Sunday, May 18, 2025
Jaringan :   Cermis.id   Etnis.id
Lontar.id
  • PaliwaraNews
  • BiwaraIndepth
  • NusantaraBudaya
  • KanggaOlahraga
  • RagamHiburan
  • KolomOpini
No Result
View All Result
Lontar.id
Home Esai

Jakarta Keras? Lembutkan dengan Tiga Kata Ini

Oleh Almaliki
2 January 2019
in Esai
Melihat Perayaan Tahun Baru di Berbagai Belahan Dunia

Monumen Nasional, Jakarta/LONTAR/Ghazali

415
SHARES
Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa hari yang lalu, setelah dari Taman Ismail Marzuki, saya sempat kongko di warung minum yang cukup besar di sekitar Jakarta Pusat

Banyak pengunjung di dalam. Mulai dari segala usia. Bapak-bapak, pemudi, dan pemuda. Gaya mereka nyentrik. Apalagi pemudinya, banyak juga yang sedap dipandang. Ada yang tergerai rambutnya, pakai jilbab, dan berpupur tipis dengan pemulas merah di wajahnya.

Saya senang masuk ke sana. Saya memesan es kopi, kemudian memerhatikan seluruh pengunjung, baik yang masuk dan keluar. Saat itu sudah menginjak waktu tengah malam.

Obrolan banyak terdengar. Ada makian-makian bernada candaan dan sesi curhat yang nyaring sekali. Di sana, saya jadi pencuri dengar. Kamu kamu-saya saya. Sistem itu berlaku. Abai.

Untung saya sudah beli rokok dan telah meminta tolong mengambilkan asbak pada pelayan. Saya duduk diam mengamati sembari ngudud, dan menanti teman yang pergi memesan camilan tahu pedas dan sosis goreng juga kapucino.

Kami bercerita banyak hal. Salah satunya kehidupan Jakarta. “Jakarta itu keras,” kata teman saya dan banyak orang yang pernah saya kenal juga berkata seperti itu. Kami berempat duduk di meja bundar berpelitur coklat dan ada payung kecil tersambung ke meja yang menahan kepala kami dari embun.

“Di sini bisnis hitam itu banyak. Lihat di berita kan, banyak ranjau paku yang ditebar untuk menghidupkan satu bengkel. Harus hati-hati di sini,” katanya padaku. Saya mendegar secara serius dan takzim.

“Di sini nyari duit susah. Kalau tidak ada kemampuan berlebih, bakal sulit dapat kerjaan. Harus lihat dan simak kehidupan di sini lebih lama, untuk benar-benar paham omonganku dan bikin opinimu sendiri,” tambahnya lagi.

Memang sih. Ada benarnya juga. Dari data yang saya kumpulkan, di Jakarta ada beberapa tempat hiburan malam dan bisnis lendir.

Harganya juga beraneka ragam. Mulai dari yang terendah dan termahal. Semua kelas, dari buruh hingga orang gedongan, bisa menyalurkan hasrat seksualnya dan kebosanan sekadar hahahihi dengan orang yang tepat.

Tentu saja kesimpulan soal susahnya cari kerja itu benar. Mereka, para cewek dan cowok pemuas hasrat, pasti takkan melakukan pekerjaan itu jika mereka dapat kerjaan yang sesuai bidangnya.

Pemerintah juga tak bisa disalahkan total. Mereka juga sudah mengatur sedemikian rupa agar di ibu kota ini, pekerjaan terbagi dengan adil, sesuai kompetensi dan strata pendidikan.

Saking rumitnya, jika ingin memetakan cara bagaimana bisnis gelap tumbuh subur di Jakarta, akan didapati banyak masalah dan tarik ulur kepentingan.

Mereka yang sulit berpikir untuk itu, akan mengambil jalan pintas. Membuat jalur bisnisnya sendiri, dan tak lagi memandang moralitas demi sesuap nasi tiap hari.

