Gowa, Lontar.id – Ratusan jamaah An Nadzir di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel), kini telah melaksanakan salat Ied atau hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1440 Hijriah / 2019 Masehi, di Masjid Baitul Muqaddis kompleks pondok Jamaah An Nadsir, Kelurahan Romang Lompoa, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Senin (3/6/2019) pagi.
Sekisar pukul 06.30 Wita, jemaah yang dikenal dengan identitas rambut gondrong dan berambut pirang serta berpakaian serba hitam tersebut, terlihat mulai berbondong-bondong berdatangan ke masjid.
Sementara untuk posisi salat, jemaah perempuan berada di dalam masjid dan jemaah laki-laki berada di luar atau halaman masjid.
Salat Ied ini pun dilaksanakan tepat pukul 07.00 Wita dan khatib atau imam dipimpin langsung oleh Sekretaris Jenderal An Nadzir atau Ketua Dewan Pengawas dan Penanggung Jawab Pendidikan dan Pembangunan Jamaah An Nadzir Gowa, Ustaz M. Samiruddin Pademmui atau Ustaz Samir.
Dalam ceramahnya Ustaz Samir lebih banyak menerangkan terkait kewajiban atau anjuran yang harus dilakukan sebagai umat Islam. Ia juga menyinggung terkait keberadaan teroris yang kerap kali identik dengan agama Islam.
“An Nadzir bukan bagian dari teroris. Dan teroris bukanlah Islam,” tegasnya dalam ceramah di depan ratusan jamaah berbaju hitam dan berambut pirang dan gonrong itu.
Jamaah An Nadzir menetapkan hari raya Idul Fitri, 1 Syawal 1440 Hijriah / 2019 Masehi ini lebih awal dari keputusan pemerintah. Hal itu karena berdasarkan kesepakatan bersama dari tim sembilan yang telah dibentuk untuk pemantauan terhadap bulan.
Menurut pemantauan yang telah dilakukan beberapa hari terakhir pada bulan Ramadan dan dari hasil pemantauannya, bulan sudah tidak terlihat atau terbit di ufuk timur.
Selain mengamati bulan, Ustaz Samir juga menjelaskan bahwa Jemaah An Nadzir memantau fenomena alam atau tanda-tanda alam seperti pasang surut air laut.
“Itu juga kan dikaitkan dengan fenomena alam seperti pasang surut air laut, kemundian nanti kan pergantiannya besarnya angin, kilat dan guntur yang paling terakhir itu yang air laut itu. Jadi kita memang berdasarkan pada pasang puncaknya, yang istilahnya pasang kondak. Jadi besok itu akan terjadi pasang kondak air laut itu,” tambahnya.
Usai melaksanakan salat Ied idul fitri, jemaah An Nadzir langsung saling minta maaf dan berpelukan satu sama lain. Terlihat, beberapa jemaah pun tak sanggup menahan derai air matanya saat sedang berpelukan.
Diketahui, kelompok An Nadzir yang awalnya bernama Majelis Jundullah itu, hingga saat ini menetap terpisah dari permukiman masyarakat Kabupaten Gowa pada umumnya.
Mereka membuat perkampungan sendiri di daerah Danau Mawang yang juga terbilang sebagai salah satu danau yang memiliki histori perjalanan penyiaran Islam di daerah Kabupaten Gowa.
Dalam bertahan hidup, jemaah An Nadzir yang jumlahnya diperkirakan sudah mencapai ribuan jemaah itu, memilih bercocok tanam dengan memanfaatkan lahan subur yang ada di kawasan Danau Mawang.
Penulis: Lodi Aprianto