saat suporter yang melintas melempari kafe. “Ketika selesai pertandingan dan salah satu menang dari pihak PSM di dalam, ada yang berjoget-joget dan ada diduga suporter Persija yang melintas itu kelihatan melakukan pelemparan,” ujar Indra di Komandan, Selasa (6/8/2019).
Sementara saksi bernama Narno yang dikeluhkan Rio berujar kalau bentrokan terjadi saat azan magrib berkumandang. “Di Daeng Tata ada nobar suporter PSM Makassar.”
Ketua RT 11 Tebet itu mengatakan, bentrokan dipicu adanya provokasi dari suporter PSM Makassar. Menurutnya, suporter PSM yang justru melempari The Jakmania yang sedang melintas.
“Suporter PSM yang nobar itu melempari yang lewat depan situ. Langsung bentrok. Ya mereka lempar batu, lempar botol,” katanya.
Belakangan diketahui dari Rio juga, bahwa di antara The Jakmania yang hadir menonton di Kafe Komandan, ada yang ikut menyerang suporter PSM bersama perusuh beratribut Persija.
Seorang Suporter PSM Dipukul oleh Terduga Polisi
Suporter PSM di Jakarta bukan hanya diserang oleh gerombolan pengacau. Satu dari mereka juga sempat bersitegang dengan kelompok lain, pada malam kemarin, saat rombongan polisi sudah datang ke Komandan untuk mengamankan situasi.
Lontar berada di sebelah Ichsan, Korwil Jakarta Timur Gue PSM, saat mewawancarainya. Lontar berbicara santai dan sesekali tertawa. Suara kami nyaring. Di sebelah kami, beberapa orang gondrong dan berbadan tegap berdiri bersedekap.
Lontar bertanya soal kronologi lengkap bagaimana markasnya diserang. Saya ingat betul, tidak ada dari kami yang meremehkan polisi. Terakhir, Ichsan bilang jika suporter PSM Makassar datang ke Jakarta, mereka semua yang menjamunya.
Seorang lelaki berbadan tegap memakai kaus polo berkerah, kemudian berbicara kepada kami. Ia mengaku, kalau pekerjaannya tidak mudah. Saya dan Ichsan saling tatap. “Kenapa sih?” ujar Ichsan bingung.
Dari pembicaraan kami yang tidak ada sangkut pautnya kepada polisi, pria itu merasa direndahkan. “Mau ngerendahin polisi lu, anjing?”
Ichsan kagok. Bogem lalu diarahkan ke perut menyusul ke mulutnya. Kejadian itu jelas. Lelaki itu maju dan berhadap-hadapan dengan Ichsan. Setidaknya dua lelaki berbadan besar dan berambut gondrong, lalu menghampiri lelaki berkaus coklat itu.
“Kenapa Ndan?”
“Ini nih, bawa nih provokator.”
Ichsan kemudian ditarik di samping reporter Lontar. Reporter Lontar menahan jalan cepat mereka yang ingin menjauh dari keramaian di beranda Kafe Komandan. Reporter Lontar berteriak, bahwa ia sedang mewawancarai Ichsan, narasumbernya. Dua lelaki itu abai.
Tak sampai beberapa detik, Ichsan kembali. Giliran lelaki berkemeja polisi dan suporter yang sempat bersitegang. Seorang lelaki entah siapa berbicara dengan setengah berteriak. “Komandan saya juga orang Makassar. Orang Sinjai. Tolong berhenti.”
Kapolres Jakarta Selatan, Kombespol Indra Jafar, lalu naik ke atas meja kayu di beranda Kafe Komandan. Mereka memohon untuk menghentikan pertikaian. Setelah itu, saya bertemu Ichsan lagi dan melihat bibirnya sudah pecah.
“Iya, ini tadi dipukul polisi.”
Ichsan merasa tidak terima dengan perlakuan polisi. “Saya tidak takut berhadapan kok. Saya tidak salah. Saya punya saksi kalau saya tidak ada kalimat yang merendahkan polisi. Buktinya, saya tidak melawan saat saya digiring menjauh.”
Ia mengaku akan membawa kasus ini ke pihak yang berwajib. “Saya akan buat laporan. Saya nanti mau visum dulu bibir saya. Setelah itu, baru saya kasih keterangan. Tindakan seperti ini tidak boleh dibiarkan. Saya juga mengerti hukum kok. Saya pengacara.”
