Lontar.id – Tidak perlu terlalu panik ketika mendengar ada tas seharga jutaan rupiah, sebab di bagian bumi yang lain, di mana sobat misqueen pasti tidak mampu kunjungi ada tas yang seharga miliaran rupiah. Jika belum tahu, merek tasnya bernama Hermes (dibaca ermes).
Adalah Jamie Chua, sang pewaris tas Hermes. Perempuan yang tinggal di Singapura ini memiliki koleksi tas Hermes sebanyak 200 lebih. Biasakah sobat misqueen membayangkannya? Tentu saja tidak bisa, harga satu ginjal kita pun tidak lebih mahal dari satu tas Hermes tersebut.
Dalam studi kepribadian, ada yang disebut dengan kelainan social climber. Yakni, orang-orang miskin, yang terlihat ingin kaya melalui tampilannya. Entah itu, dari pakaian, tingkah laku, dll.
Terdapat beberapa ciri-cirinya, yakni membeli barang mewah dari merek terkenal dengan cara apapun. Misalnya berhutang, sewa, atau bahkan sampai menipu. Ciri-ciri yang lainnya, sering memamerkan di sosial media meski barang mewah itu bukan miliknya.
Sayangnya, Anda salah jika menganggap Jamie Chua penderita social climber. Mantan isteri Nurdin Cuaca, salah satu pengusaha terkaya di Indonesia yang katanya mendapat tunjangan 5 miliar per-bulan dari suaminya ini, benar-benar kaya. Ia bukan orang miskin yang berpura-pura kaya. Bahkan tempat penyimpanan pakaiannya dilengkapi dengan finger protection. Pantaslah dinobatkan sebagai Crazy Rich Singapura.
Harga satu tasnya yang senilai 1 miliar lebih dikali dengan 200 tas, yang berarti mencapai angka 200 miliar. Wah, bayangkan dalam satu tas, saya bisa membeli apa saja. Beli rumah, beli smartphone, beli sepeda, naik umroh bepuluh-puluh kali, beli nasi padang seumur hidup, dan sudahlah.
Hal lain yang lebih menakjubkan dari Jamie Chua ini adalah kemampuannya membedakan tas palsu dan ori. Ia bisa mengetahui tas yang dibawa oleh seseorang merupakan tas palsu dari jarak beberapa meter. Konon, ia juga bisa mengetahui sebuah tas ori hanya dengan mengendus baunya.
Pernyataan di atas bukan dalam rangka iri, atau dalam istilah Syahrini Julid (Anda jangan julid). Lagian, tidak ada gunanya juga bersikap julid. Satu tas saja tidak mampu kita menyamakan diri dengannya, alih-alih meng-julidkan, 200 tas Hermes nya. Kalau se-level Syahrini, masih bisa julid lah. Tapi bagi kita kaum urban yang misqueen, julid bukanlah sebuah solutions, namun bisa menjadi hiburan.
Dari koleksi tas itu, saya juga penasaran dan mulai mengulik kehidupannya. Saya penasaran selain membeli tas Hermes, bagaimana cara dia menghabiskan uangnya? Namun, yang saya dapat dari hasil googling tersebut hanya menyorot kehidupan glamour Jamie Chua bersama tas-tasnya. Tapi, jangan berprasangka buruk dulu, baragkali dia tidak ingin memamerkan kegiatan sosialnya. Ya, kita para netizen budiman hanya bisa menebak-nebak.
Apapun itu, saya tidak bisa bersimpati dengan orang-orang yang menghabiskan uang miliaran hanya untuk membeli tas. Sementara itu, kita tahu pasti banyak orang yang dalah hidupnya bahkan tidak mampu mengumpulkan uang sebanyak itu bahkan dengan menebus seluruh umurnya.
Saya kemudian penasaran, jangan-jangan orang yang iritasi dengan barang murah juga termasuk ke dalam gejala kejiwaan?