Jakarta, Lontar.id – Keberadaan pendaki yang hilang di Gunung Bawakaraeng, Galih Andika (20) hingga kini belum jelas. Belum ada tanda-tanda keberadaan Galih pasca dinyatakan hilang, Minggu 10 Februari 2019 lalu.
Tim SAR gabungan yang telah berusaha mencari keberadaan Galih selama sepekan tak kunjung menuai hasil. Pencarian dihentikan sejak, Senin (18/2/2019).
Baca Juga: Dua Pekan Berlalu Pasca Hilangnya Pendaki di Bawakaraeng
Kini, memasuki hari ke-18, Kamis (28/2/2019), kabar keberadaan Galih belum menemui titik terang. Salah satu relawan yang terlibat dalam pencarian, Muhammad Reza, berkisah saat proses pencarian.
“Waktu itu 14 februari 2019, hampir semua lubang kita masuki dan bahkan jalur yang belum tentu hewan bisa lalui, kami tanpa ragu menyisir secara bersamaan. Tapi tetap saja sia-sia, sambil mencari dan terus berdoa itulah yang kami lakukan,” kata Muhammad Reza kepada Lontar.id.
Reza mengaku cukup menyesalkan kekompakan dari para rekan Galih. Sebab dua rekan yang bersamanya saat mendaki dianggap terlalu terburu-buru.
“Bagiku pribadi, buat apa kau punya banyak teman di jalan, tapi masih saja terburu-buru? Gunung tidak lari ke mana, yang penting itu kita pulang sama-sama,” ujarnya.
Jaga Kekompakan dan Etika Saat Mendaki
Sebelumnya, Galih bersama dua orang rekannya mendaki Gunung Bawakaraeng, melalui desa Lembanna, kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Jumat (8/2/2019) lalu.
Namun, di tengah perjalanan di pos 5, dua rekannya yang tiba lebih dulu tak menemukan keberadaan Galih. Rekannya terus melakukan pencarian hingga ke pos 6, namun Galih tak kunjung ditemukan.
“Saya saja cuma sebagai relawan dan tidak mengenal sama sekali korban merasa begitu kecewa sama temannya yang selamat,” ujarnya.
Reza menuturkan, dalam mendaki selain harus menjaga kekompakan, etika dan adat istiadat tetap harus dikedepankan. Sebab, ia mengaku perjuangan tim pencari sudah sangat maksimal. Berbagai cara dengan membuka jalur baru bahkan telah coba dilakukan.
“Kebetulan ada sedikit gambaran waktu membuka peta dan mempersiapkan jalur baru yang akan kita semua lalui dan berharap bisa menemukan korban,” katanya.
“Nah, dalam pendakian, hal yang penting itu adalah etika, mengabdi kepada tuhan yang maha esa dan tanah air. Saling merangkul antar manusia dan sesama pecinta alam, dan menghormati masyarakat sekitar dan adat istiadat termasuk gaib,” lanjutnya.