Jakarta, Lontar.id – Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah mengatakan, cuitan Ahmad Dhani Prasetyo melalui media sosial adalah kontrol sosial terhadap kekuasaan. Dhani marah terhadap penguasa yang menyelewengkan jabatannya dan alpa terhadap rasa keadilan masyarakat.
Dhani dikatakannya meluapkan kekecewaannya dengan menggunakan kata umpatan “layak diludahi” lantaran mendengarkan ada sekelompok orang mendukung penista agama atau memaki “idiot” kepada kelompok yang menghadangnya di hotel saat hendak mengisi sebuah acara.
“Padalah ini (yang dilakukan Ahmad Dhani). adalah kontrol sosial, ketika melalui media sosial, untuk pertama kalinya orang dapat mengungkapkan kemarahan pada yang menyalahgunakan kekuasaan negara secara semena-mena atau mengabaikan keadilan, melakukan persekusi dan tindakan di luar batas,” kata Fahri Hamzah, Jumat (8/2/2019).
Fahri juga tak menampik sejak delik memaki dan ujaran kebencian masuk diproses persidangan. Bangsa dinilainya seolah terjebak pada debat omong kosong bahkan diklaimnya bangsa yang tak punya sejarah dan kebudayaan.
Menurut dia, sejak manusia ada di dunia akan terjadi interaksi dan komunikasi satu sama lain. Interakasi tersebut kadang saling berlawanan, memicu kemarahan hingga meluapkan rasa kekecewaan. Fahri Hamzah menegaskan jika kekecewaan tersebut hanya diluapkan seseorang melalui kata-kata dan tidak menyerang fisik, hal itu tak menjadi masalah baginya. Melarang orang memaki lanjutnya sama dengan melarang orang bersin padahal itu alamiah.
“Apa sih yang diributkan? Omong kotor dan memaki itu nyata,” imbuhnya
“Kadang ia menjadi katarsis. Kalau tidak mengumpat atau memaki, mungkin orang bisa membunuh atau menyerang fisik. Jadi, biarkan orang marah asalkan jangan menyerang fisik,” ujarnya.
Fahri Hamzah mengaku terdapat puluhan jenis kata umpatan yang dimiliki bangsa, umpatan tersebut juga ada diberbagai daerah dan digunakan dalam keseharian. Hal itu menujukkan bahwa umpatan memang kerap digunakan dan menyadarkan bahwa memaki itu alami sama seperti seorang sedang bersin.
“Maka, dari pada kita melarang orang bersin, lebih baik mengajarkan reaksi yang benar. Di barat orang memakai kata “sorry” atau “excuse me”, lalu yang mendengar mengatakan “bless you” atau “god bless you”. itu budaya dan tradisi kehidupan,” pungkas Fahri.
Penulis: Ruslan