Lontar.id – Film Joker 2019 tayang perdana di bioskop pada 2 Oktober lalu, para pecinta film yang diproduksi dari perusahaan super hero DC Comics sudah menanti kehadiran film ini sejak lama.
Hal ini terbukti setelah tayang perdana hingga memasuki hari ke enam, ratting film Joker berdasarkan data dari situs IMDb mencapai 9.1. Suatu apresiasi yang cukup besar di hati para penonton. Mengingat film ini baru saja dirilis namun mendapatkan respon yang cukup tinggi.
Menonton film Joker 2019 akan mengubah cara pandang kita terhadap karakter Joker sebagai aktor antagonis di film-film sebelumnya. Sebut saja film The Dark Knight.
Joker merupakan tokoh anti tesis dari Batman yang diperankan Wayne Bruce (Batman) sebagai superhero untuk menjaga keamanan Kota Gotham dari kehancuran, kriminal, pembunuhan, kekacauan dan kemuakan lainnya terhadap disparitas sosial antara orang kaya dan miskin.
Namun berbeda halnya dengan karakter Joker yang dihadirkan secara tersendiri oleh Todd Phillips. Joker dalam serial ini mengisahkan awal mula Arthur Fleck, seorang yang berprofesi sebagai badut di sebuah perusahaan. Di perusahaan tempat ia bekerja mendapatkan serangkaian masalah bertubi-tubi.
Sebagai seorang komedian, ia dituntut oleh perusahaan tampil maksimal. Membuat orang tertawa. Bukannya malah terhibur oleh aksi kocak dan tariannya, orang malahan ketakutan melihat Arthur membawa pistol di pesta anak-anak di sebuah rumah sakit.
Perusahaan tempatnya bekerja lalu memecatnya, padahal profesi badut adalah satu-satunya pekejaan yang ia kuasai. Ia benar-benar berada dalam situasi dan masalah berat, sebab Arthur merupakan tulang punggung keluarga. Ia harus mengurus Ibunya.
Pada suatu perjalanan pulang di sebuah bis, Arthur mencoba menghibur seorang anak kecil, aksi kocaknya itu mendapat perhatian dari seorang bocah. Akan tetapi ibunya tak senang dengan upaya Arthur, bukan pujian yang ia dapatkan, ocehan ibu bocah tersebut semakin memperjelas aksi kocak Arthur justru menakutkan bagi sang orang tua.
Perjalanan Arthur Fleck sebagai komedian tak mendapatkan tempat di lingkungannya, ditambah psikologinya yang aneh karena mengidap penyakit mental. Sering tertawa terbahak-bahak tanpa punya alasan jelas. Hal itu yang membuatnya semakin terpojok dan terkucilkan di lingkungannya sendiri.
Arthur Fleck dibesarkan di lingkungan yang kejam. Kekerasan fisik ia alami sejak masa kecil hingga mengalami gangguan mental karena disiksa ibunya yang juga mengalami kelainan mental (sering berhalusinasi).
Perjalanan hidup Arthur Fleck mulai berubah ketika menemukan surat ibunya kepada Thomas Wayne. Dalam surat ibunya, Arthur Fleck mengetahui siapa bapak sebenarnya. Kondisi tersebut membuat ia marah dan semakin marah lagi ketika Thomas Wayne tidak mengakuinya sebagai anak kandungnya.
Kehidupannya yang semakin kompleks mengubah cara pandang Arthur dalam memaknai hidup. Ia mulai melakukan aksi jahat dengan membunuh. Awalnya membunuh tiga orang karyawan dari Perusahaan Wayne yang mengganggu seorang gadis di sebuah gerbong kereta.
Ulah Arthur mendapatkan banyak perhatian dari kelompok masyarakat marjinal dan miskin di Kota Gotham. Simbol badut lalu berubah jadi hero bagi kalangan masyarakat kelas bawah, aksi vandalisme merusak toko dan kendaraan tiba-tiba muncul sebagai aksi perlawanan mereka.
Dalam kasus ini, Joker muncul sebagai simbol kesadaran masyarakat kelas bawah yang hidup miskin di lingkungan kotor. Sedangkan kelas atas dan politisi sibuk dengan kesenangan di atas penderitaan masyarakat Kota Gotham.
Joker ditampilkan benar-benar berbeda saat beraksi bersama Batman. Ia berperan sebagai tokoh antagonis yang membuat senjata dengan bahan apa saja yang memiliki daya rusak cukup parah. Joker sebelumnya merupakan musuh bebuyutan Batman dengan kelakuan aneh, susah ditebak dan pembunuh berdarah dingin.
Akan tetapi, menyaksikan film Joker 2019, pandangan kita terhadap Joker akan berubah 180 derajat. Joker dihadirkan sebagai pahlawan bagi kelas bawah. Ia bukan antagonis melainkan protagonis. Meskipun ini masih bisa diperdebatkan, apakah seorang pembunuh berdarah dingin sekaligus bisa dijadikan pahlawan. Setidaknya pahlawan bagi orang-orang yang sejak lama hidup susah di bawah garis kemiskinan, perbedaan antara si kaya dan si miskin amat lebar dan lingkungan hidup yang mengenaskan.
Melalui film Joker 2019, Todd Phillips berhasil menghadirkan perjalanan hidup dan karakter Joker yang tidak biasa saja. Ia menghadapi begitu banyak masalah hidup, dicampakkan oleh lingkungan serta diremehkkan. Dari sanalah ia berubah menjadi sosok yang lain, diluar dirinya sendiri. Justru dari sana Joker dihargai, setidaknya dari kelompok badut yang kesal akan kehidupan.
Editor: Ais Al-Jum’ah