Makassar, Lontar.id – Wali Kota Makassar, Mohammad Ramdhan ‘Danny’ Pomanto pada masa jabatannya optimis menjadikan Makassar sebagai kota cerdas dengan mendeklarasikan sebuah program bertajuk “Makassar Sombere and Smart City” di tahun 2014. Smart City sendiri adalah visi pembangunan kota untuk mengintegrasikan teknologi informasi dan teknologi komunikasi (ICT) dan Internet of things (IoT) dengan cara yang aman untuk mengelola aset kota.
Bahasa sederhananya yaitu pemanfaatan teknologi yang memungkinkan pejabat suatu kota lebih mudah memantau perkembangan kota dan segala permasalahannya. Boyd Cohen, seorang peneliti dan profesor yang mendalami bidang kewirausahaan, keberlanjutan sumber daya, dan kota pintar di Universidad del Desarrollo yang terletak di Santiago, Chile mencetuskan diagram tentang kota pintar.
Baca Juga: Membacalah agar Aparat Takut
Menurut Cohen ada 6 indikator yang juga disebut dengan konsep atau dimensi dari Smart City. Di antaranya, Smart Governence, Smart Economy, Smart Mobility, Smart Environment, Smart People, dan Smart Living. Namun konsep penerapan Smart City milik Danny Pomanto dibuat sedikit lebih berbeda. Dilansir dari Sindo.news, Danny memaparkan enam modul yang akan menjadi acuannya mewujudkan Makassar Smart City.
Pertama, smart governance yakni mengoptimalkan pelayanan publik dari pemerintah kota. Kedua, smart branding yakni meningkatkan kesadaran terhadap karakter kota, terutama untuk pariwisata. Ketiga, smart economy yakni membangun ekosistem yang baik dan mendorong less cash society.
Keempat, smart living yakni bagaimana menciptakan kehidupan yang nyaman dan meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan. Kelima, smart society yaitu membangun masyarakat yang interaktif dan humanis. Keenam, smart environment yakni mengurangi dan memanfaatkan sampah serta menciptakan sumber energi yang lebih baik.
Tidak ingin dikatakan sekadar wacana, Pemkot Makassar memulai langkahnya dengan memunculkan sebuah ruang kontrol yang berada di lantai sepuluh Kantor Balai Kota Makassar. Dari ruangan yang dinamai War Room itu, pemerintah kota bisa memantau berbagai aktivitas di beberapa wilayah Kota Makassar yang sudah dilengkapi kamera pengintai (CCTV).
Baca Juga: Fantasi Fans AC Milan Menghadirkan San Siro di Makassar
Peliknya masalah kemacetan di jalan-jalan protokol Makassar harusnya juga ikut terpantau di ruangan ini. Pasalnya, hampir setiap hari kita dihadapkan pada kondisi jalan yang saling bersinggungan. Pekikan klakson kendaraan nyaris tidak ada kedamaian dalam berkendara.
Masyarakat menengah ke atas memilih berkendara menggunakan mobil milik pribadi. Tak jarang hanya diisi oleh satu atau dua orang. Bayangkan saja, satu keluarga kaya di kota ini, bisa memiliki tiga sampai empat mobil di rumahnya. Itu baru satu keluarga kaya. Bagaimana dengan keluarga kaya lainnya? Ya tidak heran, jika volume kendaraan roda empat di kota ini sangat banyak.
Selebihnya mereka yang berada pada kondisi menengah ke bawah, hampir semuanya memiliki kendaraan roda dua sebagai alat penyambung hidup. Sayangnya, tinggi volume kendaraan ini membuat jalan-jalan Makassar nyaris tidak mampu lagi menampung jumlah kendaraan, seringnya berakhir pada kemacetan.
Bahkan saat “Makassar Sombere & Smart City” dikeluarkan Danny Pomanto, persoalan kemacetan tidak kunjung mengalami perubahan. Menanggapi hal ini, Pengamat Tata Kota Makassar, Idham Pananrangi, mengatakan bahwa penyebab kesemrawutan terjadi karena masih kurangnya alat transportasi umum yang bisa diakses masyarakat.
“Pemerintah melalui smart city hendaknya mengutamakan masalah-masalah aktual yang ada di Makassar. Menyediakan fasilitas transportasi umum yang mudah diakses saya rasa bisa membantu mengurangi kemacetan, tentu dibarengi dengan edukasi kepada masyarakat,” paparnya.
Baca Juga: Bissu: Yang Mati dan Tak Tumbuh Seribu
Persoalan kemacetan, menurut hemat penulis, seharusnya bisa menjadi tolak ukur seberapa komitmennya pemerintah dalam mengoptimalkan pelayanan publik. Menempatkan persoalan kesemrawutan lalu lintas sebagai prioritas menuju Makassar sebagai kota cerdas.
Di sisi lain, keberadaan masyarakat sebagai roh dari suatu kota sudah saatnya menjadi cerdas dan melek keadaan kota. Mulai menyadari bagaimana pentingnya memiliki transportasi umum untuk mengurai kemacetan, lalu mendesak pemerintah untuk mengadakan dalam jumlah banyak. Makassar butuh banyak smart people yang mau bersuara.
So..!! Menurut Anda sudah smart kah Makassar??
Bersambung..
Penulis: Miftha Aulia