Tahun 2018 lalu, duo akustik Natinson berhasil membuat saya berdecak kagum dan menuntut saya mendengar keseluruhan mini albumnya.
Jakarta, Lontar.id — Ahmad Nazar Najib dan Muhammad Nasrul Najib; duo akustik dari Natinson ini pandai sekali mengubek-ubek isi kepala dan memanggil ingatan usang saya.
Natinson adalah akronim dari Najib dan Tini. Mereka berdua Ayah-Ibu Nasrul dan Nazar.
Sebab merasa cocok untuk bekerja sama dalam bermusik, dua bersaudara membentuk grup akustik. Kemampuan Nasrul memainkan gitar, ternyata sebanding dengan karakter suara Nazar.
Liriknya sederhana, namun magisnya bisa membuat kita tersenyum sembari melihat ulang daftar putar lagu orang tua yang terlampau jauh dilwati zamannya.
Belum lama ini, Natinson dipanggil bermain di acara Soundrenaline Bali 2018. Mereka jadi salah satu daftar band pemanggil Limp Bizkit yang baru naik panggung pada malam hari.
Di sana, mereka membuka mata khalayak kalau salah satu musisi dari tanah Sulawesi sudah siap menerkam kejamnya persaingan skena. Bahkan, Jerinx “Superman is Dead” memberinya tempat pujian di akun Instagram pribadinya.
Suatu kehormatan sebab liriknya dan musikalitas dua bersaudara ini menjadi daya tarik yang tak bisa ditolak. Sederhana namun memikat.
Mereka memang senang sekali bermain di ranah sosial. Lirik memang jadi andalan. Namun tidak disangka berawal iseng, ceruk pasar menginginkannya.
Kata Nasrul, Natinson sudah buat lagu pada 2011 lalu berjudul Bollywood Holic, dan baru direkam pada 2017. Butuh proses yang lama. Sebelum mereka menemukan event musik yang pas.
“Tidak menyangka juga kalau respons teman-teman dengan lagu kami, cukup memuaskan. Kami akhirnya berpikir untuk lanjut,” ujar Nasrul.
Penghargaan memang jadi pemecut paling baik untuk menumbuhkan karya-karya baik lainnya. Sejauh ini, mereka sudah membuat 7 lagu. Nasrul pun berkelakar kalau ia tidak tahu, apakah itu disebut ep atau tidak.
Masuk 2019, mereka sedang menggarap beberapa lagu untuk mencukupkan karya sebelumnya menjadi album. Temanya juga belum bergeser dari sosial.
“Biar begitu, lagu cinta juga disiapkan. Biar hati juga bisa bekerja,” katanya sembari tertawa.
Menyoal bunyi, petikan gitar yang renyah pada lagunya dan sound yang memanjakan telinga membuat saya mengingat kembali apa yang perlahan-lahan dilupakan anak zaman kiwari.
India yang disinggung Bollywood Holic cukup menyita pendengaran saya. Film India beserta lagu-lagunya. Pergunjingan dan diskriminasi jadi pesan kuat dalam lagu ini. Padahal, kalau dirunut ke belakang, India tak bisa lepas dari budaya musik kita.
Saya bahkan merekomendasikan lagu itu untuk Anda dengar, sebelum masuk ke bagian selanjutnya.
Lagu itu berangkat dari kegelisahan Nasrul dan Nazar. Mereka tersentil karena penikmat dangdut dan Bollywood dianggap sebagai orang kuno dan kampungan.
Sebagai manusia produk lama, isi lirik Bollywood Holic saja bisa buat saya kembali di masa keemasan almarhum Meggy Z dan Anggur Merahnya.
Bisa juga memilih mendengar band bentukan Kasino ‘Warkop’ yaitu Orkes Moral Pengantar Minum Racun (OM PMR). Saking merawat budaya India, para personelnya dinamai Kasino dengan nama-nama orang dari tanah Hindustan.
Bedanya, Meggy Z lebih banyak bermain dalam lirisme romansa, sementara OM PMR malah kebanyakan melucu lewat liriknya. Bisa dibilang band ini memang memanggil kita semua untuk berjoget bersama dalam satu panggung.
Selain Bollywood Holic, Dilarang Gondrong juga saya sarankan untuk didengarkan. Isinya bisa membuat kita terus bertanya-tanya, mengapa sekolah hingga kampus masih merawat aturan itu hingga sekarang.
Kita lebih dituntut rapi daripada punya ide cemerlang. Pendidikan dan doktrin mewajibkan kita menerima semuanya. Dari lagu itu, bisa membuat kita berpikir ulang apakah selama ini kita salah karena melanggengkan aturan sosial tersebut.
Sesudah mendengar dua lagu di atas, ada baiknya Anda melanjutkan ke lagu selanjutnya seperti Pendengar yang Baik, Penebar Hoax, Liga Dangdut, Rabun, dan Malino Reggae lewat aplikasi musik atau membeli cdnya melalui instagram pribadi mereka.