Jakarta, Lontar.id – Aksi demonstrasi ribuan massa di Papua berujung rusuh. Massa protes dan tidak terima terhadap insiden kekerasan dan pengusiran yang dialami mahasiwa Papua di Malang dan Surabaya, Jawa Timur, beberapa hari lalu.
Massa yang long march di Jayapura, dimulai sejak pagi tadi menuju kantor DPRD Provinsi Papua. Jalan yang dilewati massa aksi lumpuh total. Sekolah memilih memulangkan muridnya dan toko-toko di sepanjang jalan ditutup.
Mereka awalnya berlangsung damai, namun setelah tiba di kantor DPRD, beberapa massa yang protes, menumpahkan kemarahannya dengan membakar gedung wakil rakyat.
Kobaran api membubung tinggi dengan asap hitam tebal melahap gedung DPRD Papua. Kendaraan yang berada di sekitar lokasi pun ikut dibakar oleh massa yang marah.
Kini, sejumlah jalan protokol diblokade massa sehingga aktivitas transportasi lumpuh total. Dampaknya, warga pendatang yang bermukim di Papua memilih untuk berdiam diri dalam rumah, berjaga-jaga dari eskalasi kericuhan.
Kejadian ini buntut dari penyerangan pihak kepolisian dengan menembakkan gas air mata dan menyerbu masuk ke dalam asrama. Mereka menangkap 43 mahasiwa asal Papua, kemudian memaksanya ke kantor polisi.
Penyerbuan tersebut dikarenakan, polisi menduga ada mahasiswa Papua yang mematahkan tiang bendera Indonesia dan bendera itu tergeletak di tanah. Atas kejadian itu, mahasiwa Papua ditangkap lalu diinterogasi di kantor kepolisian.
Kemarahan massa aksi di Papua tidak sekadar karena adanya penangkapan mahasiswa, melainkan adanya pernyataan bernada rasis yang dialamatkan pada orang Papua. Hal itulah jadi pemicu kemarahan massa yang tidak menerima pernyataan rasis dari terduga polisi di tempat perkara itu bermula.
Editor: Almaliki