Jakarta, Lontar.id – Manajer Liverpool, Jurgen Klopp, gerah dengan kritikan suporter setelah ia membawa Liverpool bermain imbang dengan skor 0-0 melawan Everton di Goodison Park pada laga lanjutan Premier League 2018-2019, Minggu (3/3/2019).
Ia dapat perhatian lebih, sebab sebelumnya timnya menunjukkan tren positif setelah kemenangan 5-0 atas Watford, pada laga tengah pekan lalu (28/2/2019).
Selain itu, Liverpool juga kerap menemui kegagalan. Pada lima pertandingan terakhir di semua kompetisi, finalis Liga Champions musim lalu itu hanya menuai dua kemenangan saja.
Ia pun disorot. Seusai laga kontra Everton, Klopp mendapatkan pertanyaan seputar apakah ia merasa timnya, khususnya sektor depan, seharusnya mengambil risiko lebih saat menguasai bola?
“Kami tidak sedang bermain Playstation. Apakah Anda berpikir kalau kami tidak mengambil risiko yang cukup hari ini? Itukah yang ingin Anda tanyakan?” tutur Klopp seperti yang dikutip dari Goal.
“Itu pertanyaan yang sangat mengecewakan, saya harus berkata demikian, sebab itu artinya itu terasa seperti sangat mudah. Saya berkata kepada anak asuh saya untuk mengambil risiko lebih, ‘Ayo, terus kejar!’ apakah ada laga yang tidak kami coba menangkan? Apakah itu?” lanjutnya.
Lebih jauh, Klopp menyebut jika sepak bola tidak dimainkan semudah apa yang ada dalam Playstation. Sederhananya, saat tim kesulitan mencetak gol, menambah kuantitas penyerang dirasa Klopp bukan jadi satu-satunya solusi.
“Anda pikir ini Playstation, memasukkan penyerang tambahan dan sepak bola langsung berubah? Tidak seperti itu. Kami sudah cukup menyerang, sepak bola tidak bekerja seperti itu,” tuturnya.
“Masih ada sembilan pertandingan yang tersisa, kami tidak kehilangan ketenangan seperti Anda pastinya. Ini kali kedua Anda menanyakan pertanyaan yang saya tidak paham,” sindirnya.
Akibat hasil minor itu, membuat Liverpool turun satu peringkat ke posisi dua klasemen Premier League. Mereka kini dalam keadaan tertinggal satu angka dari pemuncak klasemen saat ini, Manchester City.
Mengingat tekanan suporter Liga Indonesia
Suatu waktu aku pernah duduk semeja dengan pentolan suporter Red Gank, namanya Sul Daeng Kulle. Saat itu era PSM dilatih oleh Luciano Leandro.
Hasil minor dari Pasukan Ramang membuatnya pusing. “Bagaimana ini? Lebih baik kami teror saja. Kami mencintai klub, bukan mencintai seorang saja dalam klub.”
Alasan itu ia utarakan, setelah permainan PSM tak kunjung membaik dari waktu ke waktu. Tercatat, ia cuman tiga bulan saja bertahan di klub yang punya julukan Ayam Jantan dari TImur.
“Kami itu kalau PSM suka main buruk, kami jadi bertanya-tanya, kok bisa sih? Apa alasannya sehingga tim tidak kunjung membaik? Ya, kalau tidak bisa ditegur dan permainan PSM tetap kurang baik, mohon maaf, kami pasti teror dan pertanyakan ke manajemen.”
Sul merasa bahwa ia dan kawan-kawan suporter yang lain adalah seorang pengawas saja. Menang juga klub yang raih hadiah, suporter tidak. Mereka berdiri di belakang, memberi semangat klub kebanggaannya.
Sementara pada waktu yang lain, suporter Persib menunjukkan kritikan yang keras pada manajemen. Klub kebanggaan masyarakat Jawa Barat khususnya Bandung itu, disebut hobi menetap dalam kondisi terpuruk. Maung Bandung kalah melulu.
Dimulai dari kemarahannya di media sosial, mereka kemudian menghimpun satu aksi besar untuk menunjukkan kekecewaannya pada pemain. Mereka ekspresif. Mereka menangis.
Satu per satu pemain didatangi, dan ditanyakan, “mengapa kalian bermain seperti ini? Kurang apa kami dalam mendukung? Secara tersirat, Kim Kurniawan menceritakan hal itu dan menjawab semuanya dengan hal ucapan yang menenangkan.
“Iya saya tidak bisa nyalahkan mereka, kecintaan mereka terhadap tim ini begitu terasa tadi. Mereka menangis, yang masuk lapangan tadi bilang suruh kasih tahu pemain lain kalau di Persib harus main pakai hati!” Kata Kim selepas pertandingan Bhayangkara FC VS Persib Bandung di lanjutan Gojek Traveloka Liga 1, pada 2017 lalu.
Ingat-ingatlah, sewaktu Bobotoh masuk stadion dan menangis sedih setelah bosan melihat timnya yang bermain minor. Imbang dan kalah seperti jadi kawan karib. Persib sejatinya bukan klub yang semenjana itu.
Kemudian pada waktu yang lain lagi, akibat kekalahan Persebaya Surabaya dari tuan rumah Perseru Serui, pekan ke-18 Liga 1 2018 pada Selasa (31/7/2018) lalu. Beberapa Bonek mearadang.
Alasannya, tim yang dicintainya kalah tiga kali dari pekan ke-16 saat kontra PSIS Semarang. Kemudian saat bermain di kandang, Persebaya Surabaya harus dipecundangi Persib Bandung dengan skor 3-4 pada pekan ke-17.
Alhasil, beberapa Bonek mengadang rombongan pemain dan ofisial Persebaya dalam bus yang akan masuk Apartemen Plaza Marina pada Rabu (1/8/2018). Mereka mengibarkan spanduk bertuliskan “evaluasi atau degradasi”.
Kemudian ada oknum yang melempar bus Persebaya Surabaya dengan telur, sehingga memancing ketegangan. Disitu juga terdengar nyanyian yang menyinggung pelatih Persebaya saat itu, Alfredo Vera. “Alfredo Vera is full of shit.”
Melihat kenyataan itu, teror suporter dan ucapan Jurgen Klopp, aku menghibur diri dalam hati. “Semoga Klopp tak datang ke Indonesia, dan mengatakan hal serupa.”