Jakarta, Lontar.id – Sudah yakin sebelumnya jika PSM Makassar akan memenangkan pertandingan melawan Kaya Iloilo. Soalnya ya seperti yang kemarin, PSM sudah menemukan ritme permainannya perlahan.
Lini serang PSM sudah padu. Sewaktu pertandingan melawan Kaya di Stadion Pakansari, PSM sudah begitu getol menunjukkannya. Apalagi ada Rahmat, yang siap menggempur pertahanan dengan kekuatan larinya yang di atas rata-rata.
Cukup senang melihat PSM menang di kandang lawannya. Ini seakan membantah kalau PSM cuma jago kandang saja. Kita ini sebenarnya sudah cukup letih, jika dianggap PSM tidak lebih dari sekadar klub yang cuma hebat di Makassar.
Aku berpikir saat memenangkan pertandingan di Filipina kemarin, bahwa PSM sudah bisa menunjukkan tajinya di media asing. Pada masyarakat Filipina. Siapa sih orang Filipina? Ini PSM, dari Indonesia, yang pantang surut sebelum dapat tiga poin di tangan.
Ini jadi modal penting untuk mengangkat harga diri anak Makassar. Selain itu, mengangkat rasa percaya diri pada pertandingan selanjutnya. Semoga saja dengan kemenangannya di Filipina, anak asuh Darije jadi merunduk dan seakan-akan tidak akan pernah lolos kompetisi besar.
Nilai plus juga bagi Darije kalau ia berhasil keluar dari tekanan. Sebab kekalahan di Piala Presiden dan beberapa pertandingan sebelumnya di Pakansari, membuat strategi permainannya dikritik habis-habisan.
Terlebih pada lini pertahanan. Klub sekelas Lao, masa bisa sih membuat banyak gol di Pakansari? Jika ingin dipikir-pikir, kualitas Lao jauh dari PSM. Negaranya juga berada di bawah tingkat Indonesia soal urutan Fifa.
Absennya Evans dan masuknya Munhar mengawal pertahanan bersama Abdul Rahman, membuat lini pertahanan cerah. Banyak pihak beranggapan kalau rotasi yang dilakukan Darije sudah tepat. Itu bagi awam. Bukan dari pandangan pelatih yang melihat beberapa aspek.
Kejelasan soal bagaimana lini pertahanan bekerja adalah kewajiban yang harus ditunaikan pelatih PSM sekarang. Nyaris tak ada keraguan lagi soal lini serang dan bagaimana gelandang mereka membagi bola serta mengatur ritme.
Siapa yang tidak percaya pada Klok dan Pluim, juga Pellu atau pemain sekelas Asnawi yang ngotot dan punya semangat tanding yang besar? Nyaris tidak ada yang meragukan permainan mereka.
Ini bukan untuk menyanjung dan membuat mereka terlena. Tetapi membeberkan tren yang cukup baik selama beberapa pertandingan yang sudah dilakoni Pasukan Ramang. Positif.
Soal Bhayangkara FC dan Home United, secara di atas kertas, PSM sudah banyak plusnya. Apalagi Bhayangkara. Dari beberapa pertandingan yang dilakoninya dengan Juku Eja, Bhayangkara hanya sekali seri dan tiga kali kalah.
Soal Home United, dari materi dan penampilan PSM saat bermain di Singapura, optimistis sudah semestinya. Seri di kandang Home adalah nilai positif meski itu masih kurang. Ya, masih kurang, sebab striker PSM waktu itu tidak dinaungin keberuntungan dalam mencetak gol lebih banyak lagi.
Yang jadi masalah sekarang adalah, mampukah PSM melewati dua laga itu tanpa mengorbankan salah satunya? Mengorbankan? Ya, mengorbankan. Patut diingat, kalau pada 27 April, Bhayangkara akan menjamu PSM di PTIK.
Siapa yang akan diturunkan melawan Bhayangkara, sudah bisa diproyeksikan. Piala Indonesia juga sama pentingnya dengan AFC. Setidaknya menurut pandangan suporter yang kian tahun kian haus juara.
Sementara setelah Bhayangkara, tanggal 30 April, PSM sudah berangkat lagi ke Bogor untuk bertanding melawan Home United. Pemulihan stamina cuma dua hari. Bisakah pemain kembali fit dan bugar selama itu?
Jika benar-benar bisa, sebaiknya PSSI mengkaji ulang jadwal yang sudah ditentukannya itu. Toh, jadwal pertandingan Liga 1 juga bisa diutak-atik oleh kalian. Alasannya tak lain adalah, ini manusia yang akan bermain, wahai tuan-tuan di PSSI.
Kedua kompetisi tujuannya membawa harum nama Indonesia nantinya. Ujungnya seperti itu. Pemain pasti keletihan. Apalagi perjalanan ke Bogor dari Jakarta itu makan waktu jika macetnya luar biasa.
Tidak bisakah tuan-tuan di PSSI rasional sedikit berpikir soal jadwal pertandingan yang mengimpit itu? Jika toh tidak, tidak jadi masalah juga. Sebab tuan-tuan di PSSI sudah terbiasa bikin kecewa. Bikin kebijakan yang tidak memenangkan keseluruhan klub.
Di antara dua lawan berat itu, lawan utama PSM adalah keletihan dahsyat setelah pertandingan di masa waktu pemulihan. Tidak ada yang benar-benar menakutkan dari keletihan yang dahsyat. Bisa dahsyat, sebab dua kompetisi itu penting sekali.
Sekarang hanya ada harapan, kalau Darije sebaiknya mengutamakan kedua laga dan janganlah memilih. Selain itu, Darije harus putar otak dari sekerang untuk merotasi pemain yang cakap dari bangku cadangan. Itu jika PSSI tidak megubah keputusannya.