Di balik pesona teknologi Jerman, diam-diam rakyatnya menaruh minat kepada olahraga bela diri pencak silat. Mereka ingin jadi pendekar.
Lontar.id — Pencak silat punya jurus-jurus yang indah. Iko Uwais telah menunjukkan bagaimana silat itu mampu menyuguhkan sisi entertaiment melalui film yang dibintanginya. Jurus-jurus dari silat itu juga mematikan.
Maka jangan heran jika di Jerman seni bela diri ini makin populer. Siapa yang pantas disebut sebagai pendekar? Jerman, negara besar di daratan Eropa itu tiap tahun menggelar turnamen Berlin Open. Turnamen ini mempertemukan pesilat tangguh di Jerman. Ya, pencak silat di Eropa sedang membentuk wajah tersendirinya.
Boris Sebastian Gürtler sudah 35 tahun menggeluti bela diri ini. Kata dia, ada keunikan dari keberagaman yang terangkum dari pencak silat. “Kombinasi dari keanggunan dan pertarungan membuat pencak silat sangat memikat,” ujar lelaki yang juga Presiden Persatuan Pencak Silat Jerman (PSUD) ini di Berlin, beberapa waktu lalu sebagaimana diberitakan dw.com.
Turnamen Pencak Silat Berlin Open menjadi agenda tahunan yang penting bagi PSUD. Turnamen bela diri ini tak hanya diikuti oleh pesilat dari Jerman. Akan tetapi, pendekar dari Belanda juga turut unjuk kebolehan di ajang ini.
Baca Juga: Islam, Perbudakan, dan Amerika
Rata-rata ada 100 pesilat yang terlibat. Pendekar cilik dari usia empat tahun juga ikut adu ketangkasan.
Boris Gürtler pun tak bisa menyembunyikan kesenangannya. Perlahan, pencak silat diimpikannya akan menjadi olahraga populer di Eropa. Apalagi banyaknya pesilat cilik yang juga turut serta. “Mereka adalah tokoh masa depan yang akan melanjutkan estafet pelestarian budaya pencak silat di Eropa”, ujarnya.
Karena Gerakannya yang Indah dan Elegan
Pencak silat bisa menyaingi seni olahraga bela diri Tiongkok. Kata Gürtler, orang Jerman tertarik karena, gerakan pencak silat yang elegan, indah dan enerjik. Itu langsung memberi kesan positif.
Secara berkala perguruan-perguruan yang dipayungi PSUD, seperti Tapak Suci, SiGePi dan Perisai Diri, mengadakan banyak pertunjukan pencak silat di seluruh Jerman. Manager tim nasional Jerman, Ronny Müller dari Bongkot Harimau juga sangat aktif dengan workshop pencak silatnya dalam bidang pencegahan kekerasan untuk anak-anak dan remaja. Melalui acara-acara ini semakin banyak orang Jerman yang berkenalan dengan pencak silat dan ingin menekuninya.
Baca Juga: Mempertanyakan Kembali Populasi Umat Islam di Amerika
Bingung Cari Pelatih karena Banyak Peminat
Sejak Boris Gürtler memulai page-nya di Facebook yang bernama Pencak Silat – Germany, permintaan untuk belajar pencak silat kepada PSUD juga semakin melonjak. “Kami bahkan kesulitan untuk menemukan cukup banyak pelatih untuk para peminat baru ini,” kata Gürtler. Tahun ini PSUD sedang mengusahakan agar tiga guru besar dari Jogjakarta datang ke Jerman. Tetapi kendala birokrasi masih merintangi rencana ini.
Dukungan kepada para pemain pencak silat Eropa diberikan oleh Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno. Dia juga sempat hadir di acara Berlin Open 2019. Kata Gürtler, kalau turnamen pencak silat di Eropa, akan dikhususkan kepada orang Eropa saja. Ini demi upaya membumikan lagi olaharga pencak silat di Eropa.
Gürtler bermimpi akan banyak pendekar tangguh yang lahir di daratan Eropa. “Kalau peserta dari Asia juga ikut, nanti peserta dari Eropa jadi kalah saing. Kita harus bisa legowo memberikan kesempatan bagi peserta Eropa untuk menjuarai turnamen seperti ini. Hal tersebut akan meningkatkan ownership mereka terhadap pencak silat,” katanya.
Baca Juga: Mohammad Natsir, Pendiri Bangsa yang Berguru pada Allah
Memang Boris Gürtler mengakui, orang Jerman lebih unggul secara fisik karena mereka lebih tinggi sehingga mereka umumnya lebih kuat. “Tetapi orang Indonesia biasanya lebih lincah dan gesit,” tambahnya. Dengan adanya kegiatan turnamen yang terintegrasi di berbagai kawasan di Eropa, diharapkan Dubes Havas, akan terbentuk komunitas pencak silat yang lebih besar. Berlin Open yang diselenggarakan PSUD pada musim dingin dapat melengkapi turnamen Federasi Pencak Silat Belgia (BPSF) yang diselenggarakan setiap musim panas.
Boris Gürtler juga mempunyai impian sendiri bagi dunia persilatan: “Pencak Silat Eropa saya harap akan tumbuh mandiri seperti sebatang pohon, sehingga bisa menjadi hutan yang penuh warna ketika bertemu dengan akar Indo-Melayu-nya.