Jakarta, Lontar.id – Geliat blackpink di Indonesia semakin ramai ditampilkan oleh media. Setelah beredarnya petisi yang berisi permintaan untuk mengehentikan iklan blackpink di shoppee karena dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai timur atau dalam istilah pembuat petisi tidak pancasilais. Alih-alih memberhentikannya, girlband asal negeri ginseng ini justru semakin dikenal.
Salah satu indikator yang bisa dilihat untuk membuktikan betapa terkenalnya blackpink di Indonesia yakni melalui perbincangan-perbincangan netizen di sosial media. Meskipun bukan penggemar girlband dan apapun yang berbau ke “korea-koreaan”, saya melihat wacana blackpink menarik diulas. Apalagi saat melihat sepupu saya yang seorang pelajar SMP bersama teman kelasnya nonton bareng konser blackpink. Tidak sampai disitu, beberapa kali saya melihat postingan teman instagram saya yang merekam keponakannya sedang meniru tarian blackpink.
Saat ini, nama blackpink kembali heboh di instagram karena postingan Lucinta Luna. Ia mengunggah fotonya yang meniru gaya rambut personil blackpink, lalu melemparkan poling melalui instastorynya kepada netizen. Ia menanyakan apakah dirinya lebih mirip Lisa atau Jennie Blackpink. Meskipun pada akhirnya ia memilih dipanggil Jennie. “Panggil aku Jennie blackpink,” tulisnya dalam unggahan insta storinya.
Menyoal Aksi Peneguran KPI Terhadap Blackpink, Pantaskah?
Ketika melihat alasan peneguran yang dilakukan KPI terhadap blackpink menyiratkan sesuatu yang bias. Masalahnya adalah, ada kalimat yang menyatakan bahwa blackpink tidak sesuai dengan norma kesopanan yang diatur dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) KPI tahun 2012.
Keputusan yang diambil oleh KPI harusnya ditinjau kembali. Sebagai masyarakat Indonesia, saya akan malu jika bertemu dengan personil blackpink ini. Logika sederhananya adalah, blackpink memang berasal dari budaya Korea Selatan sehingga budaya kesopanan dari timur tidak bisa ditempelkan pada blackpink. lalu mengapa kita mesti ribut-ribut saling sikut perihal blackpink yang tidak pancasilais?
Kedua, peneguran terhadap blackpink seperti peribahasa “Gajah mati di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak.” Iya, jadi sebelum jauh-jauh menegur budaya orang, yang sebaiknya perlu dilihat lagi apakah selebritas di Indonesia telah menganut budaya ketimuran? Jawabannya sederhana saja, silakan tengok sosial media, dan kita bisa menemukan banyaknya pakaian-pakaian yang digunakan artis Indonesia yang sangat tidak pancasilais.
Sebaiknya, KPI lebih duluan menegur Lucinta Luna sebelum ia memerangi perannya sebagai Jennie blackpink. Di sisi lain, yang paling menggelikkan adalah adanya klaim tidak sesuai dengan budaya timur. Bukannya setiap kebudayaan itu adalah hasil dari akulturasi beragam kebudayaan. Bukannya indonesia bekas kolonialisasi sekian ratus tahun dari Barat?
Seperti kata-kata yang sering kita kutip, “musuh terbesar kita bukan orang lain tapi diri kita sendiri.”