Bahkan saat fotografer Lontar ingin mengabadikan lebih banyak gambar seorang lelaki berkaus polo itu. Ia lalu didatangi dua lelaki berambut gondrong lagi, yang beberapa waktu lalu membawa Ichsan jauh dari keramaian.
“Sudah bang foto-fotonya. Kami ini mau mendamaikan anak-anak Makassar.”
Tak Ada Komentar
Untuk memastikan kabar soal pemukulan suporter PSM oleh lelaki berbadan tegap, tindak lanjut serta indikasi pelaku yang menyerang Kafe Komandan, Lontar menghubungi beberapa pihak kepolisian dan pentolan suporter The Jakmania, Ferry Indrasjarief. Sayangnya Ferry tak menjawab pesan.
Saat Lontar menghubungi Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Indra Jafar, hingga berita ini ditulis, belum ada konfirmasi balik darinya. Lontar sudah mengirim pesan kepadanya dan belum ada balasan.
Tak sampai di situ, Lontar juga menghubungi Kasatreskrim Polres Jaksel Kompol Andi Sinjaya dan Kasubag Humas Polres Jaksel Kompol Suharyono, tapi hasilnya nihil, tidak ada konfirmasi yang kami dapatkan. Telepon tidak diangkat dan pesan tidak dibalas.
Sebelum itu, Lontar sempat mengabari Humas Polres Jaksel, Aiptu Broto Suwarno melalui telepon genggam. Hasilnya, Aiptu Broto tidak menerangkan apapun terkait pertanyaan dari Lontar. Hanya saja ia meminta untuk menghubungi Kompol Suharyono, lantaran ia tidak berada di lokasi kejadian.
“Saya kan gak ada di TKP, langsung saja ke (hubungi) Kasubag Humas saja,” ujar Aiptu Broto Suwarno, setelah itu ia mengirimkan nomor Kasubag Polsek melalui pesan singkat, Rabu (7/8/2019).
Meski begitu, beberapa akun yang mengatasnamakan pendukung Persija menyebutkan, bahwa orang-orang yang menyerang di Kafe Komandan adalah oknum yang mencoreng nama The Jakmania dan ingin mencederai persaudaraannya dengan suporter PSM.
Bahkan banyak pula mengaitkan kondisi ini dan membandingkannya dengan pelemparan bus Persija pada 27 Juli lalu yang dilakukan orang tak dikenal. Insiden itu melukai ofisial Persija dan beberapa pemainnya.
CEO PSM Makassar, Munafri Arifuddin lantas meminta pihak keamanan agar segera menindak tegas pelaku pelemparan batu ke bus pemain Persija Jakarta.
Akhirnya, setelah pelemparan itu, Persija dan ofisialnya mengadu ke PSSI karena merasa tidak aman. Mereka pun meminta final di Makassar ditunda. Manajer Persija, Ardhi Tjahjoko bahkan mengusul untuk bermain di tempat netral.
Kondisi Sehari Setelah Kericuhan
Sehari setelah keributan. Beberapa kelompok suporter di Makassar turut berduka dengan kejadian yang dialami suporter Gue PSM yang berada di Jakarta dan Makassar.
Gue PSM secara organisasi tidak ikut merayakan euforia atas juaranya PSM Makassar dalam helatan Piala Indonesia. Mereka bersikap begitu, sebab pihaknya masih berkabung atas tragedi penyerangan 6 Agustus 2019.
Atas insiatifnya itu. Duka banyak mengalir. Kalimat no justice no party atau tak ada pesta kalau tak ada keadilan berseliwer di media sosial. Kelompok suporter CSM 1915 di Makassar bahkan membentangkan spanduk bertuliskan “Save Suporter PSM Jabodetabek”.
Rio Verieza mengaku tetap berkomunikasi dengan Polres Jakarta Selatan seusai kericuhan itu. Menurutnya, polisi sudah mengantongi nama pelaku. Bahkan ada beberapa orang yang diamankan.
“Tetap koordinasi kok dengan kepolisian. Katanya sudah ada pelaku yang ditangkap.”
Meski begitu, Lontar hingga saat ini (Rabu malam, 7 Agustus 2019), belum bisa menghubungi pihak kepolisian untuk mendapatkan informasi tentang kejelasan kasus yang menimpa Gue PSM dan perusakan Kafe Komandan.