Lontar.id – Saya tidak habis pikir, Ketum PB HMI, Respitarori Saddam Al Jihad memberikan pernyataan yang cukup kontroversi, terutama di kalangan kader HMI seantero Indonesia yang bikin gaduh.
Gimana enggak gaduh, Saddam Al Jihad mengatakan, bahwa dirinya mencurigai gerakan yang dibangun oleh kelompok kubu pro Prabowo-Sandi. People power sebagai gerakan politik yang dikanalisasi pada momentum Pilpres 2019.
Gerakan people power yang dimotori oleh tokoh reformasi sekaligus mantan Ketum PAN, Amien Rais yang mencurigai pelaksanaan pemilu 2019 mengandung kecurangan terstruktur, sistematis dan masif.
Kecurangan tersebut diklaim dilakukan oleh petahana Jokowi-Ma’ruf, sehingga pemilu kali ini dianggap sebagai pemilu terburuk pasca reformasi 1998.
Bahkan indikasi kecurangan melibatkan infrastruktur negara sebagai bagian dari tim yang mencekal kemenangan Prabowo-Sandi. Kubu Prabowo-Sandi pada awalnya sudah merasa menang karena mendapatkan dukungan besar dari masyarakat dan ulama, namun dalam pelaksanaan pemilu justru terbalik.
Pernyataan Saddam Al Jihad itu pada saat usai diskusi polemik MNC Trijaya FM Kawasan Menteng, Jakarta Selatan pada Sabtu (11/5). Bahkan lebih jauh Saddam telah bersepakat bersama dengan kelompok Cipayung, sebuah kelompok organisasi yang menggabungkan 5 organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia.
Lima organisasi itu menyatakan masuk dalam kelompok Cipayung, setelah melihat kondisi pemerintahan di bawah kekuasaan rezim Soeharto.
Pertemuan dilakukan di pada 29-22 Januari 1972 di Desa Cipayung Jawa Barat, kesepakatan itu lalu kemudian diberi nama Kesepakatan Cipayung. HMI saat itu dipimpin oleh Akbar Tandjung, laku organisasi GMKI, GMNI, PMII dan PMKRI.
Tentu gerakan ini bukan saja gerakan ideologis intelektual yang digaungkan para aktivis mahasiwa di masa itu, tapi gerakan politis karena melihat kondisi bangsa yang sedang carut marut.
Meski berbeda dengan gerakan people power saat ini, yang dikumandangkan kubu Prabowo-Sandi, tapi setidaknya keduanya mengarah pada tujuan yang sama yaitu politik.
Lalu mengapa seorang Ketum PB HMI merasa gerakan people power sebagai gerakan politik masa pendukung Prabowo-Sandi, yang berusaha memenangkan pemilu dengan jalur aksi unjuk rasa damai.
Jika melihat sejarah perjalanan HMI dari masa ke masa, tidak pernah terlepas dari gerakan unjuk rasa, meskipun pada rezim Soerhato gerakan ini mengalami penaklukan oleh rezim. Tetapi pasca reformasi semua berani unjuk diri menjadi garda terdepan, menyuarakan aspirasi masyarakat.
Pernyataan Saddam menurut saya, seolah menunjukkan adanya indikasi keberpihakan politik Saddam ke kubu Jokowi-Ma’ruf. Ia merasa harus mengambil bagian dalam pentas politik ini, sehingga pada akhirnya dipanggil pihak istana masuk dalam lingkarannya.
Berbekal nama besar HMI yang disandang Saddam, bukan suatu hal yang tidak mungkin dipanggil istana, sebab para alumni HMI punya posisi penting di dalam pemerintahan maupun di luar, sehingga memudahkan loby-loby politik terhadap para adindanya.
Bila memimpin organisasi terbesar dan tertua di Indonesia, memang harus diakui punya posisi strategis dan punya akses keluar masuk di istana.
Paling tidak, mereka yang sudah masuk di dalam sebagai berikade bila suatu waktu kader HMI melakukan aksi unjuk rasa besar-besaran menolak kebijakan pemerintah. Maka kepada mereka lah dijadikan sebagai tameng menaklukkan gerakan mahasiswa.
Mungkin Saddam tidak sadar, salah satu mantan Ketum HMI MPO pada kongres ke-16 di Yogyakarta pada 1986 itu adalah Eggi Sudjana. Ia kini dijadikan sebagai tersangka karena menyerukan gerakan people power yang ditafsirkan pemerintah sebagai sebuah gerakan makar yang mengancam negara.
Mengapa Saddam mengambil jalan berbeda dan seolah menegaskan bahwa yang dilakukan Eggi Sudjana adalah suatu perbuatan makar.
Saya masih mencurigai Saddam sudah merapat ke istana dan berusaha membangun opini publik, bahwa gerakan people power sangat bermuatan politis. Sebaiknya Saddam perlu belajar kembali tentang sejarah perjalanan panjang HMI, sebagai sebuah organisasi yang tak pernah tunduk pada penguasa. Sehingga ia tidak lagi ahistoris pada sejarah masa lalu.