Malang, Lontar.id – Kota Malang merupakan kota yang memiliki pesona dan daya tarik bagi wisatawan sebab dipengaruhi keindahan seperti udara dinginnya dan tempat yang dikelilingi oleh pegunungan.
Di Desa Jodipan, Malang, awal mulanya merupakan pemukiman yang kumuh yang berlokasi di pinggir kali dan jauh dari tempat pembuangan sampah (TPS). Ia kini bersalin rupa.
Jodipan disulap. Wajahnya beraneka warna dan dinamakan kampung warna warni jodipan (KWJ). Ia dibuat unik setelah beberapa mahasiswa (GuysPro Ilmu Komunikasi UMM) melakukan projek.
Selain itu, perilaku beberapa warga Jodipan juga diubah pelan-pelan. Dari yang suka membuang sampah sembarangan ke sungai, kini mulai berkurang.
Sulit sudah pasti. Makanya GuysPro mencoba membuat tampilan kampung menjadi lebih berbeda, agar muka kumuh dan gagasan kampung warna-warni, menjadi awal inspirasi mereka.
Dengan tampilannya, akhirnya kampung ini dilirik oleh wisatawan dalam dan luar negeri. Efek dari itu, membuat banyak masyarakat malu untuk membuang sampah sembarangan. Jodipan tak lagi kumuh.
Ingin mengunjungi Jodipan? Jika iya, Anda tidak harus menguras banyak isi dompet kok. Cuma membayar parkir Rp2 ribu dan membayar tiket masuk seharga Rp3 ribu, sudah bisa menikmati indahnya kampung warna warni ini.
Di Jodipan, ada tiga spot. Pertama, Kampung Tridi, Warna-warni dan Biru. Setiap berkunjung di setiap kampung, harus membayar 3 ribu, namun teman-teman tidak akan membawa tangan kosong jika sudah membayar tiket, karena penjaga loket akan memberikan stiker atau gantungan kunci sebagai tanda jika telah berkunjung.
Untuk ke kampung sebelah, tersedia jembatan kaca. Di atas jembatan itu, kita bisa melihat Jodipan. “Kampung warna warni ini setiap hari dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara, namun pengunjung paling banyak saat waktu libur,” kata Ani, pedang bakso di Kampung Tridi.
Bukan keunikannya saja, kampung warna-warni biasa dijadikan tempat festival. Seperti hari ini, diadakan acara festival Kali Brantas Berwarna, yaitu masyarakat di Kampung Tridi diajak belajar membatik, sedangkan di kampung warna-warni diadakan perfomance musik akustik.
Pelatih dari batik Bhre Tumapel, Rudi Arianto mengatakan kegiatan pelatihan membatik untuk memberdayakan kemampuan ibu-ibu di kampung Tridi. “Baru insiden kali ini (diadakannya festival-red). Tapi ini akan berkisinambungan ke depannya.”
Selain itu, jika mengunjungi kampung berwarna-warni ini, jangan takut untuk kelaparan, karena di dalam kampung tersebut, tersedia banyak penjual makanan.
Sejarah Kampung Warna-Warni Jodipan (KWJ)
Awal mulanya pada Februari 2016, diskusi konsep event. GuysPro mendapat tugas praktikum public relations untuk mencari klien dan memecahkan permasalahannya melalui event.
Pada Maret 2016, Riset calon klien. GuysPro melakukan riset terhadap PT. Inti Daya Guna Aneka Warna (Indana), sebuah produsen cat di Malang yang telah berpengalaman selama 32 tahun. Namun masyarakat Malang kurang mengenal Indana.
Maret 2016, proposal ditolak. GuysPro bertemu marketing comunication Indana untuk mendiskusikan konsep event. Tetapi proposal event GuysPro ditolak karena dianggap kurang menarik. Indana malah menantang GuysPro untuk melakukan pemberdayaan masyarakat atau corporate social responbility (CSR).
April 2016, diskusi konsep CSR. GuysPro berdiskusi dengan dosen pembimbing atas kebingungan akan konsep event CSR. Keduanya menyarankan agar mengulik kembali kegiatam-kegiatan CSR Indana. Ternyata Indana aktif melakukan CSR berupa charity, akan tetapi CSR Indana belum menyentuh aspek keberlanjutan (sustainabillity).
April 2016, kebiasaan buruk ke baik. GuysPro menelusuri kampung kumuh di bantaran sungai Brantas atas saran dosen pembimbing, Guyspro menjatuhkan pilihan pada kampung kumuh di Kelurahan Jodipan,
Jauhnya tempat pembuangan sampah (TPS) dengan pemukiman warga, membuat masyarakat membuang begitu saja sampah ke sungai. GuysPro ingin mengubah perilaku itu menjadi lebih baik.
