Lontar.id – Pemerintah Irak mengutuk aksi demonstran anti-pemerintah, yang menyerbu dan memuat konsulat Iran di Kota Najaf terbakar pada hari Rabu (27/11/2019).
Kejadian itu merupakan ekspresi terkuat dari demonstran Irak, terkait sentimen anti-Iran. Mereka telah berunjuk rasa selama berminggu-minggu di ibukota Baghdad.
Sebelum serangan tersebut terjadi, staf di konsulat Iran telah dievakuasi. Pemerintah setempat memberlakukan jam malam di kota suci itu.
Jurnalis Aljazerra, Mohammed Jamjoom, melaporkan dari Ibukota Irak, Baghdad, bahwa pengunjuk raaa mengepung konsulat Iran.
“Yang kami ketahui oleh para saksi mata adalah bahwa para pengunjuk rasa mengepung konsulat Iran di Najaf dan mereka kemudian membakar gedung itu sendiri atau pagar yang mengelilingi bangunan itu,” ucapnya, seperti dilansir Aljazeera.
“Tapi kami masih menunggu detail lebih lanjut tentang itu, khususnya,” lanjutnya.
Sementara, seorang pejabat kepolisian setempat, menjelaskan pada The Associated Press, bahwa seorang pengunjuk rasa tewas dan sedikitnya 35 orang terluka, ketika polisi menembakkan amunisi untuk mencegah para pengunjuk rasa memasuki gedung.
Demonstran mengambil bendera Iran dari gedung dan menggantinya dengan bendera Irak. Staf konsulat Iran melarikan diri dari pintu belakang, tanpa ada yang terluka.
Insiden itu menandai peningkatan demonstrasi di Baghdad dan sebagian besar warga Syiah di Irak selatan sejak 1 Oktober.
Para pengunjuk rasa menuduh pemerintah sangat korup dan mengeluh tentang layanan publik yang buruk dan pengangguran yang tinggi.
Mereka juga mengecam pengaruh Iran dalam urusan Irak. Menurut mereka, partai-partai politik dan paramiliter yang didukung Iran mendominasi lembaga-lembaga negara dan parlemen.
Pada hari Kamis (28/11/2019), pihak Iran menuntut Irak untuk mengambil tindakan tegas terhadap para agresor.
Dikutip oleh kantor berita Iran, IRNA, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi, mengutuk serangan itu dan menuntut tindakan tegas, efektif dan bertanggung jawab terhadap agen dan penyerang yang merusak.
Sedikitnya 350 Tewas
Sedikitnya 350 orang tewas dan ribuan terluka dalam aksi terbesar dalam sejarah modern Irak. Pasukan keamanan menembakkan peluru, gas air mata, dan bom asap hampir setiap hari sejak kerusuhan dimulai.
Pembakaran konsulat Iran terjadi setelah hari-hari menegangkan di Irak selatan, tempat para pemrotes membakar ban dan memotong akses ke jalan-jalan utama di beberapa provinsi.
Di Karbala, empat pengunjuk rasa tewas oleh tembakan langsung dari pasukan keamanan dalam 24 jam sebelumnya.
Pejabat keamanan setempat memgatakan, tiga dari pengunjuk rasa anti-pemerintah tewas, ketika pasukan keamanan menembakkan peluru tajam untuk membubarkan kerumunan di kota suci Karbala, Selasa (26/11/2019) malam.
Sementara seorang pengunjuk rasa lainnya meninggal karena luka-luka yang diderita, ketika tabung gas air mata menghantamnya dalam bentrokan pada hari sebelumnya.