Jakarta, Lontar.id – Sebagai salah seorang perantau dari pulau seberang, merasakan hidup di Jakarta adalah sesuatu yang luar biasa. Apalagi diberi kesempatan belajar di universitas ternama di Indonesia. Berangkat dari kampung, saya banyak belajar kehidupan di Jakarta. Bukan tentang kehidupan keras, pergaulan bebas, dan tingginya biaya hidup di sini. Tetapi belajar melebur dengan kebudayaan mereka.
Pertama kali memasuki gerbang Universitas Indonesia (UI), yang terbersit di kepala saya adalah keinginan memamerkan foto-foto saya di kampus itu. Sebenarnya, saya pribadi memiliki kenyinyiran terhadap kampus UI. Anggapan kalau tidak semua kampus terkenal memiliki kualitas yang baik itulah yang ada di kepala saya, “Bisa saja karena kampus itu terlanjur terkenal saja, belum tentu kualitasnya lebih bagus dibandingkan kampus-kampus lain yang tidak terkenal.”
Asumsi saya yang demikian lalu terbantahkan saat mulai menjadi mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI. Setidaknya, ada lima hal yang saya pelajari selama menjadi mahasiswa FIB UI, yang jarang saya dapatkan di kampus-kampus lain.
- Gaya Berpakaian Mahasiswanya yang “Progresif”
Jika ingin melihat beragam bentuk berpakaian mahasiswa, maka FIB UI bisa menjadi salah satu tempat alternatif yang bisa dikunjungi. di fakultas ini, kita bisa menemukan gaya berpakaian nahasiswa yang jarang dijumpai di fakultas lain. dari yang sangat formal sampai yang sangat nyentrik. Sejauh ini, sepertinya memang tidak ada aturan khusus bagi mahasiswa FIB UI tentang norma berpakaian. Sehingga, kita tidak perlu pusing jika tidak memiliki pakaian formal. Mahasiswa bisa dengan bebas menggunakan baju kaos ataupun celana robek ala anak punk. - Sikap Dosennya yang Gaul dan Berbaur dengan Mahasiswa
Salah satu hal yang menyenangkan dan saya sukai selama belajar di fakultas ini adalah pergaulan antara mahasiswa dan dosennya yang tidak kaku. Bahkan, kita bisa menemukan dosen bersama mahasiswanya nongkrong dan main kartu bareng di kantin. Dosen di sini juga banyak yang bergaya necis, dan memiliki rambut gondrong. Selain itu, katanya beberapa guru besar di FIB UI lebih suka dipanggi mba atau mas dibandingkan dipanggil professor. Sekalipun terlihat sangat ramah dengan mahasiswa, dosen-dosen FIB UI sangat ketat dalam memberikan nilai kepada mahasiswanya. - Kantin Menjadi tempat Makan dan Berdiskusi
Kansas yang merupakan kepanjangan dari Kantin Sastra tidak hanya menjadi tempat berkumpul mahasiswa FIB untuk nongkrong dan makan, tetapi juga menjadi tempat dan arena mahasiswa untuk menggelar diskusi santai. Salah satu toko buku yang sering melakukan diskusi di kantin sastra UI adalah kedai buku Cak Tarno yang memiliki agenda rutin, mengundang pakar-pakar budaya untuk berdiskusi bersama. - Perempuan Merokok Adalah Sesuatu yang Biasa
Di FIB UI tidak perlu kaget jika menemukan mahasiswinya merokok bareng dengan dosennya. dan orang-orang disekelilingnya akan menganggap hal itu bukan sesuatu yang tabu dan harus dipersoalkan. Hal itu juga berlaku bagi Dosen perempuan. - Hantu Tidak Ditakuti Tapi Diteliti
Sepertinya hanya di FIB, hantu itu tidak ditakuti melainkan dijadikan bahan penelitian. Beberapa penelitian dosen dan mahasiswa mengangkat tema hantu seperti kuntilanak, pocong, dan lelembut. Yang menarik adalah penelitian mereka tidak menonjolkan aspek mistisnya saja, melainkan mengkaji dari sisi sejarah dan kebudayaan.