“Saking susahnya nyari duit, banyak yang aneh-aneh di sini, yang jarang dilihat di kampung halaman. Seperti pengamen yang berpuisi, ondel-ondel, dan banyak lagi. Kreatif ada jalannya, yang gelap juga ada,” katanya pada saya lagi.

Kopi saya nyaris tandas. Sosis dengan sambal serta mayonaise juga tinggal sedikit. Lampu perlahan-lahan diredupkan. Meja sudah dirapikan. Kursi-kursi diatur sedemikian rupa.

Pelayan yang mengantarkan makanan dan minuman kami sudah beri aba-aba sambil menunjuk jam tangannya, sambil mengangkat kedua tangannya bak salam lebaran di kalender dan iklan teve.

Saya menyedot es kopi sampai habis. Slurp. Saat akan berdiri, saya ditahan oleh teman. Katanya santai saja. Habisi minuman dulu. “Masih lama tutupnya. Santai sajalah.”

Saya mengelak. Tidak enak jika tak segera bangkit, karena sudah ditegur sekali. “Saya pernah punya warung, dan tidak baik ditegur hingga tiga kali,” kataku pada temanku.

Mereka pun berdiri. Pelayan tersenyum. Saya meminta maaf karena agak lama. Ia bilang terima kasih. “Kenapa mesti minta maaf? Kita tidak salah.” “Saya tidak enak buat mereka menunggu. Mereka mau istirahat dan lekas pulang,” saya timpali pertanyaan temanku, ia angguk-angguk.

Maaf, tolong, dan terima kasih. Bagi saya adalah tiga kata yang sering diucapkan orang secara tidak sadar, namun besar dampaknya. Begitu juga kalau tidak diucapkan. Sekeras-kerasnya Jakarta, lebih keras jika kita semua melupakan tiga kata di atas.

Sekali duduk, saya benar-benar belajar di kedai kopi.

Share168Tweet103Share41SendShare
ADVERTISEMENT
Previous Post

Dilan 1990 Masih Rajai Layar Lebar Indonesia

Next Post

Di Balik Dendam dan Demam Korea Selatan di Indonesia

Related Posts

Pembangunan TPU Rorotan Tak Sesuai Target
Esai

Pembangunan TPU Rorotan Tak Sesuai Target

by Dumaz Artadi
3 February 2021

Lontar.id - Pembangunan tempat pemakaman umum (TPU) untuk jenazah pasien positif Covid-19 di Rorotan, Jakarta Utara, tidak sesuai target yang...

Read more
Kami Bukan Pembawa Virus, Mengapa Dijauhi?

Kami Bukan Pembawa Virus, Mengapa Dijauhi?

21 April 2020
Skincare Korea yang Baik untuk Orang Indonesia

Skincare Korea yang Baik untuk Orang Indonesia

9 February 2020

Gugatan Terhadap Penggunaan Istilah Animisme untuk Menyebut Kepercayaan Nenek Moyang

6 February 2020
Menakar Artificial Intelligent sebagai Sebuah Kemudahan

Menakar Artificial Intelligent sebagai Sebuah Kemudahan

4 February 2020
YouTubers yang Suka Bikin Prank Beralih Saja Jadi Tiktokers

YouTubers yang Suka Bikin Prank Beralih Saja Jadi Tiktokers

29 January 2020
Lontar.id

PT. Lontar Media Nusantara

Follow us on social media:

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
  • Redaksi

© 2019 Lontar.id - Aktual Relevan Menyegarkan

No Result
View All Result
  • PaliwaraNews
  • BiwaraIndepth
  • NusantaraBudaya
  • KanggaOlahraga
  • KolomOpini
  • RagamHiburan
  •  Etnis.idwarta identitas bangsa
  •  Cermis.idaktual dalam ingatan

© 2019 Lontar.id - Aktual Relevan Menyegarkan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In