Jakarta, Lontar.id – Seperti biasa, polisi pamong praja di Makassar melakukan tugasnya dengan sangat cermat pada Ramadan, yakni merazia indekos.
Mereka bak pahlawan dalam menggerebek seseorang dalam kamar di malam buta. Jika isi kamar itu muda-mudi, maka informasi segera dibuat dan pewarta yang mengikutinya segera mencatat kejadian itu.
Seperti kisah yang diikuti dan dicatat oleh jurnalis Lontar, Lodi Aprianto ini: Satpol-PP dan Dinas Sosial (Dinsos) Kota Makassar melakukan operasi yustisi di sejumlah indekos di Kota Makassar.
Sembilan pasangan mesum bukan suami istri berhasil terjaring dan alat hisap sabu hingga alat kontrasepsi juga berhasil disita petugas, Rabu (15/5/2019) malam.
Operasi ini dilaksanakan untuk menekan penyakit masyarakat dan juga menjaga kesucian Ramadan. “Ini laporan dari masyarakat bahwa ada beberapa rumah kos sering disalahgunakan,” ucap Kepala Dinas Sosial Makassar, Ahmad Namsun.
Razia mereka mulai sejak pukul 21.00 Wita. Mulanya, petugas gabungan ini melakukan razia rumah kos di sepanjang jalan Banta-bantaeng, Kota Makassar.
Satu per satu indekos yang terindikasi disalahgunakan oleh oknum, dimasuki petugas. Semuanya diketuk dan penghuni kamar diminta untuk memperlihatkan identitasnya.
Hasilnya, di lokasi pertama, Pol PP menemukan sepasang kekasih berduaan dalam kamar. Mereka menganggapnya berhasil.
Selanjutnya, mereka menyambangi rumah kos di sepanjang jalan Rappocini hingga pukul 24.00 Wita. Mereka mengemas sembilan nama pasangan terduga mesum yang terjaring.
Dua pasangan di antaranya sedang berpesta narkoba jenis sabu. Saat digeledah, ditemukan alat kontrasepsi berupa tisu magic dan alat hisap sabu atau bong, serta beberapa saset sabu kosong habis pakai.
“Kita memang curiga dari awal karena saat pintu kamarnya diketuk, penghuni kamar ini lama baru dibuka. Saat dibuka juga, kamarnya berasap, tapi dilihat tidak merokok. Jadi diperiksa dan ditemukan alat hisap sabu dan saset kosong,” tambahnya.
Dalam razia ini beberapa pasangan mesum sempat akan mengelabui petugas dengan cara mengaku sebagai keluarganya saat diamankan. Petugas pun memeriksa identitas untuk mengetahui hubungan mereka. Saat dicek, ternyata mereka tak memiliki hubungan keluarga
Selain mengamankan sembilan pasangan mesum, petugas juga mengamankan seorang waria dan pemuda yang kedapatan membawa senjata tajam jenis badik.
Sementara untuk kedua pasangan terduga mesum yang juga kedapatan diduga habis ‘make’ ini, diserahkan ke pihak kepolisian dalam hal ini Polrestabes Makassar.
“Kita sifatnya pembinaan. Dan jika terjadi pidana maka akan diserahkan ke pihak kepolisian. Selanjutnya, mereka yang terjaring, kita akan data dan akan dilakukan asesmen,” tutupnya.
Baiklah. Saya menganggap itu adalah sebuah kesalahan dari perspektif kebiasaan. Agama menyebutnya dosa. Saya sepakat soal itu. Masalahnya, mengapa privasi kita berhak diubek-ubek Pol PP di malam buta? Atas izin atasannya kah?
Soal mesum atau tidak, tidak ada yang tahu kalau mereka adalah pasangan yang pantas dilaknat. Berduaan dalam kamar itu dan bukan keluarga, dalam budaya kita, jelas salah. Picingan mata setiap saat mengarah dengan tajam, jika mereka kumpul kebo.
Tetapi menghakiminya dengan berkata mesum, itu tidak etis. Pertama adalah, mereka tidak tertangkap sedang ‘basah’. Foto yang beredar dari berita itu, tisu magic-nya sengaja difoto. Buat apa? Sensasi? Kedua adalah, mengapa mereka dirazia?
Saya sering bertanya-tanya dalam hati, apa Pol PP yang merazia tugasnya cuma mencatat statistik dan laporan kepada atasan, soal berapa banyak orang yang mereka duga berbuat keji pada Ramadan setiap tahun?
Jika sudah begitu, maka komentar orang-orang yang biasa kita dengar soal berita-berita penggerebekan macam di atas adalah “mau zina kok gak berduit. Kalau mau zina, jangan di penginapan kelas melati. Di hotel dong.”
Sepertinya, memang pelaku atau yang terduga berzina, dianggap penyakit jika yang melakukannya kelas menengah ke bawah. Jika para muda-mudi itu berduit, dan berduaan di hotel berbintang lima, mereka dianggap penyumbang pemasukan daerah.
Tidak ada gerebek kamar ke kamar di sebuah hotel berbintang. Sudah sejak lama saya menunggunya, tetapi waktu yang kuharap tak kunjung tiba. Privasi memang dijaga. Itu jaminan hotel.
Lebih baik, jika Anda bukan golongan kelas atas dan ingin kongko-kongko dengan lawan jenis di kamar, urungkanlah niat Anda. Apa kata orang dan pemerintah nantinya?