Dia dikenal karena tegas. Karena ketegasannya kata-katanya dikenal tanpa kompromi. Karena tanpa kompromi, dia pun disegani. Karena disegani tak sedikit yang sakit hati. Ada pula yang mencintai dan fanatik karena sikapnya. Dialah Basuki Tjahaja Purnama. Lelaki yang kini menolak dipanggil Ahok.
Jakarta, Lontar.id – Penjara di Mako Brimob telah membuat Ahok memiliki banyak waktu untuk merenung. Di balik pribadinya yang dikagumi diam-diam timbul sesal yang mendalam yang baru disadari belakangan ini.
Saat masih berkuasa di Balai Kota DKI Jakarta, Ahok dikenal dengan ucapannya yang berapi-api. Apalagi jika berhadapan dengan orang yang menentang atau menghalagi kebijakannya. Tanpa ampun, manuver Ahok akan terus menekan lawan bicaranya. Tak peduli apa latar belakangnya. Baginya selama itu benar harus diperjuangkan.
Karenanya, oleh beberapa orang ucapannya kadang tidak dikontrol. Kata-katanya kerap dianggap arogan. Karena persoalan ucapan pula, reputasi Ahok rontok di pilgib DKI. Tidak cukup sampai disitu, label sebagai penista agama mengantarkannya harus menetap di hotel prodeo. Sial.
Dalam keterasingan, Ahok seperti menemukan pencerahan. Seperti hidayah yang menerangi batinnya dari peringai buruknya yang sudah-sudah. Ada sesal. Saking menyesal dia kini tak mau dipanggil Ahok.
Ahok adalah masalah lalu. BTP adalah dirinya yang sekarang. Panggilah dia dengan sebutan itu takala bebas dari penjara 24 Januari nanti.
BTP adalah panggilan metamorfosis dari dirinya yang sudah diperbaharui. Dia berjanji akan memperbaiki kesalahan dan membangun kembali kepercayaannya kepada publik. Terutama kaum muslim. Patut ditunggu seperti apa sosok BTP itu. Bagaimana karakternya. Bagaimana sikapnya. Dan pertanyaan demi pertanyaan akan muncul mengiringi bebasnya mantan gubernur itu.
Berikut Surat BTP yang ditujukan kepada Ahokers.
Kepada saudara-saudara
Ahokers
Dimanapun saudara berada
Terima kasih atas doa serta dukungannya selama ini untuk saya.
Tidak pernah dalam pengalaman hidup saya, bisa menerima begitu banyak pemberian dari makanan, buah-buahan, pakaian, buku-buku, dan lain-lain dari saudara-saudara. Saya merasa begitu dikasihi dan kasih yang saudara-saudara berikan kepada saya lebih baik daripada emas dan perak maupun kekayaan yang besar.
Saya mendengar ada yang mau menyambut hari kebebasan saya di Mako Brimob. Bahkan ada yang mau menginap di depan Mako Brimob. Saya bebas tanggal 24 Januari 2019, adalah hari Kamis, hari orang-orang bekerja, jalanan di depan Mako Brimob dan di depan lapas Cipinang adalah satu-satunya jalan utama bagi saudara-saudara kita yang mau mencari nafkah. Saya sarankan demi untuk kebaikan dan ketertiban umum bersama, dan untuk menolong saya, sebaiknya saudara-saudara tidak melakukan penyambutan apalagi menginap.
Saya sangat bersyukur kepada Tuhan, Allah Pencipta langit dan bumi, bahwa saya diijinkan untuk ditahan di Mako Brimob, saya bersyukur diijinkan tidak terpilih di Pilkada DKI 2017, jika saya terpilih lagi di pilkada tersebut, saya hanyalah seorang laki-laki yang menguasai Balai Kota saja, tetapi saya disini belajar menguasai diri seumur hidup saya. Kuasai Balai Kota hanya untuk 5 tahun lagi, saya, jika ditanya jika waktu bisa diputar kembali, mau pilih yang mana?
Saya akan katakan saya memilih ditahan di Mako untuk belajar 2 tahun (liburan remisi 3,5 bulan), untuk bisa menguasai diri seumur hidupku. Jika terpilih lagi aku akan semakin arogan dan kasar dan makin menyakiti hati banyak orang.
Pada kesempatan ini, saya juga mau sampaikan kepada Ahokers, para PNS DKI, para pembenciku sekalipun, aku mau sampaikan mohon maaf atas segala tutur kata, sikap, perbuatan yang sengaja maupun tidak sengaja menyakiti hati dan perasaan saudara dan anggota keluarganya. Saya mohon maaf dan saya keluar dari sini dengan harapan panggil saya BTP bukan Ahok.
Pemilu dan Pilpres 2019 akan dilangsungkan tanggal 17 April 2019. Saya mengimbau seluruh Ahokers jangan ada yang golput, kita perlu menegakkan 4 pilar bernegara kita, yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI dengan cara dengan cara memiliki partai politik yang mau menegakkan 4 pilar di atas seluruh Indonesia.
Kita harus mendukung agar di DPRD-DPRD dan DPR RI maupun DPD RI memiliki jumlah kursi yang mencapai di atas 30% untuk partai yang teruji dan berkomitmen pada Pancasila.
Saya ingin mengutip pidato Presiden Soekarno yang saya kutip dari Buku ”Revolusi Belum Selesai”, kumpulan pidato Presiden Soekarno 30 September 1965 – Pelengkap Nawaksara (10 Januari 1967), Penyunting Budi Setiyono dan Bonnie Triyana, terbitan Serambi.
Apa yang Presiden Soekarno sampaikan, aku harap juga diterima menjadi pikiran dan harapan aku kepada seluruh Ahokers dimanapun domisili saudara: “Saudara-saudara, Pancasila adalah jiwa kita, bukan hanya jiwaku. Tetapi ialah jiwa Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Dan selama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia berjiwa Pancasila, insyaallah SWT, engkau akan tetap kuat, tetap kuat dan sentosa. Tetap kuat dan sentosa. Tetap kuat dan sentosa menjadi tanduk daripada benteng Indonesia, yang telah dirikan pada 17 Agustus 1945, engkau adalah penegak daripada Pancasila. Dan setialah kepada Pancasila itu, pegang teguh kepada Pancasila, bela Pancasila itu. Sebagaimana aku pun berpegang teguh kepada Pancasila, membela Pancasila, bahkan sebagaimana ku katakan lagi tadi. Saudara-saudara, lakukan panggilan yang aku dapat daripada Atasan untuk memegang teguh kepada Pancasila ini.”
Majulah demi kebenaran, perikemanusiaan dan keadilan. Ingatlah sejarah dan tujuan Para Proklamator dirikan negeri ini.
MERDEKA!
Salam dari Mako Brimob
BTP
Basuki Tjahaja Purnama.