Lontar.id – Pusat perbelanjaan di DKI Jakarta telah menerapkan protokol kesehatan di masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi, dan membatasi jumlah pengunjung maksimal hanya 50 persen dari kapasitas normal.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia DKI Jakarta Ellen Hidayat, saat berdialog Media Center Gugus Tugas Nasional, Jakarta, Jumat, 26 Juni 2020.
Ellen Hidayat menjelaskan bahwa perhitungan pengunjung mal dilakukan dengan menggunakan alat hitung atau people counting.
“Jadi ini untuk fase dua, disebut fase dua PSBB transisi itu hanya 50 persen pengunjung yang diizinkan untuk masuk,“ ucap Ellen, seperti tertulis dalam rilis GTTPC19.
“Setiap pusat belanja itu mempunyai alat hitung. Alat hitung itu disebut people counting_” imbuhnya.
Lebih lanjut, Ellen menegaskan bahwa mal di DKI Jakarta telah menerapkan protokol kesehatan dengan memanfaatkan tanda-tanda khusus bagi pengunjung.
“Sesudah masuk (mal), kemudian ikutilah tanda-tanda. Jadi di pusat belanja itu banyak dibuat tanda-tanda, sehingga dari tanda arah diusahakan tidak terjadi pertemuan satu arah,” tutur Ellen.
“Sejak Juni ini semua mal sudah melakukan protokol kesehatan,” tambahnya.
Salah satu penerapan protokol kesehatan di mal tercermin pada penyesuaian penggunaan fasilitas umum, mushola, yang harus ditaati oleh para pengunjung.
“Untuk mushola, ini mushola penting sekali, mushola juga sudah diatur sedemikian ada jaraknya, tidak boleh berkarpet, kemudian juga membawa peralatan sendiri, dan lain sebagainya,” ujar Ellen.
Menanggapi informasi yang beredar di tengah masyarakat mengenai kondisi mal berjamur, Ellen menegaskan bahwa informasi tersebut bukan terjadi di Indonesia.
“Untuk diketahui, itu (informasi mal berjamur) tidak terjadi di Indonesia, itu terjadi di negara tetangga kita, sudah kita lakukan pengecekan. Nah untuk diketahui, selama tutup pusat belanja selama tiga bulan, sebenarnya semua pusat belanja itu mengijinkan tenant-nya (penyewa) untuk datang melakukan bersih-bersih, jadi rutin dilakukan bersih-bersih,” ucap Ellen menanggapi informasi tersebut.
Lebih lanjut, Ellen menjawab keresahan masyarakat mengenai kondisi makanan dan peralatan yang digunakan di tenant makanan.
“Pada saat tutup, kami tidak mengijinkan adanya bahan baku makanan yang tertinggal karena itu nanti akan mengeluarkan bau dan lain sebagainya. Jadi, semua itu sudah dikembalikan ke tempatnya. Mereka mudah melakukan pembersihan kemudian membawa produk-produk baru,” tutur Ellen menegaskan peraturan pengelola mal berkaitan dengan kondisi makanan.
“Semua resto sudah meningkatkan keamanan, kenyamanan, dan juga higienitasnya. Mereka kadang-kadang menggunakan buku menu sudah tidak dipegang, tidak disentuh. Jadi menggunakan aplikasi dan juga menggunakan QR code,” imbuh Ellen dalam menjawab keresahan masyarakat mengenai peralatan tenant.