Lontar.id — Jelang Lebaran, ada kabar baik dari sepak bola Indonesia. Tentu saja itu tak selamanya baik, tergantung dari persepsi melihat Tio Nugroho dan Marc Klok.
Idulfitri sudah lewat baru saja. Sepak bola Indonesia sedang berlibur. Namun saya akan memberi sedikit gambaran tentang dua orang di atas.
Tio Nugroho belum lama ini meramaikan jagat maya dikarenakan pindah agama menjadi muslim. Di depan Kyai Ma’ruf Amin, ia diislamkan.
Tentu saja sebagai muslim, saya merasa bangga dan bahagia dengan pilihan Tio itu.
Saya tahu, soal iman, memang hal yang sangat privat. Makanya, saya akan jelaskan secara seksama.
Sama seperti orang-orang kebanyakan, sebagai muslim, saya mendoakan pilihan Tio itu menjadi pilihan yang terbaik buat hidupnya.
Saya membayangkan bagaimana perasaan Tio menjalani Lebaran pertamanya sebagai muslim yang jika ingin didoakan, akan taat dan mengalahkan kami ini—muslim dari lahir, soal ketebalan iman.
Memang belum banyak cerita yang bisa Tio sampaikan kepada publik ihwal mengapa ia menjadi mualaf dan meninggalkan agama lamanya.
Itu penting, sebab di Indonesia, banyak yang meyakini kalau semua agama sama.
Jika boleh ia bercerita, saya dengan sangat berharap, ia berkisah dengan asyik tatkala menyimak jalannya pertandingan sepak bola.
Saya percaya Tio akan melakukannya seperti itu, karena pasti ia sudah paham—baik sepak bola dan keyakinannya sekarang.
Tetapi kabar baik itu bisa saja menjadi kabar buruk. Sama seperti yang pernah dilakukan aktris pujaan kita semua, Asmirandah.
Jujur saja, sebagai muslim saya kecewa dan mempertanyakan perihal niatnya yang sebulat bola sepak, berpindah agama mengikuti suaminya.
Lalu lama kelamaan seperti ada yang aneh. Saya bertanya ke dalam diri saya sendiri, tentang mengapa saya kecewa dengan keputusannya? Memangnya saya orangtuanya?
Saya sadar itu adalah pilihannya. Saya akui, soal iman itu privat, tetapi soal kebaikan dari beriman adalah milik publik sepenuhnya.
Dampak kebaikan dari aturan agama seharusnya bisa dirasa seluruh umat manusia.
Lantas bagaimana dengan Tio? Kawan-kawan Tio yang dulunya seagama dengannya, mungkin saja menggelayut kekecewaan dalam dadanya. Itu manusiawi. Toh, di Indonesia, itu hal yang lumrah.
Makanya saya menilai, pilihan Tio ada baiknya dan ada buruknya. Sampai di sini Anda sepakat, bukan?
Jika tidak sepakat, tidak jadi masalah. Terpenting, saya mengutarakan pendapat saya dengan cerlang.
Terpenting dari pilihan Tio adalah, ia bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Jika ia memilih menjadi muslim, maka berikan dampak positif dari lingkaran pergaulannya. Itu doa saya.
Nah, yang kedua adalah Marc Klok. Sebelum Lebaran, ia tampil dengan trendy memakai kemeja yang mirip baju koko, dan menyelemati kami karena akan menyambut Lebaran.
Perempuan-perempuan yang melihatnya mungkin saja bisa jatuh hati. Bahkan yang mungkin saja terjadi, Klok didoakan pindah agama. Hehe. Doa kan tidak apa-apa. Namanya juga demokrasi dan Indonesia.
Sayangnya, saya tidak akan membahas agama Klok. Saya akan membahas kabar membahagiakannya karena Simon Mcmeneny kepincut dengan kekuatannya di lini tengah PSM Makassar.
Sebagai fans PSM, saya turut senang dengan kabar itu. Akhirnya, ada pemain PSM yang masuk timnas, selain Rizky Pellu dan lain-lain.
Kehebatan Klok juga sudah tidak perlu diragukan dan diperdebatkan lagi. Bahkan main buruknya pun, dianggap masih bisa bawa peran penting dalam skuat.
Apa kabar buruknya? Seperti biasa, saya takut jika nantinya Klok akan cedera biasa atau parah saat membela tumpah darah Indonesia.
Bisa-bisa, itu akan merusak kariernya dan mengganggu tetabuhan gendang perang PSM di lini tengah.
Was-was tidak masalah kan? Toh, sebagai pendukung, saya berharap yang terbaik untuk klub yang saya cintai juga negara yang di dalamnya saya seperti jadi turis.
Was-was saya tidak banyak kok. Sebab saya tahu, dalam skuat PSM, ada beberapa nama yang bisa menggantikan posisi Klok, yang tidak diminta-minta, bisa cedera dalam membela Indonesia saat laga internasional dimulai.
Soal mampu atau tidak, itu dipikir belakangan. Mempercayai dulu saya kira adalah perbuatan yang lebih baik.
Biarkan pengganti Klok nanti, berbicara lebih banyak di lapangan sebab dapat kesempatan dan jatah bermain.
Jika ingin memilih, pada kedua orang di atas yang saya bahas, maka saya berharap hanya ada kabar baik dari mereka semua.
Tetapi ini dunia nyata, selalu ada lawan kata dan efek samping dalam setiap laku kita. Benar begitu?
Mari berdoa yang baik-baik kalau iya. Tak lupa, saya Muhammad Almaliki, memohon maaf lahir dan batin bagi seluruh pembaca tulisan ini. Ayo, berbahagialah karena libur belum usai!