Lupakan dahulu bagaimana bagaimana rivalitas para vendor dalam menciptakan ponsel pintar nan canggih. Bagaimana juga Nokia bangkit berdarah-darah mencoba meraup pasar. Di industri roda dua, ada satu segmen yang makin sulit untuk mengembangkan pasar. Ya, si motor bebek yang diambang pensiun.
Lontar.id — Astra Honda Motor (AHM) harus mengambil keputusan berat. Salah satu rancangan terbaiknya resmi “disuntik mati”. Bebek Honda Blade 125 berhenti diproduksi. Penjualan bebek yang kian susut menjadi alasannya.
Keputusan Honda untuk mematikan salah satu jagoannya mungkin telah dipertimbangkan matang. Apalagi memang kendaraan bebek, pesonanya tak lagi mampu menarik konsumen. Sudah turun kasta. Tak lagi dilirik.
Perubahan selera pasar menjadi faktor utama. Lebih kepada inovasi dan kebutuhan. Apalagi, volume kendaraan di jalan yang makin padat, tentu konsumen butuh tunggangan roda dua yang praktis. Skutik pun hadir memberi jawaban. Tinggal gas, langsung jalan.
Skutik pun tak butuh waktu lama untuk naik tahta. Motor yang dahulu identik dengan kaum hawa itu, kini menjelma menjadi kendaraan roda dua kelas wahid di tanah air.
Bagaimana tidak, semua syarat motor “mumpuni” telah mampu dipenuhi. Selain karena praktisnya itu, modelnya pun tak tangung-tanggung. Makin menawan, makin inovatif.
Bahkan muncul lagi istilah baru, matik moge. Motor dengan ukuran gede, yang katanya sangat mewakili simbol kejantanan lelaki.
Lalu bagaimana dengan bebek. Kendati pasarnya kian tergerus, para produsen tetap tak ingin berhenti berinovasi. Honda pasca memutuskan menghentikan produksi Honda Blade, tak serta merta pasar itu ditinggal begitu saja. “Masih ada Supra GTR, Revo dan Supra X. Karena demand yang kecil, maka akhir tahun kita setop penjualan (Honda Blade),” kata Thoms Wijaya, Marketing Director PT AHM.
Bukan Lagi Primadona
Motor bebek sudah kehilangan pamor. Model dan tren bukan lagi menjadi alasan untuk memilikinya. Status kini lebih kepada fungsional semata.
Maka tak heran pada satu dekade terakhir pasar ini terus menurun. Para produsen pun juga tak banyak melakukan perombakan. Data Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) juga menilai dari total penjualan tahun lalu motor bebek hanya menguasai pangsa pasar di bawah 10 persen. Itu pun harus bersaing dengan model sport. Sisanya didominsi oleh kendaraan skutik.
Mungkin ini yang disebut senjakala motor bebek. Di jalan-jalan tak lagi mendominsi. Motor bebek lebih banyak dijadikan sebagai kendaraan dinas. Sayonara motor bebek!