Pemain 31 tahun, Kevin Prince Boateng, baru saja dipinjam Barcelona. Hal ini membuktikan, kalau memang Azulgrana sudah tidak percaya pada mayoritas pemain mudanya.
Jakarta, Lontar.id – Setelah perekrutan pemain uzur yakni Arturo Vidal, kini Barcelona mendatangkan lagi satu pemain tua yang sebentar lagi akan pensiun yakni Prince. Kevin Prince Boateng.
Media besar seperti Mundo Deportivo yang memberi atensi besar pada Barcelona, berkali-kali membangun opini kalau yang datang adalah pemain muda pada transfer kali ini. De Jong adalah satu nama yang santer disebut-sebut.
Ia masih muda. De Jong memberi secercah harapan, kalau lini tengah Barcelona akan lebih baik jika diisi talenta dari Ajax. Apalagi gaya dan visi bermainnya dinilai padu dengan Barcelona.
Namun yang datang malah Prince. Prince itu pemain hebat, tidak diragukan. Namun, apakah membuat produk muda lebih hebat dari biasanya juga, adalah hal yang penting dari sekadar merekrut?
Masing-masing jebolan dari La Masia pergi karena kurang diberi kesempatan. Tentu saja kita tak boleh menafikkan, kalau dari mereka, ada yang meminta harga kemahalan, atau tidak bisa bersaing dengan pemain lain.
Dua hal itu berbeda dan bisa juga disatukan. Namun, jika pemain yang pergi tidak dapat tempat karena tendensi? Munir bagus, kemudian pergi. Bartra juga demikian. Lalu harus menunggu siapa lagi yang harus angkat kaki?
Sebenarnya Barcelona tidak butuh-butuh amat dengan Prince. Posisinya sudah diisi Denis Suarez, Vidal, Alena, Arthur, dan beberapa nama mentereng. Memang, ia punya seabrek pengalaman, namun apakah soal umur ia masih kuat menjalani pertandingan penuh, mungkin tidak lagi.
Dari gelandang Sassuolo, Kevin-Prince Boateng secara tiba-tiba diperkenalkan kepada pers Barcelona pada Selasa (22/1/2019) waktu setempat. Mengagetkan, sebab sejak meninggalkan Milan beberapa musim lalu, masa keemasannya sudah pudar.
Buktinya, Las Palmas, Eintracht Frankfurt, dan Sassuolo, memakai jasanya. Klub semenjana itu punya dianggap punya daya tarik, dan Prince dengan senang hati bergelut dengan klub sederhana macam itu.
Berbicara gelandang memang sudah menumpuk, namun penyerang Barcelona hanya ada beberapa nama dan kerap kesulitan memainkan pemain muda yang belum garang di depan gawang lawan.
Alasan lain, sebab Dembele sering cedera dan permainan Malcom yang labil, praktis Barcelona hanya mengandalkan Messi dan Suarez. Kedatangan Prince diperkirakan akan mengurangi beban para ujung tombak Barcelona.
Untuk hal satu itu, Prince bisa jadi patokan dan pemakluman. Toh, semasa di Milan, ia bisa bekerja sama dengan Massimiliano Allegri sebagai penyerang atau false nine.
Malahan musim ini, bersama Sassuolo, ia menjadi striker selama 12 kali dengan torehan 5 gol dan 2 assist, dari 15 pertandingan.
Harga yang miring dengan pemain berpengalaman di posisi terjepitnya Barcelona soal striker, cukup menguntungkan. Mengapa? Barcelona hanya meminjam dengan biaya 2 juta euro, disertai opsi pembelian sebesar 8 juta euro pada akhir musim.
Meski kedatangannya bukan “Ernesto Valverde” banget. Paling tidak, bahasa untung dalam industri bisa mengubah paradigma pendukung soal isu manajemen Barcelona yang sengaja mencuci uangnya atau mau merusak talenta muda dari Barcelona demi praktik bisnis.
Menyadari kompleksitasnya masalah itu, bisakah kita terang-terangan berbisik pada pendukung fanatik Barcelona dengan, “RIP La Masia,”?