Lontar.id – Bapak pendiri bangsa Indonesia, Soekarno dibekali dengan kemampuan retorika yang mengagumkan dalam setiap pidato-pidatonya. Argumentasinya yang runut, berisi, dan mampu menggerakkan semangat perjuangan bangsa melawan kolonialisme belanda yang menjarah kekayaan alam ratusan tahun lamanya.
Pidato Soekarno pada masa-masa pra dan setelah kemerdekaan, paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat untuk disaksikan secara langsung, kala sang proklamator di atas podium. Pesan yang disampaikan Soekarno begitu kuat, mengakar dalam pikiran masyarakat dan masih relevan sampai saat ini.
Salah satu isi pidato Soekarno yang membuat saya tergugah dan merenung kembali atas perjalanan bangsa Indonesia hingga hari ini, ketika dia mengatakan “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, tapi perjuangan kalian lebih berat, karena melawan saudara sendiri” bunyi penggalan pidato Soekarno.
Pesan Soekarno syarat dengan muatan filosofis, seakan dia mampu meneropong dan menembus batas yang akan terjadi dimasa depan. Benarkah pesan Soekarno itu terjadi di masa sekarang?
Bila melacak sejarah perjalanan bangsa Indonesia, ketika di jajah pertama kali oleh kolonial Belanda selama 350 tahun lamanya. Kerja paksa, tanam paksa dan penjarahan terhadap sumber kekayaan alam, jadi bagian dari catatan kaki yang tak pernah dilupakan dalam ingatan kita.
Kompeni memanfaatkan betul bagaimana cara mengeruk kekayaan alam Indonesia dalam rentang waktu yang cukup panjang.
Kisah penjajahan Belanda akhirnya selesai, setelah Jepang masuk menggantikan kedudukan Belanda untuk menjajah Indonesia. Namun setelah Soekarno-Hatta mendeklarasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, penjajahan sesungguh belum berakhir. Ia hanya berakhir secara konsitusional tapi alam pikiran kita masih dijajah.
Kemerdekaan tersebut menjadi cikal bakal lahirnya negara Indonesia dan diikuti dengan slogan ‘NKRI harga mati’. Meskipun Belanda belum menyerah sepenuhnya, merelakan Indonesia menjadi negara berdaulat dikakinya sendiri.
Tokoh bangsa berjuang mengusir penjajah, walau harus merelakan nyawa mereka sendiri sebagai taruhannya.
Bagi Soekarno, berperang melawan penjajah jauh lebih besar ketimbang harus melawan saudara sendiri. Kata-kata Soekarno tampak begitu relevan terjadi saat ini. Kasus korupsi di birokrasi kian menggurita, deretan pejabat korup tertangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Bahkan mereka tak malu, saat terpampang wajahnya di media massa, lengkap dengan seragam baju warna orange KPK dan ditonton jutaan masyarakat.
Demikian dengan persoalan kelompok-kelompok separatis yang ingin memisahkan diri dengan negara dan terorisme yang mengancam keutuhan NKRI. Permasalahan tersebut kian pelik dan mengerikan, tatkala menelan korban jiwa, yaitu orang yang tidak bersalah mendapatkan imbas dari kejahatan kemanusiaan.
Belum lagi pejabat yang serakah, mementingkan diri sendiri dan kelompoknya, Isu-isu krusial seperti toleransi, sara dan agama kian menambah daftar panjang permasalahan bangsa ini. Apatahlagi sekarang kita sedang menghadapi Pilpres 2019, hoax bertebaran di mana-mana memenuhi beranda media sosial, saling menfitnah antar kelompok yang satu dengan yang lain.
Pilpres kali ini seperti sebuah ujian, bagaimana kita harus bersikap adil menghargai perbedaan pilihan politik dalam koridor demokrasi.
Tidaklah salah, jika kita harus menengok kembali pesan pendiri bangsa agar kita tidak jatuh kedalam lubang yang sama.
Penulis: Ruslan