April 2016, ide CSR. Permasalahan warga plus permasalahan Indana sama dengan ide mewarnai kampung Jodipan. Diharapkan agar rumah masyarakat diwarnai agar menjadi pengingat untuk tidak lagi mengotori sungai.
Mei 2016, tahap persiapan. GuysPro melakukan sosialisasi “Kulo Nuwun” kepada pemuka pendapat setempat, yaitu Sony Parin ketua RW 02 Kelurahan Jodipan, Marzuki Ketua RT 07/RW 02 Su’udi ketua RT 09/RW 02 dan Musafak, Ketua RT 06/RW 02.
Mereka mengedukasi warga soal tujuan “Decofresh Mewarnai Jodipan” yang diharapakan dapat mengubah perilaku warga, mengubah kesan kumuh melalui pemandangan warna-warni dan menguntungkan perusahan.
22 Mei 2016, Decofersh warnai Jodipan. Kegiatan kerja bakti dan pengecetan pertama menandai dimulainnya “Decofersh warnai Jodipan”. Saat itu warga antusias mengikuti kerja bakti dari awal hingga selesai. Di samping itu, ada juga keterlibatan kelompok pegiat mural di Malang, Komunitas Turu Kene (KTK).
22 Mei 2016, Decofresh warnai Jodipan. Warga Jodipan, Paskhas TNI-AU dan 10 tukang cat Indana mulai mewarnai Jodipan. Wajah kampung kumuh Jodipan disulap. Warga berlomba-lomba untuk mengecat rumahnya masing-masing dengan warna pilihannya, asalkan berbeda dengan rumah tetangganya sebelahnya.
1 Agustus 2016, Ide jembatan kaca. Wali Kota Malang, Mochhammad Annton didampingi Vice President Indana, Steven Antonius Sugiharto blusukan ke KWJ. Anton meminta Steven agar Kampung Kesatrian di seberang Jodipan juga dicat dan dibangun jembatan penghubung.
Menangkap ide jembatan tersebut, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) lewat tim ahli dari Fakultas Teknik, menyanggupi pengonsepannya. Desain jembatan kaca dibuat oleh Mahat Aji Pangestu dan Khairul Ahmad, mahasiswa program Studi Teknik Sipil UMM di bawah bimbingan Lukito Prasetyo.
• Mahatma Aji Pangestu: Juara Umum kontes bangunan gedung indonesia (KBGI) ke-VII tahun 2015.
• Khairul Ahmad : Juara Kategori metode pelaksanaan tercepat (jembatan tipe busur) kontes jembatan Indonesia (KJI) ke-XI tahun 2015.
4 September 2016, peresmian KWJ. KWJ diresmikan oleh Wali Kota Malang, Mochammad Anton, Rektor UMM Fauzan, dan Vice President Indana Steven Antonius Sugiharto. Proses pengecatan Jodipan memakan waktu kurang lebih dua bulan dan menghabiskan 3 ton cat.
24 September 2016, kunjungan menteri. Kesohoran KWJ tidak hanya diketahui oleh masyarakat, tetapi juga pejabat dalam satu lawatan ke Malang. Menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono didampingi Wali Kota Malang, Moch Anton mengunjungi KWJ.
23 November 2016, kunjungan Dubes Australia. Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson mengunjungi KWJ. Paul terkesan dengan pemberdayaan masyarakat yang ada di kampung Jodipan. Setelah menarik wisatawan, warna-warni Jodipan juga menjadi income center bagi masyarakat.
9 Mei 2017, peletakan batu pertama. Peletakan batu pertama oleh Wali Kota Malang, Moch. Anto dan Vice President Indana, Steven Antonius Sugiharto menandai pembangunan jembatan kaca yang menghubungkan kampung Jodipan dan Kampung Kesatrian.
9 Oktober 2017, peresmian jembatan kaca Ngalam Indonesia.
Jembatan kaca diresmikan oleh Wali Kota Malang, Moch Anton, Rektor UMM, Fauzan dan Vice President Indana Steven Antonius Sugiharto selaku penyelenggara.
Jembatan kaca yang selesai dibangun pada 7 Oktober 2017 ini, memiliki panjang 25 meter lebar 1,25 meter dan mampu menampung 50 orang.
Jembatan dengan kaca transparan pada pijakannya ini memiliki sensasi tersendiri, layaknya jembatan kaca di Zhangjiajie, Tiongkok. Munculnya Jembatan kaca menjadi fasilitas baru bagi warga dan alternatif bagi pengunjung.
Ditulis oleh Nurhidaya.