Lontar.id – Jakarta sebagai kota metropolitan tentu memiliki keterbatasan lahan untuk pertanian. Namun hal itu bukan kendala untuk dua komunitas masyarakat yang bergelut di bidang pertanian perkotaan.
Dua komunitas itu adalah komunitas Lombok Farmhouse yang terletak di kawasan elit Menteng dan komunitas pertanian perkotaan di kawasan kumuh Banjir Kanal Barat (BKB).
Komunitas Lombok Farmhouse memanfaatkan salah satu rumah kosong yang sudah direnovasi sebagai lahan perkebunan hidroponik, yang menjadi peekebunan khas perkotaan.
Komunitas ini memilih sistem hidroponik sebagai media tanam mereka karena keterbatasan lahan. Mereka tidak lagi memakai media tanah dalam bercocok tanam sayuran, melainkan membuat lahan vertikal.
Komunitas ini bercocok tanam sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan yang juga sedang digalakkan oleh pemerintah pusat.
Selain itu, dan juga sebagai upaya penghijauan Jakarta di tengah terpaan global warming. Keberadaan perkebunan di perkotaan dinilai efektif untuk mendapatkan oksigen. Sayuran yang dihasilkan bukan hanya bisa dikonsumsi sendiri, tetapi juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi di pasaran karena lebih segar.
Kelebihan sayuran hidroponik adalah tidak memakai pestisida dan di komunitas ini mereka memakai metode yang sama persis dipakai oleh dinas pertanian dari segi alat dan metode pertaniannya.
Bukan hanya tanaman, komunitas ini juga membudidayakan ikan lele dan gurame upaya ini di lakukan lagi – lagi untuk ketahanan pangan dan sebagian lagi untuk dijual secara masal.
Di Hari Pangan Sedunia ini, 16 Oktober, sayuran yang mereka tanam juga telah memasuki masa panen yang di mana sudah bisa di konsumsi.
Sementara, petani perkotaan di kawasan kumuh Banjir Kanal Barat (BKB) memanfaatkan lahan di bantaran sungai yang tadinya ditumbuhi ilalang yang cukup tinggi. Mereka membersihkannya untuk menjadi lahan pertanian.
Seorang warga mengatakan, sebelum tempat ini di jadikan lahan pertanian tempat itu menjadi tempat maksiat, dari prostitusi sampai transaksi narkoba. Parahnya lagi sering ditemukan mayat di tempat ini.
Namun setelah mereka membuka lahan ini sebagai lahan pertanian sedikit demi sedikit tempat ini menjadi aman dan tidak lagi di gunakan untuk tindak kejahatan.
Para petani di sini kebanyakan berprofesi sebagai pemulung plastik. Mereka mencari tambahan dengan bertani sayuran dan buah – buahan, namun belum ada perhatian khusus dari pemerintah tentang keberadaan mereka karena mereka menempati lahan milik negara.
Walau demikian mereka berperan penting dalam penghijauan Jakarta dan harusnya ada perhatian khusus dari pemerintah karena mereka termasuk laskar mandiri, yang mamanfaatkan lahan yang tadinya di gunakan untuk maksiat kini di alihfungsikan menjadi lahan hijau dimana kini sudah menjadi barang langka di ibu kota.
Para petani di Banjir Kanal Barat (BKB) kawasan Tanah Abang Jakarta Pusat ini juga tidak menggunakan pestisida dalam menanam sayuran dan buah.
Menurut mereka tanaman yang menggunakan pestisida hasil panenya kurang bagus dan sayuran yang dihasilkan kurang segar. Hanya saja mereka masih menggunakan cara konvensional dalam bercocok tanam.
Upaya dua kalangan masyarakat yang berbeda ini sangat bersinergi dengan program gang hijau yang menjadi program unggulan Pemprov DKI dan juga Program ketahanan pangan yang sedang digalakkan oleh pemerintah pusat.
Para petani perkotaan di kawasan Banjir Kanal Barat (BKB) ini berharap ada bantuan alat – alat pertanian dari pemerintah dan juga perizinan terkait penggarapan lahan di kawasan yang kini masih ilegal tersebut mereka berharap bahwa lahan mereka tidak di tertibkan secara sepihak oleh pihak satpol pp dan tidak di rusak.
Sebenarnya opsi penghijauan Jakarta dengan menanam sayuran tidak hanya melulu untuk ketahanan pangan, namun dengan adanya pertanian perkotaan yang menanam sayuran dan beberapa jenis bumbu dapur dapat dijadikan opsi untuk nemanbah pundi – pundi ekonomi di tengah pandemi yang sedang melanda.
Telebih harga sayuran hidroponik yang cukup mahal di pasaran ini bisa jadi peluang usaha baru di tengah bayang – bayang resesi ekonomi.